TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Jombang – Kabupaten Jombang menyimpan banyak situs bersejarah yang lekat dengan nilai spiritual masyarakat. Salah satunya, Punden Eyang Jeladri, atau yang juga dikenal sebagai Punden Eyang Nambi. 

Situs ini terletak di kawasan hutan Dusun Bedander, Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, Jombang, berbatasan langsung dengan Desa Manduro dan wilayah Kabupaten Lamongan.

Terletak di tengah hutan yang menghubungkan tiga desa, lokasi punden ini tidak mudah dijangkau. Pengunjung harus menempuh perjalanan kaki sekitar satu kilometer melewati persawahan dan jalan setapak berbatu dengan medan menanjak hingga ketinggian sekitar 65 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kendaraan bermotor tidak dapat mencapai lokasi karena akses jalannya yang sempit dan berbatu.

Sekilas, Punden Eyang Jeladri hanya terlihat seperti tumpukan batu biasa. Namun bagi masyarakat setempat, tempat ini diyakini sebagai ruang sakral yang menyimpan jejak spiritual para leluhur. 

Tidak sedikit warga yang percaya bahwa tempat ini memiliki semacam portal waktu, menghubungkan masa kini dengan masa lalu yang penuh nilai spiritual dan budaya.

Kepala Desa Manduro, Jamilun, yang juga dikenal sebagai penjaga nilai-nilai lokal, menjelaskan bahwa di punden ini terdapat sejumlah artefak peninggalan yang diyakini berasal dari Eyang Nambi, sosok leluhur yang dihormati di kawasan tersebut.

"Contohnya, ada batu dengan guratan samar. Memang mulai luntur dimakan zaman, tapi katanya menyerupai gambar Dewa Siwa," ujar Jamilun saat ditemui, Jumat (18/4/2025).

Selain itu, terdapat juga batu berbentuk seperti kelopak buah manggis dan pedupaan dengan tiga lubang, yang sarat akan filosofi leluhur. Bentuk pedupaan ini, lanjut Jamilun, melambangkan konsep Manunggaling Kawulo Gusti—sebuah ajaran tentang penyatuan antara manusia dan Tuhan.

Simbolisme spiritual lainnya terlihat dari keberadaan payung munto berundak tiga di kawasan punden. Payung ini, kata Jamilun, melambangkan kesucian dan kebersihan hati—dua hal yang menjadi syarat utama bagi siapa pun yang ingin berkunjung atau melakukan ritual di situs tersebut.

"Ada batu yang dibungkus kain kafan. Kain itu melambangkan kesucian dan biasanya menjadi alas dalam ritual atau saat seseorang mendapat petunjuk atau isyaroh," jelasnya.

Suasana mistis di kawasan ini diperkuat dengan keberadaan sesajen yang selalu diperbarui. Beberapa di antaranya adalah nginangan (sirih pinang), kendi, cabe, sereh, cermin, sisir, hingga beragam jenis bunga. Menurut Jamilun, sesajen itu merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur penjaga situs, yakni Nini Danyang dan Kaki Danyang.

Jamilun juga menambahkan Punden Eyang Nambi dipercaya sebagai yang tertua dibanding situs-situs lain di kawasan Situs Jeladri atau Situs Bedander. Tak heran jika para tokoh spiritual yang datang berziarah seringkali memulai perjalanan mereka dari punden ini.

Situs Jeladri sendiri dikenal sebagai tempat persembunyian Raja Jayanegara saat terjadi pemberontakan di era Kerajaan Majapahit. Di lokasi ini, pengunjung akan disambut oleh struktur bangunan menyerupai gapura dari batu andesit, lengkap dengan tangga dari batu bata merah dan dua patung arca di bagian atas gapura.

Lebih dalam ke kawasan situs, ada empat bangunan utama yang terdapat sejumlah makam kuno. Setiap makam ditandai dengan nisan yang dibungkus kain kafan.

Di bawah rindangnya pepohonan tua, juga terdapat sisa struktur bangunan dari bata merah berbentuk persegi, menyerupai pondasi rumah kuno dengan luas sekitar 30 meter persegi. 

(Anggit Puji Widodo/TribunJatimTimur.com)

Baca Lebih Lanjut
Spesialis Maling Sepeda Pancal di Jombang Ditangkap di Kediri, Beraksi di 11 TKP Berbeda
Eko Darmoko
Nikmati Promo Menginap Bersejarah di Hotel Tugu Malang Selama HUT ke-111
Timesindonesia
Kelokan Alas Roban, Salah Satu Jalur Tengkorak di Jawa Tengah
Timesindonesia
Haru, Terungkap Pesan Cinta Terakhir Anak dan Cucu untuk Titiek Puspa di Buku Yasin
Ragillita Desyaningrum
Dua Turis Berbikini Hilang di Hutan Thailand, Polisi Cari meski Hujan Lebat
Detik
Tim SAR Gabungan Evakuasi Seorang Pria Asal Desa Dilem Purworejo yang Sempat Hilang di Hutan
Muh radlis
Sopir Xenia Tinggalkan TKP dan Kabur ke Hutan Pasca Kecelakaan di Cikalongkulon Cianjur
Timesindonesia
Festival Pesantren Tebuireng 2025 di Jombang Bakal Meriah, Ini Rangkaian Acaranya
Timesindonesia
Sejarah Es Puter yang Jadi Hidangan Penutup Tiap Hajatan di Solo, Ternyata Ada Artinya Lho
Hanang Yuwono
Raih Akreditasi Baik Sekali, UNWAHA Jombang Siap Bersaing Menuju Universitas Unggul
Timesindonesia