Ada satu sosok di Juventus yang patut khawatir dengan pemecatan Thiago Motta. Dia adalah Direktur Olahraga Cristiano Giuntoli yang posisinya lagi disorot.
Motta tidak sampai semusim jadi pelatih Bianconeri setelah di-PHK pekan lalu karena performa buruk tim. Bersama Motta, Juventus cuma menang 18 kali dan kalah delapan kali dari 42 laga.
Juventus gagal bersaing di jalur Scudetto, lalu tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia. Ini tentu tidak sebanding dengan belanja besar yang dilakukan musim panas lalu.
Motta mendapat sokongan penuh ketika Juventus membelanjakan lebih dari 200 juta euro untuk pemain baru. Sayangnya, para pemain baru Juventus itu gagal tampil memuaskan, sekalipun berharga mahal.
Sebut saja Teun Koopmeiners yang ditebus dari Atalanta dengan mahar lebih dari 50 juta euro, malah menurun performanya. Lalu, juga ada ada Douglas Luiz dan Nico Gonzalez yang bernasib sama.
Namun, tidak cuma Motta yang dianggap bertanggung jawab atas performa buruk tim, tapi juga Giuntoli selaku Direktur Olahraga. Giuntoli berperan dalam proses pengangkatan Motta serta transfer pemain.
Giuntoli yang punya track record bagus semasa bekerja di Napoli malah jeblok. Tidak cuma gagal dalam pembelian pemain, Giuntoli dinilai salah langkah dalam melepas beberapa pemain yang justru tampil bagus di klub barunya.
Sebut saja Dean Huijsen, bek muda Spanyol yang kini jadi rebutan klub-klub besar Eropa setelah tampil bagus di Bournemouth. Juventus cuma melepasnya seharga 17 juta euro karena terbentur aturan Financial Fair Play.
Tapi, di bursa transfer Januari, Juventus malah mendatangkan bek cadangan Newcastle United Lloyd Kelly, dengan harga serupa. Ini tidak termasuk keputusan melepas Wojciech Szczesny dan Federico Chiesa.
Dikutip La Gazzetta dello Sport, masa depan Giuntoli dalam bahaya karena bisa saja manajemen Juventus memecatnya sewaktu-waktu, karena krisis tim saat ini.
Giuntoli dianggap terlalu berkuasa sehingga tidak ada check and balance di dalam tim.