Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Perburuan Saudara dan Angsa Buruannya
TRIBUNJATENG.COM - Ada dua bersaudara yang hobi memanah. Hari ini, mereka ingin berburu di padang rumput dekat sungai.
Biasanya, di sana ada angsa yang melintas. Mereka berdua memang sangat suka memakan daging angsa. Setelah mengambil busur, mereka berangkat ke padang rumput.
“Cepatlah, Dik. Aku sudah tak sabar ingin menangkap angsa untuk makan malam ini,” ajak sang kakak. Si adik pun bergegas mengikuti kakaknya.
Begitu sampai, keduanya bersembunyi di balik semak-semak. Tentu saja, agar angsa tidak mengetahui keberadaan mereka.
Setelah lama menunggu, akhirnya ada seekor angsa terbang melintasi sungai.
“Aku akan memanah angsa itu. Aku akan membuatnya menjadi angsa bakar,” ucap kakak.
“Tidak, Kakak. Biar aku saja yang menangkapnya. Aku ingin memakan angsa rebus,” tolak adik.
“Tidak, adikku. Aku yang lebih dulu melihat angsa itu. Dan aku akan membakar daging angsa itu,” ujar sang kakak tak mau kalah.
“Tapi, aku lebih muda darimu. Harusnya kau mengalah dan membiarkanku merebus angsa itu,” seru adik.
Kedua kakak beradik itu justru sibuk bertengkar. Mereka bahkan tidak menyadari bahwa angsa buruan mereka sudah terbang menjauh.
“Lebih baik kita minta pendapat Kakek saja. Mungkin Kakek bisa memberi keputusan yang adil untuk kita,” usul sang kakak.
Sang adik pun setuju. Mereka pulang ke rumah untuk meminta saran kakek mereka. Begitu sampai di rumah, sang kakak menceritakan apa yang terjadi. Olala, kakek justru tertawa.
“Kenapa tidak kalian bagi dua saja angsa itu? Separuh bisa dibakar, dan separuhnya lagi bisa direbus,” saran kakek.
“Wah, benar juga kata Kakek. Mengapa aku tak berpikiran seperti itu?” Kakak setuju dengan kakek, begitu pula dengan sang adik.
“Tunggu apa lagi, Kak? Ayo, kita kembali ke padang rumput untuk memanah angsa itu,” ajak adik.
Mereka pun kembali ke padang rumput. Tapi terlambat, angsa sudah tak ada di sana.
“Ah, andai tadi kita tidak bertengkar, mungkin kita sudah bisa menangkap angsa itu. Lihatlah sekarang. Angsa itu sudah pergi entah ke mana. Kita pun tak bisa makan daging angsa malam ini,” sesal sang kakak.
Dua bersaudara itu benar-benar menyesali tindakan bodoh mereka.
Tidak seharusnya mereka mementingkan diri sendiri.
(*)