TRIBUNJATIM.COM - Ada mantan kepala desa di Boyolali yang ternyata seorang buronan.

Kades tersebut menjadi buron selama kurang lebih 16 tahun.

Sudah menjadi buronan ternyata mantan kades itu masih percaya diri dan merasa tidak bersalah.

Sosok mantan kades itu bernama Maryoto, mantan Kades Teras di Boyolali yang menjadi buron selama 16 tahun.

Maryoto adalah terpidana kasus tanah desa.

Ia melarikan diri pada tahun 2009 setelah divonis bersalah. Sejak itu ia masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).

Kini, Maryoto akhirnya ditemukan.

Meski sudah 16 tahun melarikan diri, Maryoto  akhirnya ditangkap tim Kejaksaan Negeri (Kejari) Boyolali. 

Maryoto ditangkap tim intelijen Kejari Boyolali, Rabu (5/3/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari TribunJateng.com, Kamis (6/3/2025).

"Kemarin kita setelah melakukan pendalaman dan mencari informasi. Dapat informasi bahwa yang bersangkutan ini berdomisili di Lampung," kata Kasi Intelijen, Imanuel Yogi.

Pihaknya berkoordinasi dengan Kejaksaan negeri Bandar Lampung untuk mengamankan terpindana ini. 

"Kemudian, terpidana ini kita amankan di Jalan Pulau Madura Nomor 33B RT 008 Kelurahan Wahihalim, Kecamatan Wahihalim, Kota Bandar Lampung," jelasnya. 

Setelah berhasil ditangkap, Maryoto kemudian dibawa ke Kejari Bandar Lampung sebelum dibawa pulang ke Boyolali. 

"Besok langsung kita eksekusi ke rutan Boyolali untuk menjalani pidananya," kata Yogi. 

BURONAN 16 TAHUN - Tampang mantan Kades Teras, Maryoto periode 1998-2006 yang masuk Daftar Pencarian Uang (DPO) karena menjadi terpidana korupsi. Diketahui, Maryoto sudah 16 tahun melarikan diri, akhirnya ditangkap Kejari Boyolali di Bandar Lampung, Rabu (5/3/2025).
BURONAN 16 TAHUN - Tampang mantan Kades Teras, Maryoto periode 1998-2006 yang masuk Daftar Pencarian Uang (DPO) karena menjadi terpidana korupsi. Diketahui, Maryoto sudah 16 tahun melarikan diri, akhirnya ditangkap Kejari Boyolali di Bandar Lampung, Rabu (5/3/2025).
(TRIBUN SOLO/TRI WIDODO)

Maryoto, mantan Kades Teras itu menjadi terpidana korupsi penyelewengan tanah kas desa. 

Dia divonis bersalah melakukan tindak pidana korupsi pengelolaan tanah kas desa pada tahun 2003-2006. 

Pada September 2008, Maryoto divonis hukuman  1 tahun 2 bulan penjara dan denda Rp 75 juta subsider 2 bulan. 

Maryoto juga wajib membayar uang ganti denda Rp 37 ribu.

Atas putusan itu Maryoto melakukan banding.

Bukannya mendapat keringanan, pengadilan tinggi malah menambah hukumannya. 

"Pada Januari 2009, Pengadilan Tinggi (PT) putusannya naik," katanya. 

Hukuman yang harus dijalani Maryoto menjadi 2 tahun dan denda Rp 100 juta subsider 2 bulan. 

Maryoto yang bersikukuh tak bersalah pun akhirnya mengajukan kasasi. 

Namun lagi-lagi, Maryoto kalah. MA menolak permohonan kasasi Maryoto. 

"Maryoto kemudian melarikan diri. Dan sejak 2009 Maryoto masuk dalam daftar pencarian orang (DPO)," pungkasnya. 

Kisah lainnya, seorang nenek bernama Mbah Tasem yang hidup terlantar dan sebatang kara tinggal di gubuk penuh sampah, viral di media sosial.

Dengan tubuh kurus dan pakaian compang-camping, ia terduduk di lantai yang berupa tanah, antusias menyambut tamu yang datang.

Nasib Mbah Tasem yang menyedihkan tersebut dibagikan oleh Ketua Yayasan Griya Lansia Khusnul Khatimah, Arief Camra, di TikTok.

