Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI -
Pemandian Tirtomarto, Pengging merupakan peninggalan Raja Solo
Di masa kejayaan keraton kasunanan Surakarta, kala itu raja banyak membangun Pesanggrahan, miniatur istana/Istana kecil yang dibangun di luar istana negari.
Pesanggrahan biasa digunakan raja untuk istirahat atau menenangkan diri di luar istana negari.
Nah, Umbul Pengging ini merupakan salah satu Pesanggrahan Ngeksi Purna yang dibangun oleh Raja Solo.
Dimana bagian Pesanggrahan Ngeksi Purna meliputi Masjid Ciptomulyo dan Kompleks Makam Astana Luhur.
Dipilihnya Pengging sebagai miniatur kerajaan Solo bukan tanpa alasan.
Pemerhati sejarah Kota Solo KRMAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat menyebut pengging merupakan tanah yang diberkahi.
Jauh sebelum Pesanggrahan ini ada, tanah Pengging sudah menjadi pusat peradaban manusia.
Mulai dari masa Medang, Prabu Anglingdriya sudah menjadi Pengging sebagai pusat peradaban.
Sumber air melimpah, udaranya yang sejuk karena berada di lereng gunung namun jauh dari bahaya gunung itu sendiri.
Kemudian Keraton Surakarta, PB X ingin menjadikan Pengging sebagai miniatur keraton mengikuti jejak leluhurnya.
Sinuhun PB X kemudian membangun Pesanggrahan di Pengging.
Pesanggrahan yang dibangun 14 Juli 1908 ini diberi nama Ngeksipurna.
"Untuk Melengkapi Pesanggrahan itu, dibangun pula Masjid Cipto Mulyo dan tentu saja pemandian keluarga Raja yang dinamai Tirtamarta," tambahnya.
Sebelum dibangun oleh Raja, umbul yang ada masih berupa sendang-sendang (sumber mata air) yang masih alami.
Di dalam kompleks pemandian Tirtomarto ini raja kerap menggunakan Umbul Ngabean untuk mandi.
Itulah mengapa, ketika mandi di pemandian Tirtomarto/umbul pengging sensasinya seperti mandi ala raja.
(*)
Di dalam kompleks pemandian Tirtomarto ini raja kerap menggunakan Umbul Ngabean untuk mandi.
Itulah mengapa, ketika mandi di pemandian Tirtomarto/umbul pengging sensasinya seperti mandi ala raja.
(*)