TRIBUN-MEDAN.com - Seorang suami membawa anaknya untuk melakukan tes DNA guna mengungkap perselingkuhan istrinya.
Ketika menerima hasilnya, suami tersebut menemukan fakta yang lebih mengejutkan.
Dilansir dari Eva.vn pada Rabu (26/2/2025), sebuah keluarga kecil di Amerika hidup bahagia selama lima tahun terakhir.
Keluarga tersebut menganggap bahwa putri mereka merupakan hasil dari cinta yang tulus antara suami dan istri.
Pasangan ini bertemu saat masih kuliah dan menikah setelah menjalani hubungan yang penuh cinta.
Namun, penampilan putri mereka mulai membuat suami merasa curiga. Kedua orang tua memiliki mata biru, sementara putri mereka memiliki mata cokelat.
Awalnya, suami hanya merasa aneh, tetapi rasa curiga itu semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Berdasarkan pengetahuan dasar biologi yang dimilikinya, ia tahu bahwa sangat jarang terjadi jika dua orang tua bermata biru memiliki anak bermata cokelat.
Selain itu, ia mulai memperhatikan bahwa anak-anak lain dalam keluarga memiliki sifat genetik yang lebih mirip dengan orang tua mereka.
Rasa ingin tahu yang semakin kuat membuat sang suami diam-diam memutuskan untuk melakukan tes DNA pada putrinya, berharap bisa mengungkapkan apakah ada sesuatu yang tidak beres dengan hubungan keluarga mereka.
Ketika hasil tes DNA itu sampai di tangannya, sang suami tercengang. Hasil tes menunjukkan bahwa ia tidak memiliki hubungan darah dengan anak yang selama ini ia sayangi dan rawat.
Fakta ini kemudian mengguncang seluruh kehidupan keluarga tersebut.
Namun, sang suami tidak segera memberitahu istrinya tentang hasil tes tersebut. Sebaliknya, ia mulai menjauh dari putrinya, yang membuat sang istri kebingungan.
Melihat perubahan itu, sang istri menemui suaminya dan menuntut penjelasan. Namun, alih-alih mendapat jawaban yang jelas, ia malah diinterogasi oleh suaminya dengan tuduhan selingkuh dan memiliki anak dengan pria lain.
Melihat perubahan yang drastis dalam sikap suaminya, sang istri merasa semakin terpojok. Ia merasa ada yang tidak beres dalam hubungan mereka dan memutuskan untuk melakukan tes DNA sendiri guna membuktikan bahwa ia adalah ibu kandung dari putrinya.
Namun, hasil tes yang diterimanya justru lebih mengejutkan lagi. Hasil tes menunjukkan bahwa dirinya juga bukan ibu kandung anak yang selama ini ia rawat.
Setelah menerima kenyataan yang pahit, pasangan ini mulai berpikir secara rasional dan mencoba meninjau kembali seluruh proses kelahiran putri mereka.
Mereka berdua ingat dengan jelas bahwa sang istri melahirkan di rumah sakit yang sama lima tahun lalu, namun tidak ada tanda-tanda adanya kesalahan yang mencurigakan pada saat itu.
Namun, satu-satunya penjelasan yang bisa mereka pikirkan adalah kemungkinan adanya kesalahan besar di pihak rumah sakit tempat putri mereka dilahirkan.
Tanpa membuang waktu, mereka segera menghubungi rumah sakit tersebut dan meminta pihak rumah sakit untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Namun, tanggapan yang mereka terima dari pihak rumah sakit sangat mengecewakan dan tidak memuaskan, yang semakin memperburuk keadaan.
Mereka merasa semakin tidak puas dengan penjelasan yang diberikan dan akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah hukum.
Pasangan ini menggugat rumah sakit dengan tuntutan ganti rugi dan meminta penyelidikan lebih lanjut terhadap bayi-bayi yang dilahirkan pada hari yang sama, untuk memastikan apakah ada bayi lain yang juga telah salah diberikan kepada orang tua yang tidak seharusnya.
Selain berjuang untuk menemukan anak kandung mereka, pasangan ini juga dihadapkan pada tantangan berat lainnya: bagaimana memberi tahu putri mereka yang selama ini mereka anggap sebagai darah daging mereka, bahwa kenyataannya, dia bukan anak kandung mereka.
Pasangan ini juga berharap keluarga kandung dari putri mereka yang telah salah diberikan dapat menemukan keberadaan anak mereka.
Mereka merasa sangat terhubung dengan keluarga tersebut, karena mereka semua merasakan kehilangan yang sama, meskipun dalam cara yang berbeda.
Kasus ini dengan cepat menarik perhatian publik setelah dibagikan secara luas di media sosial.
Banyak orang yang menyampaikan simpati terhadap pasangan ini, sementara itu, kritik keras juga ditujukan kepada pihak rumah sakit atas kelalaian yang telah menyebabkan kesalahan yang sangat besar ini.
Banyak yang menilai bahwa ini adalah masalah besar yang harus segera diperbaiki, karena melibatkan nasib anak-anak yang tidak bersalah.
Kini, pasangan ini sedang aktif bekerja sama dengan pengacara mereka untuk melacak anak kandung mereka. Mereka juga berharap keluarga kandung dari putri mereka yang salah diberikan juga tengah melakukan pencarian serupa.
Para ahli hukum menyatakan bahwa jika terbukti bahwa rumah sakit telah salah memberikan bayi, pasangan ini berpotensi mendapatkan ganti rugi yang signifikan.
Namun, yang lebih penting bagi mereka bukanlah uang, melainkan proses pencarian anak kandung mereka yang telah hilang selama lima tahun terakhir. Mereka berharap bahwa akhirnya, kebenaran akan terungkap dan mereka bisa kembali bersatu dengan anak kandung mereka.
Kasus ini masih dalam penyelidikan, dan setiap perkembangan terbaru akan terus diawasi oleh publik yang semakin peduli dengan kasus ini.
Pertanyaan besar kini adalah apakah kedua keluarga akan berhasil menemukan anak kandung mereka? Dan apakah keadilan akan ditegakkan atas kegagalan besar yang dilakukan oleh rumah sakit dalam memastikan kelahiran bayi yang tepat?
Sampai saat ini, jawabannya masih belum jelas, namun kasus ini menjadi peringatan besar tentang pentingnya tanggung jawab rumah sakit dalam memastikan ketepatan mutlak dalam merawat bayi baru lahir.
(cr31/tribun-medan.com)