Diketahui, Arief langsung bergegas menuju ke gubuk tersebut, di Desa Losari, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, setelah dapat aduan dari warga soal kondisi miris Mbah Tasem.

"Saya bersama tim Griya Lansia akan mengevakuasi nenek yang ada dalam video ini," kata Arief, melansir akun TikTok @ariefcamra.

"Jauh tapi tetap kami jemput, karena memang sangat butuh pertolongan," imbuhnya.

Sembari menahan tangis, Arief pun merekam pertemuannya dengan Mbah Tasem.

Jauh-jauh datang dari Malang, Jawa Timur, Arief seketika iba melihat kondisi Mbah Tasem yang memilukan.

Betapa tidak, Mbah Tasem ternyata tinggal di gubuk tua penuh sampah berserakan di dalamnya.

Arief juga merekam tiap sudut gubuk yang dipenuhi debu serta barang-barang usang.

Sehari-hari Mbah Tasem nyatanya tidur di kasur kapuk berdebu tersebut tanpa keluarga serta teman.

Tak cuma itu, sesekali juga Mbah Tasem kepergok tidur di kebun pisang di atas tumpukan sampah.

Usai mengecek kondisi gubuk tersebut, Arief segera mengevakuasi Mbah Tasem.

Arief menggendong Mbah Tasem untuk diangkut dengan mobilnya.

NENEK SEBATANG KARA: Tangkapan layar seorang nenek bernama Mbah Tasem hidup sebatang kara, disadur pada Kamis (27/2/2025). Kisah Mbah Tasem hidup di gubuk penuh sampah viral di media sosial.
NENEK SEBATANG KARA: Tangkapan layar seorang nenek bernama Mbah Tasem hidup sebatang kara, disadur pada Kamis (27/2/2025). Kisah Mbah Tasem hidup di gubuk penuh sampah viral di media sosial. (TikTok/ariefcamra)

"Insya Allah, beliau yang namanya Mbah Tasem akan kami rawat di Griya Lansia sampai tutup usia."

"Insya Allah akan kami fasilitasi gratis," ujar Arief, seperti dilansir dari TribunnewsBogor.com.

"Kami evakuasi, supaya mendapatkan tempat yang lebih layak di Griya Lansia."

"Jauh-jauh saya dari Malang ke Banyumas untuk mengevakuasi beliau. Insya Allah beliau akan kami rawat lebih baik," sambungnya.

Setelah Mbah Tasem dievakuasi, pihak desa mengungkap fakta mengejutkan.

Kepala Desa Losari, Arsim, membantah Mbah Tasem adalah warganya yang terlantar.

"Warga kami di sini itu sudah membantu, dari desa juga sudah membantu."

"Jadi apa yang selama ini diviralkan bahwa Bu Tarsem lansia terlantar, itu tidak benar," ujar Arsim.

Oleh karena itu, sang Kades tidak terima saat Arief langsung mengevakuasi Mbah Tasem untuk dibawa ke panti jompo.

"Saya mau mengkonfirmasi disertai Dinsos, adanya berita di medsos, benar atau enggak sih ada lansia terlantar."

"Saya konfirmasi kepada pengunggah pertama, tidak ada maksud apapun, hanya untuk membantu."

"Tapi tercium yayasan, sehingga yayasan langsung mengeksekusi tanpa upaya untuk mencari riwayat daripada Bu Tarsem," kata Arsim.

Lebih lanjut diungkap Arsim, Mbah Tasem selama ini memang senang tinggal menyatu dengan alam.

Lantaran hal itu, Arsim cemas jika Mbah Tasem tidak akan betah tinggal di yayasan Griya Lansia milik Arief.

"Saya malah khawatir bahwa Bu Tarsem kesehatannya. Sebab Bu Tarsem yang saya alami di sini memang menyatu dengan alam," bebernya.

"Walaupun dia disuruh pindah di kamar ber-AC, dikasih kasur empuk, ya enggak betah, betahnya seperti ini," sambungnya.

