Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Arief Hidayat mengatakan Indonesia memiliki siklus 2030 tahunan. 

Saat ini diungkapkannya situasi gelap menuju ke arah chaos. Tetapi diharapkannya anak bangsa jangan menjadi korban. Atas hal itu ia meminta semua stakeholder bersatu. 

Adapun hal itu diungkapkan Arief saat berpidato pada acara Halal Bi Halal 1446 H Persatuan Alumni GMNI di Jakarta Pusat, Sabtu (12/4/2025). 

"Memang saya menyadari setelah saya mengkaji dari sisi klinik hukum tata negara di Indonesia itu memang ada time siklus 2030 tahunan dan ada siklus besar tujuh abad," kata Arief dalam pidatonya. 

"Abad ketujuh Nusantara pernah jaya, bangsa yang hidup di Nusantara pernah jaya di era Sriwijaya. Tujuh abad kemudian era Majapahit," imbuhnya. 

Lanjutnya tujuh abad kemudian ini sekarang abad ke21 yaitu abadnya NKRI berdasarkan Pancasila.

"Tapi di tengahtengah itu ada time siklus kecil 2030 tahunan. Kita mulai sejak tahun 1908, 20 tahun kemudian 1928, 2030 tahun kemudian 1945 Indonesia Merdeka. Lalu siklus 20 tahun, 1965 ada peristiwa besar, setelah 65, 1998 ada peristiwa besar era reformasi," ungkapnya 

Sekarang, kata Arief era yang berikutnya ini memunculkan era baru 2030 tahunan.

"Sehingga tadi saya diskusi dengan Mas Eros dan para temanteman yang senior, ini kita memasuki era siklus yang pasti ada chaos," ungkapnya. 

Kemudian diungkapkan Arief, ada istilah Ibu Bertiwi. Sedangkan negaranegara lain di Eropa Barat terutama menggunakan istilah negaranya itu Fatherland. 

"Jadi berjenis kelamin lakilaki di sana. Sementara Indonesia berjenis kelamin perempuan. Apa kehebatan perempuan? Perempuan mempunyai stamina yang luar biasa, lebih kuat daripada lakilaki," kata Arief. 

Tapi, terangnya ada siklus yang namanya haid, sehingga dalam siklus 2030 tahunan Indonesia selalu berdarahdarah karena Ibu Pertiwi sedang haid. 

"Apakah haid itu akan lebih banyak atau tidak? Ternyata karena usianya sudah mendekati 80 tahun, maka sebetulnya Ibu Pertiwi sudah berhenti haid, menstruasi berhenti," tuturnya. 

Sehingga, lanjutnya diharapkan bersama meskipun ini situasi gelap menuju ke arah chaos. Tapi jangan mengorbankan anak bangsa.

"Siklussiklus itu yang saya sebutkan, kalau kita tidak hatihati betul menghadapi itu. Kita perlu khawatir dan mengharapkan ada kesadaran bersama seluruh stakeholder," ungkapnya. 

Tidak hanya eksekutifnya, legislatif, dan yudikatif, kata Arief. Tapi seluruh komponen bangsa mempunyai kepedulian bersama untuk bersatu membawa kebesaran Indonesia.

"Tentunya kebesaran Indonesia patokannya apa? Visi, misi, tujuan, dan warisan, dan amanah dari pendiri bangsa yang terutama NKRI menjadi besar," tandasnya. 

 

 

Baca Lebih Lanjut
PJ Sekda Sebut, Ketua Baru Askab PSSI Banyuwangi Michael Edy Hariyanto Harapan Kemajuan Sepak Bola Daerah
Timesindonesia
Jorenzo Jonathan, Wajah Baru National Director Miss Grand Indonesia dengan Semangat #TheBeautyOfPeace
Timesindonesia
Ketua MUI: Hentikan Penghinaan atas Nama SARA, Jangan Beri Ruang untuk Saling Benci
Tribunnews
Pelatih Yaman Sesalkan Banyak Peluang Terbuang Melawan Indonesia
Detik
Pecinta Bola Sebut Kepemimpinan Michael Bawa Angin Segar Perubahan Askab PSSI Banyuwangi
Timesindonesia
Rayakan Momen Idulfitri, PT Pesat Global Indonesia Bagikan Bingkisan Lebaran untuk Ribuan Karyawan
Tribunnews
Maarten Paes Sebut Ada Banding soal Kartu Kuning Agar Bisa Main Lawan China
KumparanBOLA
Indonesia Vs Yaman: Evandra Florasta Kembali Jadi Bintang Kemenangan RI
Detik
Mayoritas Pemain Timnas Indonesia U-17 Berasal dari...
Detik
Operasi Ketupat 2025: Arus Balik ke Jakarta Lancar dan Terkendali
Tribunnews