Grid.ID- Selingkuh bukan semata soal gairah atau hasrat, tapi lebih sering dipicu oleh komunikasi buruk dalam hubungan. Sebuah studi mengungkap bahwa komunikasi yang tidak sehat menjadi alasan utama di balik banyaknya kasus perselingkuhan, bahkan melebihi faktor seksual.
Dikutip dari The Conversation.com, Selasa (15/4/2025), menurut hasil survei terhadap 5.000 orang di Inggris, baik pria maupun wanita cenderung selingkuh karena merasa tidak didengar dan tidak dimengerti. Untuk wanita, 75% mengaku bahwa kurangnya komunikasi jadi alasan utama mereka berselingkuh.
Sementara pada pria, angkanya mencapai 68%. Hal ini bahkan melampaui faktor seksual atau ketertarikan fisik.
Perselingkuhan sering kali bermula dari perasaan tidak dihargai, tidak dimengerti, atau merasa sendiri dalam hubungan.
Tanda-tanda Komunikasi Buruk yang Harus Diwaspadai
Komunikasi buruk memiliki banyak bentuk, dan sering kali berkembang perlahan tanpa disadari. Mengutip Choosing Theraphy, berikut tanda-tanda komunikasi buruk dalam hubungan yang dapat menjadi pemicu perselingkuhan:
1. Sering Memotong Pembicaraan
Kebiasaan memotong saat pasangan berbicara menunjukkan bahwa seseorang tidak benar-benar mendengarkan. Hal ini membuat lawan bicara merasa tidak dihargai dan menurunkan kualitas dialog dalam hubungan.
2. Memutarbalikkan Perkataan
Bila seseorang sering memelintir maksud atau kata-kata pasangannya, ini menjadi tanda adanya niat untuk menghindari konfrontasi jujur.
3. Membuat Segalanya Tentang Diri Sendiri
Bila pasangan terus menerus mengalihkan topik ke dirinya sendiri, ini bisa membuat hubungan terasa satu arah. Ketidakseimbangan ini menyebabkan pasangannya merasa tidak penting dan terabaikan.
4. Bersikap Sok Tahu atau Memberi Nasihat Tanpa Diminta
Ketika seseorang terlalu sering memberi solusi tanpa mendengar, komunikasi menjadi tidak setara. Ini membuat pasangannya enggan membuka diri karena merasa tidak dipahami.
5. Selalu Terdistraksi Saat Berbicara
Mengecek ponsel atau melakukan hal lain saat berbincang menunjukkan kurangnya perhatian. Ini bisa membuat pasangan merasa tidak berarti dan mengganggu hubungan emosional.
6. Menghindari Pembicaraan Saat Ada Masalah (Stonewalling)
Menghentikan percakapan secara tiba-tiba adalah bentuk penutupan komunikasi. Bila terjadi terus-menerus, hal ini bisa memperparah konflik dan membuat hubungan memburuk.
7. Bersikap Defensif atau Agresif
Reaksi defensif atau menyerang saat menghadapi kritik hanya akan memicu konflik baru. Sikap ini menghambat komunikasi terbuka dan jujur antara pasangan.
8. Tidak Menanggapi Apa yang Dikatakan
Bila pasangan tidak menanggapi atau mengalihkan topik secara tiba-tiba, ini menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar mendengarkan. Kebiasaan ini membuat komunikasi menjadi tidak efektif.
9. Terlalu Sering Mengoreksi atau Mengkritik
Koreksi terus-menerus bisa menimbulkan perasaan tidak cukup baik atau tidak diterima.
10. Tidak Mengingat Apa yang Pernah Dibicarakan
Melupakan hal-hal penting yang pernah dikatakan pasangan bisa berarti kurangnya perhatian. Bila terus terjadi, ini akan merusak kedekatan emosional dan kepercayaan.
11. Mendengar Secara Selektif
Hanya mendengarkan bagian yang ingin didengar dan mengabaikan konteks utuh adalah ciri khas komunikasi buruk. Hal ini sering memicu salah paham yang merusak keharmonisan hubungan.
Dampak Kurangnya Komunikasi dalam Hubungan
Komunikasi adalah aspek penting dalam setiap hubungan, baik itu romantis, keluarga, maupun pertemanan. Melalui komunikasi, individu dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan emosi mereka kepada orang-orang terdekat.
Ini merupakan kunci dalam membangun kepercayaan, menyelesaikan konflik, dan memperkuat ikatan emosional. Namun ketika komunikasi terganggu, dampaknya bisa sangat merusak hubungan secara keseluruhan.
Berikut 10 efek dari kurangnya komunikasi dalam hubungan, dikutip dari Marriage.com. Mari simak satu per satu!