Tangkapan layar cuitan Susi Pudjiastuti yang miris melihat Mbah Tasem hidup sebatang kara, disadur pada Kamis (27/2/2025). (Twitter/susipudjiastuti - TikTok/ariefcamra)
Tangkapan layar cuitan Susi Pudjiastuti yang miris melihat Mbah Tasem hidup sebatang kara, disadur pada Kamis (27/2/2025). (Twitter/susipudjiastuti - TikTok/ariefcamra) ()

Mendengar alibi dari Kades Arsim, Arief emosi.

Arief lantas menjelaskan perihal kedatangannya ke gubuk Mbah Tasem.

Diungkap Arief, momen saat ia mengevakuasi Mbah Tasem disaksikan sendiri oleh warga sekampung hingga Pak RT.

Bahkan diakui Arief, warga sekitar sangat menyambut niat baik Arief untuk menyelamatkan Mbah Tasem.

"Yang menggugah video pertama ya saya ini. Karena informan pertama Mbak Nia itu dia enggak berani unggah."

"Saya dibilang tidak koordinasi? Saya sudah koordinasi dengan RT setempat, silakan tanya sama Pak RT yang ada di situ."

"Saya ngambil itu dikepung orang sekampung dan mereka welcome," tegas Arief Camra.

"Saya mengambil Mbah Tarsem itu disaksikan warga banyak, enggak diam-diam."

"Kok ndak koordinasi gimana? Njenengan jangan berkelit lah, jadilah kades yang tanggung jawab, siap salah," sambungnya.

Tak terima dengan pernyataan sang kades, Arief mengurai sindiran menohok.

Bahwa Kades seolah tak mau disalahkan jika ada warganya yang hidup terlantar.

"Pak Kades masak enggak bisa membedakan orang yang dibantu sama yang tidak dibantu?"

"Masak kondisi kayak gitu dibilang membantu. Kamu itu kalau salah, ya minta maaf sudah. Pak Kades kok berkelit aja," imbuh Arief.

"Yang dikhawatirkan itu apa? Di sini insya Allah terawat dengan baik, jangan mengada-ada."

"Kalau misalnya beliau ditakdirkan meninggal di sini, itu berarti beliau minta dirawat."

"'Menyatu dengan alam'? Logika berpikir sampeyan seperti apa? Lurah yaopo iki," pungkasnya.

Arief menegaskan hidup Mbah Tasem dijamin akan bahagia hingga akhir hayat.

"Sumpah lucu lurah situ ini, Mbah Tarsem itu hidup dengan sampah, kotoran seperti itu."

"Kamu mau enggak tidur di tempat seperti itu? Kamu sendiri mungkin kamarnya ber-AC, empuk, rakyatnya begitu?" sindir Arief.

Baca Lebih Lanjut
Jadi Buronan Korupsi Penyelewengan Tanah Kas Desa, Eks Kades Teras Boyolali Masuk DPO Sejak 2009
Vincentius Jyestha Candraditya
BREAKING NEWS : Eks Kades Teras Boyolali Dibekuk di Bandar Lampung, 16 Tahun Jadi Buronan Korupsi
Vincentius Jyestha Candraditya
Kabur ke Bandar Lampung Gegara Korupsi, Eks Kades Teras Boyolali Ternyata Buka Bimbel Selama Buron
Vincentius Jyestha Candraditya
Akhir Cerita Pelarian eks Kades Teras Boyolali, 16 Tahun Buron, Kabur Setelah Ogah Mengaku Salah
Putradi Pamungkas
Buron 16 Tahun Gegara Selewengkan Tanah Kas Desa, Mantan Kades di Boyolali Ditangkap di Lampung
Hari Widodo
Awal Mula Warga Solo Kena Tipu Wedding Organizer, Sudah Bayar Lunas Tapi Uang Malah Dibawa Kabur
Putradi Pamungkas
SOSOK Attaubah Mufid Suami Reza Gladys yang Disorot Usai Istrinya Penjarakan Nikmir, Dikenal Sultan
Angel aginta sembiring
Jasad Kades yang Sempat Hilang Belum Bisa Diangkat, Medan Curam dan Jenazah Terhimpit jadi Penyebab
Ayu Prasandi
Sosok Noppi Temukan Motor yang Dicuri 2 Tahun Lalu saat Berburu Takjil: Masih Rezeki
Galih permadi
Tersangka Korupsi Dana Wisata Mangrove Bintan Kepri Sudah Gunakan Dana Selama Tujuh Tahun
Prawira Maulana