TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Putri Merdekawati (45) sedari pagi sekira pukul 07.30 WIB sibuk membuat desain motif batik untuk jadi satu diantara produk di galeri batik SiPutri yang terkenal dengan menggunakan pewarna alam.
Batik SiPutri memiliki ciri khasnya tersendiri yakni motif-motif flora dan warna batik yang teduh untuk dipandang.
Selain itu hasil motif batik yang dihasilkan adalah eksklusif atau hanya beberapa lembar kain saja.
Galeri batik siPutri.id terletak di Watusari RT.03/RW.06 Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang yang berdiri di kebun seluas 400 meter persegi.
Bukan tanpa alasan, di kebun tersebut ditanami oleh Putri Merdekawati sekira tahun 2018 dengan beragam tumbuhan diantaranya Pohon Jati, Ketapang, Rambutan, Cepokak, Klengkeng, Kenikir, Redpanama, Biden dan lainnya.
Tumbuhan-tumbuhan itu dimanfaatkan untuk memberikan warna pada batik yang dia produksi ataupun menjadi motif kain ecoprint.
Awal mula dia terjun ke dunia batik pewarna alam dikarenakan rasa cintanya terhadap batik dan kelestarian lingkungan.
Ketika itu dirinya yang berasal dari Yogyakarta melihat neneknya membatik dengan menggunakan pewarna alam.
"Dulu nenek, atau simbah buat batik dari pewarna alam tapi tidak untuk dijual hanya dipakai sendiri saja," kata perempuan yang akrab dipanggil Putri, Kamis (6/3/2025).
Dari selembar kain itu, membuatnya mulai penasaran dengan batik yang berbeda dari umumnya.
Mulai dari warna yang dihasilkan berbeda, proses pembuatannya hingga pada proses pewarnaan yang lebih panjang dan 'tricky'.
Proses tahapan yang berbeda, menarik minat dan rasa penasaran Putri untuk mendalami batik tersebut.
"Saya punya sahabat namanya kak Eni yang mau mengajari dan support. Kemudian saya coba jual, ternyata laku dan ada pasarnya orang-orang yang tidak terlalu suka batik dengan warna terang," katanya.
Sambil menunjukan satu kain batik bermotif biji kopi, Putri mengatakan bahwa semasa dirinya berkarya harus memiliki makna dan manfaatnya baik untuk manusia ataupun alam.
Meski dia bukan pegiat alam murni, namun niatannya menjaga kelestarian alamnya merupakan keinginan tulusnya.
Tidak hanya mengeksploitasi, namun Putri juga melakukan penanaman dan pemeliharaan tumbuhan.
Dari penggunaan alam sebagai pewarna murni, maka limbah yang dihasilkan pun tidak akan merusak ekosistem tumbuhan di kawasan sekitarnya.
Bahkan Putri sempat menunjukan lokasi-lokasi pembuangan limbah pewarna kain batik yang dihasilkan dari produksinya.
Beberapa sumur resapan dan bak limbah itu berbentuk kolam dengan dasar dan tembok murni dari tanah. Disekitar tempat pembuangan pun juga terlihat tanaman rambutan yang tumbuh dengan subur dan sedang berbuah segar.
Aroma ditempat pembuangan limbah juga tak terlalu tajam dibandingkan rumah produksi batik lainnya.
Dalam produksi kain batik pewarna alam, Putri dibantu dengan sekira 15 orang dari warga sekitar yang memiliki tugasnya masing-masing.
Tidak hanya membuat produk usaha batik saja, Namun Putri mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
Mulai dari membatik dengan canting, membatik dengan metode cap, melakukan pewarnaan, melorot malam, dan sebagainya.
"Semakin ke sini, ada beberapa segmen yang sudah memikirkan jauh tentang lingkungan. Didukung kebijakan global yang tergerak bahwa fesyen itu tidak hanya berpakaian namun berpikiran panjang, tentang amannya untuk lingkungan, keamanan untuk kesehatan pekerja," jelasnya.
Selain memproduksi batik, Putri Merdekawati juga sering memberikan pelatihan ataupun edukasi baik untuk kalangan akademisi, pelajar, dan masyarakat.
Dari hasil-hasil kain batik pewarna alam yang telah diproduksi memberikan daya tarik dan minat untuk masyarakat di Indonesia ataupun hingga luar negeri.
Pada bulan Suci Ramadan ini, kain batik dengan warna teduh itu sudah mulai menjadi buruan para masyarakat.
Putri mengatakan pada awal bulan Ramadan sudah mencapai seratusan produk yang akan dia produksi. Kain-kain tersebut menjadi souvernir ataupun baju untuk lebaran nanti.
"Yang kain itu masih puluhan, kalau souvernir gift (aksesoris) dari kain batik pewarna alam ini sudah ada seratusan. Biasanya mereka pakai untuk bahan baju Idul Fitri ataupun aksesoris tambahan untuk outfit saat lebaran nanti," paparnya.
Karena batik yang diproduksi merupakan batik murni atau tulis. Maka harga yang ditawarkan mulai dari Rp 300 ribu-an ke atas perlembar kainnya.
Untuk produk koleksi pakaiannya, yakni pada sekitar Rp 200 ribuan karena merupakan kombinasi dengan kain lainnya. Sedangkan aksesoris dan lainnya berkisar Rp 100 ribuan.
Pemasaran produk batik pewarna alam SiPutri melalui daring dan luring. Untuk pemasaran daring, telah menggunakan beragam media sosial serta marketplace, sedangkan pemasaran luring produk siPutri berada di galerinya, di bandara, Kota lama Semarang, juga bekerja sama dengan beberapa hotel di Jakarta.
"Pemasaran kami tidak hanya di Indonesia saja dominannya di kota besar, namun juga beberapa kali di luar negeri seperti Jerman, Canada, Singapore, Korea Selatan, Dubai dan Malaysia. Tentu tantangan ya, kami juga harus buat batiknya agar tidak luntur dan bertahan di empat cuaca," ujarnya.
Tentunya, konsistensi Putri Merdekawati juga pernah diuji perjalanan suksesnya tidak semulus yang dikira. Banyak cobaan yang harus dia jalani seperti halnya bertahan saat Covid-19.
Ketika itu dirinya hanya menjual produknya di Indonesia saja, tentu lesuhnya ekonomi Indonesia sempat membuat dia kesulitan.
Penjualan yang terus menurun, produk yang tak laku dan perputaran uang yang mandek menjadikan dirinya sempat merumahkan para pegawainya.
Namun masa-masa gelap yang menjadi cobaan Putri tetap saja bisa dia lewati, melalui beragam pelatihan yang diselenggarakan oleh Rumah BUMN yang dinaungi oleh Bank BRI dia mendapatkan beragam ilmu yang telah dia ikuti.
Dengan keberadaan Rumah BUMN Semarang, Putri memanfaatkan berbagai pelatihan yang digelar, mulai pelatihan ekspor impor, pelatihan literasi keuangan, hingga pemasaran digital.
"Pandemi itu benar-benar terpuruk. Omzet terjun bebas sampai 80persen. Kemudian perlahan kami bangkit dan pemasaran lewat online ke luar negeri. Dari situ yang menolong Batik Pewarna Alam ini tetap eksis," tuturnya. (Rad)