Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pemilik Sate Kambing Muda “Pak Dahlan”, H.M. Sarbini telah berpulang pada Sabtu (15/2/2025).

Putrinya, Septy Fitriq Sari sempat berkisah pada TribunSolo.com, bagaimana ia sejak duduk di bangku SD sudah diajak mencari kambing.

Sebagai seorang anak yang gemar bermain tentu ia mengeluhkan hal ini.

Di saat teman sebayanya tiap liburan bisa bermain sepedaan, ia sudah ke pasar pukul 04.00 dini hari.

“Saya dari kecil ilmunya Bapak ya ampun ternyata ilmunya yang ditinggalkan sekarang tahu. Biar bisa meneruskan,” ungkapnya sambil berkaca-kaca.

Ia baru mengerti kenapa ayahnya selalu mengajaknya terlibat dalam usaha warung makan yang dirintis ini.

Mulai dari mencari kambing hingga proses pengolahan hingga menyajikan sate dan aneka olahan lain.

“Kalau dari kecil misalkan hari Minggu malah lebih pagi jam 4 dibangunkan ke Pasar Kambing ikut Bapak nyari kambing,” tuturnya.

Meski saat itu ia belum bisa sesuai harapan, ayahnya selalu ingin agar ia terlibat.

Dengan kakaknya, Hesti Aprilia Sari ia belajar hingga memilih bahan-bahan untuk bumbu masakan.

“Terus bantuin bikin teh. Belajar nusuk. Meskipun nusuki nggak karuan. Saya diajak ke pasar beli bawang merah, tomat, lihat kualitas,” terangnya.

Ia baru terjun di bisnis ini setelah lulus kuliah.

Saat itulah ia sadar betapa pentingnya dulu melibatkan anaknya dalam berbisnis warung sate ini.

Saat stamina ayah ibunya mulai menurun ia bisa langsung mengambil alih bisnis ini.

“Lulus kuliah mendampingi karena Ibu sudah semakin tua. Mulai tahun 2002 Bapak sudah sakit-sakitan. Saya baru merasakan biar kalau sudah besar orang tua sudah nggak ada tidak malas,” jelasnya.

Ia selalu ingat pesan almarhum yang selalu mengajarkan bagaimana memperlakukan belasan karyawannya.

Sekitar 15 karyawan ia anggap seperti saudara sendiri.

“Sama karyawan dianggap kaya saudara. Makan tiap hari antara keluarga dan saudara tidak ada bedanya. Misalnya sayur sop sayurnya sama. Belakang tahu tempe depan ya tahu tempe. Karena Bapak mengajarkan seperti itu,” tuturnya.

Selain itu, pesan almarhum yang selalu diingatnya adalah jangan sampai mengurangi takaran resep.

Meski harga bahan seringkali naik turun, kualitas masakan harus tetap dijaga.

“Pokoknya harus menjaga kualitas dagangan. Itu untuk menjaga kualitas penjualan. Jangan diubah. Meskipun harga bahan baku mahal. Nggak apa-apa yang penting bisa untung,” jelasnya.

(*)

Baca Lebih Lanjut
Pulang Kampung ke Tegal, Wajib Makan 5 Sate Kambing Batibul di Sini
Detik
Liburan ke Jogja Bisa Cicip 10 Sate Klathak yang Empuk Bikin Nagih
Detik
Sate Kere, Makanan 'Wong Cilik' di Masa Penjajahan Belanda
Detik
Sedep Mantep! Soto Daging dan Ayam Rp 10 Ribu di Solo
Detik
Ternyata Ini Untungnya Mudik Lebaran ke Sekitar Solo, Banyak Surga Kuliner yang Wajib Kamu Kunjungi
Moh. Habib Asyhad
Usai Rendang 200 Kg, Willie Salim Masak Gulai 25 Ekor Kambing di Semarang
Detik
Mampir Rek! Jajan Lontong Balap Surabaya yang Sedap di 5 Tempat Ini
Detik
5 Tempat Makan Tertua di Jogja, Ada yang Populer Sejak 1920
Detik
Puas Mantap! Makan di 5 Ayam Goreng yang Terkenal di Jogja
Detik
Catat! Ini 5 Empal Gentong Enak Buat Pemudik yang Mampir ke Cirebon
Detik