TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Salah satu hidangan khas saat hajatan pernikahan di Solo, Jawa Tengah, adalah es puter.
Es puter ini biasanya dijadikan hidangan penutup resepsi pernikahan di Solo Raya.
Ternyata bagaimana es puter bisa jadi kuliner favorit di Solo bukan tanpa sejarah lho.
Demikian halnya, kenapa es ini disajikan sebagai hidangan penutup pesta pernikahan.
Asal-usul Es Puter
Es puter dikenal luas karena cara penjualannya yang unik.
Para penjual biasanya berjalan kaki sambil mendorong gerobak kecil yang dilengkapi dengan alat pemukul gong mini.
Suara “dung-dung” atau “tung-tung” yang khas inilah yang membuat es puter juga dikenal dengan nama es dung-dung atau es tung-tung.
Meskipun termasuk dalam kategori jajanan tradisional kaki lima, eksistensi es puter tidak pernah benar-benar pudar.
Justru, kehadirannya seringkali membawa nuansa nostalgia, terutama bagi generasi yang tumbuh di era sebelum kemunculan es krim modern.
Jejak Sejarah: Dari Belanda ke Nusantara
Tak banyak yang tahu bahwa asal-usul es puter berakar dari era kolonial Belanda.
Ketika itu, orang Belanda memperkenalkan es krim sebagai makanan penutup yang lembut dan manis, terbuat dari susu sapi.
Namun karena harga susu yang mahal, masyarakat pribumi tidak mampu mengakses es krim versi kolonial tersebut.
Sebagai bentuk kreativitas sekaligus solusi, masyarakat Indonesia mulai membuat es krim versi lokal dengan menggunakan santan sebagai bahan dasar pengganti susu.
Dari sinilah lahir es puter, dengan karakter rasa yang lebih gurih dan tekstur yang sedikit lebih kasar dibanding es krim berbasis susu.
Hingga kini, cara pembuatan es puter secara tradisional masih sering digunakan.
Prosesnya cukup unik: adonan berbahan dasar santan dimasukkan ke dalam tabung, lalu diputar secara manual dalam wadah berisi es batu dan garam.
Proses pemutaran inilah yang membuat adonan membeku perlahan, membentuk butiran kristal es yang menjadi ciri khas tekstur es puter.
Teknik ini menghasilkan es yang tidak sehalus es krim modern, namun justru memberikan sensasi tersendiri saat dinikmati—sedikit kasar namun kaya rasa.
Seiring waktu, es puter mulai disajikan dengan cara yang lebih menarik dan kekinian.
Kini, banyak penjual yang menambahkan topping seperti kacang, meses, serutan kelapa muda, sirup merah, hingga buah-buahan segar untuk menarik minat pembeli dari kalangan muda.
Namun, meskipun tampilannya semakin modern, cita rasa klasiknya tetap dipertahankan.
Filosofi Es Puter dalam Hajatan
Di acara pernikahan Jawa, setiap sajian akan diberikan dengan jeda waktu tertentu agar tamu bisa menikmati hidangan dengan nyaman dan tidak terburu-buru.
Menu yang disajikan pertama adalah unjukan (minuman) yang biasanya berupa teh manis hangat yang didampingi dengan makanan pembuka seperti bolu/prol tape, risol/kroket, dan kacang goreng.
Kemudian sajian kedua berupa sup yang terkenal dengan sebutan sop manten, dengan citarasa gurih dan segar.
Selain sop manten, ada juga yang memilih menyajikan selat solo dengan citarasa manis dan gurih.
Sajian ketiga adalah dhaharan (makanan utama), yang biasanya berupa nasi, dengan lauk pauk lengkap seperti sambal goreng, cap cay, acar kuning, dan kerupuk.
Terakhir adalah es yang disajikan sebagai hidangan penutup, bisa berupa es puter, es krim, atau es buah.
Sajian es juga menandakan waktu undangan hampir berakhir, sehingga tak jarang es akan dikeluarkan agak sedikit lama dengan maksud agar para undangan bisa bercengkrama terlebih dulu.
Setelah es selesai dihidangkan adalah pertanda bahwa tamu undangan dipersilahkan untuk kondur (pulang).
(*)