1. Kesalahpahaman dan Konflik
Tanpa komunikasi yang jelas, pasangan akan kesulitan memahami sudut pandang dan kebutuhan satu sama lain. Hal ini membuat mereka mudah salah menafsirkan situasi, yang akhirnya memicu perdebatan.
Konflik yang muncul pun sering kali berakar dari asumsi, bukan kenyataan. Semakin lama dibiarkan, kesalahpahaman ini bisa berubah menjadi konflik besar.
2. Kurangnya Kepercayaan
Komunikasi adalah fondasi utama kepercayaan dalam hubungan. Jika pasangan jarang berkomunikasi secara terbuka, mereka akan ragu untuk berbagi pikiran dan perasaan terdalamnya.
Ketidaknyamanan ini membuat hubungan terasa tidak aman, dan bisa memicu rasa curiga. Dalam jangka panjang, kepercayaan bisa hilang sama sekali.
3. Jarak Emosional
Kurangnya komunikasi sering menyebabkan pasangan merasa jauh secara emosional, meski mereka berada di ruangan yang sama. Tanpa percakapan yang bermakna, hubungan terasa hambar dan dingin.
Rasa kesepian bisa muncul, bahkan dalam hubungan yang tampaknya baik-baik saja di permukaan. Maggie Martinez, seorang pekerja sosial klinis, menyebut bahwa jarak emosional bisa dengan cepat berubah menjadi jarak fisik.
4. Menurunnya Keintiman
Keintiman, baik emosional maupun fisik, sangat bergantung pada komunikasi. Ketika pasangan berhenti saling berbagi perasaan dan pikiran, hubungan menjadi dangkal.
Hal ini membuat koneksi batin melemah dan gairah pun menurun. Seiring waktu, pasangan bisa merasa seperti dua orang asing.
5. Munculnya Rasa Sakit Hati dan Dendam
Saat seseorang merasa tidak didengarkan atau dipahami, rasa kecewa bisa menumpuk menjadi dendam. Ketika emosi dipendam karena tak ada ruang untuk berkomunikasi, hubungan menjadi penuh dengan luka yang tak pernah sembuh.
Dendam ini akan muncul dalam bentuk sindiran, kemarahan tersembunyi, atau bahkan keengganan untuk mendekat. Lama-kelamaan, hubungan dipenuhi energi negatif.
6. Menurunnya Kepuasan Hubungan
Komunikasi yang sehat berkorelasi langsung dengan tingkat kepuasan dalam hubungan. Ketika komunikasi buruk, pasangan cenderung merasa tidak bahagia dan kecewa.
Mereka bisa merasa kebutuhan emosionalnya tidak terpenuhi. Hal ini berisiko mempercepat kehancuran hubungan.
7. Meningkatkan Stres dalam Hubungan
Hubungan yang seharusnya menjadi tempat berlindung justru bisa menjadi sumber stres jika komunikasi tidak berjalan baik. Pasangan yang tidak saling terbuka akan mudah cemas, tidak tenang, dan penuh ketegangan.
Stres yang berkepanjangan dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik. Tanpa komunikasi yang sehat, masalah kecil pun terasa berat.
8. Sulit Menyelesaikan Konflik
Konflik dalam hubungan tak bisa dihindari, tapi komunikasi adalah kunci penyelesaiannya. Tanpa komunikasi yang baik, konflik akan berlarut-larut tanpa kejelasan arah.
Masalah-masalah lama bisa terus berulang karena tidak pernah benar-benar diselesaikan. Ketegangan ini menjadi bom waktu dalam hubungan.
9. Kurangnya Dukungan Emosional
Pasangan seharusnya menjadi sistem pendukung satu sama lain, namun itu hanya mungkin jika mereka saling memahami. Ketika komunikasi terputus, kebutuhan pasangan sering tak terlihat atau terabaikan.
Akibatnya, seseorang bisa merasa sendirian menghadapi masalah hidupnya. Hal ini memperlemah rasa kebersamaan dan kolaborasi dalam hubungan.
10. Hubungan Bisa Hancur
Kurangnya komunikasi dari waktu ke waktu bisa menjadi penyebab utama putusnya suatu hubungan. Ketika pasangan tidak lagi bisa berbicara satu sama lain secara terbuka, mereka kehilangan koneksi emosional dan kepercayaan.
Hubungan menjadi kering, dingin, dan penuh ketidakpastian. Pada akhirnya, tidak sedikit hubungan yang berakhir hanya karena mereka gagal untuk saling bicara.
Perselingkuhan kerap kali bukan tentang seks, melainkan tentang rasa tidak dimengerti dan tidak dihargai—yang berawal dari komunikasi buruk. Mengenali tanda-tandanya dan memperbaikinya sejak dini adalah kunci menjaga keutuhan hubungan.
Karena cinta tidak hanya butuh kehadiran, tapi juga pendengaran, pengertian, dan komunikasi yang sehat. Semoga informasi ini membantu!