BANJARMASINPOST.CO.ID - Arsenal butuh penyerang. Itu mungkin fakta paling jelas dalam dunia sepak bola saat ini. 

Dalam dua pertandingan terakhir Liga Premier, mereka gagal mencetak gol, tertinggal 13 poin di belakang Liverpool dalam perebutan gelar juara.

Jadi, menjelang pertandingan babak 16 besar melawan PSV Eindhoven di Liga Champions.

Hanya ada sedikit kegembiraan, ekspektasi, atau keributan seputar harapan The Gunners untuk mencapai perempat final.

Perjalanan tandang ke Philips Stadion tidak baik untuk Mikel Arteta dan Arsenal, karena gagal menang di sana selama lima kunjungan terakhir mereka , sejak 2002.

Nah, percikan itu ditemukan pada Selasa malam, yang sangat dibutuhkan mengingat situasi sulit yang mereka alami.

Ini adalah tim Arsenal yang punya tujuan, dengan gaya, dan energi. 

Rasanya seperti menyaksikan beberapa tahun pertama masa jabatan Arteta, hanya saja tanpa Bukayo Saka.

Sebenarnya, penampilan di Belanda minggu ini sungguh luar biasa. 

Klub London itu menang telak 7-1 atas tim-tim Eropa. 

Itu adalah kemenangan tandang terbesar di babak gugur kompetisi ini sepanjang sejarahnya.

* Hal positif terbesar dari kemenangan Arsenal atas PSV

Ini adalah pertandingan yang penuh dengan kegembiraan. Itu tentu bukan kalimat yang tepat untuk Arsenal pada bulan Februari. 

Namun, bulan baru membawa harapan baru dan tim Arteta sudah memiliki satu kaki di pintu perempat final di mana Real Madrid atau Atletico Madrid sudah menunggu.

Meskipun demikian, mari kita tetap pada masa sekarang karena untuk kali ini, staf pelatih memiliki sejumlah hal positif.

Yang paling hebat mungkin adalah kembalinya performa Martin Odegaard. 

Sebelum Selasa, pemain Norwegia itu hanya mencetak satu gol dari permainan terbuka sepanjang musim tetapi mencetak dua gol di babak kedua untuk menutup apa yang mungkin merupakan penampilan terbaiknya sepanjang musim.

Declan Rice tidak mencetak gol, tetapi ia adalah monster di lini tengah. 

Ia tidak pernah berhenti berlari dan menjadi kunci Arsenal dalam membuka skor, memberikan umpan ke tiang jauh di mana Jurrien Timber mengubah skor menjadi 1-0 di tanah kelahirannya.

Myles Lewis-Skelly memang harus ditarik keluar sebelum jeda karena khawatir akan menerima kartu merah lagi, beruntung tidak menerima kartu kuning kedua pada satu tahap.

Tetapi penggantinya, Riccardo Calafiori, hanya membuktikan betapa kuatnya kedalaman skuad Arsenal.

Percaya atau tidak, bek kiri Italia itu berhasil mencetak gol setelah berlari cepat di sisi kanan.

Memanfaatkan umpan cantik dari Odegaard sebelum membobol gawang dengan kaki terlemahnya.

Mikel Merino dan Leandro Trossard juga mencetak gol, tetapi Ethan Nwaneri kembali menjadi bintang. Kami kehabisan kata-kata pujian untuknya.

* Malam yang menentukan bagi Ethan Nwaneri di Eindhoven

Sulit dipercaya bahwa pemuda ini baru berusia 17 tahun. 

Dunia sepak bola telah berbicara panjang lebar tentang Lamine Yamal dari Barcelona selama setahun terakhir.

Tetapi Nwaneri juga sedang dalam perjalanan menuju ketenaran, setelah menutup tahun 2025 yang cemerlang dengan mencetak gol kedua Arsenal malam itu.

Sejak cedera hamstring Saka, Arteta membutuhkan pemain yang bisa bangkit dan dalam diri sensasi remaja itu, mereka telah menemukan superstar lain.

Nwaneri merupakan pencetak gol terbanyak ketiga di klubnya dengan delapan gol musim ini , empat di antaranya diciptakan sejak ia menjadi pemain inti selama Saka absen.

Tentu saja, mereka merindukan dinamisme pemain Inggris itu di sepertiga akhir.

Tetapi Hale End telah menghasilkan permata lain yang membuktikan bahwa ia bisa sama berpengaruhnya di masa depan.

Pencetak gol dalam dua pertandingan Liga Champions berturut-turut, ini adalah malam yang memukau bagi Nwaneri yang meniru beberapa pemain muda terbaik yang pernah kita lihat di Eropa.

Bahkan, ia menjadi pemain Arsenal termuda kedua (17 tahun 348 hari) yang tampil dalam pertandingan babak sistem gugur Liga Champions setelah Cesc Fabregas (17 tahun 309 hari).

Sementara anak muda berbakat ini adalah remaja Inggris ketiga yang menjadi pemain inti dalam pertandingan di fase sistem gugur kompetisi utama Eropa tersebut sebelum berusia 18 tahun setelah Jude Bellingham dan Phil Foden.

Seperti Bellingham, yang menjadi bintang Dortmund di turnamen ini di usia yang sama, ia tentu mengikuti jejak megabintang yang dihargai £150 juta atau Rp3,1 Triliun itu.

Dalam perolehan skor pada hari Selasa, Nwaneri menjadi pencetak skor termuda ketiga dalam sejarah babak gugur Liga Champions di belakang Bojan Krkic dan Bellingham. Dapat dikatakan bahwa ia sangat istimewa.

Jadi, apa yang akan dilakukan remaja pemberani ini selanjutnya? Inggris mungkin akan memanggilnya. 

Thomas Tuchel akan segera mengumumkan skuad pertamanya dan Anda akan kesulitan menemukan banyak orang yang mengatakan bahwa ia tidak layak mendapat tempat.

Setelah malam lainnya di mana pemain berusia 17 tahun itu tampak lebih berkelas daripada pemain lain di lapangan.

Three Lions dan bahkan Arsenal mungkin akan memiliki Bellingham berikutnya di tangan mereka; seorang bintang remaja bergaji tinggi yang siap menggemparkan sepak bola Eropa dan internasional.

(Banjarmasinpost.co.id)