TRIBUNNEWS.COM - Berikut profil Fahrul Nurkolis, ilmuwan muda pemegang hak paten obat antikanker.
Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Fahrul Nurkolis merupakan putra asli Madiun, Jawa Timur.
Ia lahir pada 11 September 2000 atau kini masih berusia 24 tahun.
Fahrul Nurkolis tercatat sebagai lulusan Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dikutip dari uin-suka.ac.id, ia menjadi lulusan terbaik dan tercepat di program studinya.
Fahrul Nurkolis berhasil lulus dalam waktu 3 tahun 7 bulan.
Dirinya kemudian diwisuda pada tahun ajar 2023/2024 dan resmi menyandang titel Sarjana Sains (S.Si).
Usai lulus, Fahrul Nurkolis melanjutkan jenjang S2 di Universitas Airlangga, Surabaya.
Selain itu, dirinya juga aktif sebagai ilmuwan muda yang aktif dalam forum akademik internasional.
Sebut saja seperti Nordic Nutrition Conference di Finlandia, Asian Congress of Nutrition di China, dan International Conference on Nutrition and Growth di Portugal.
Pria berkacamata ini sekarang mengambil studi di bidang Farmakologi pada Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran.
Fahrul Nurkolis sudah menulis lebih dari 105 karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi, seperti Scopus.
Ia juga memegang belasan hak paten, di antaranya yang mencuri perhatian publik adalah hak paten atas senyawa antikanker dan antidiabetes dari bahan alam Indonesia, seperti Echinacea purpurea, Anggur Laut, dan Bawang Dayak.
Atas penelitian-penelitian ini, Fahrul Nurkolis diganjar penghargaan Medical Innovation Research in Health (MIRAH) Award dari Ikatan Dokter Indonesia.
Fahrul Nurkolis mengatakan, Indonesia memiliki banyak tanaman yang berpotensi dijadikan obat.
Sehingga diperlukan penelitian guna menggali 'harta karun' tersebut.
"Banyak tanaman Indonesia yang memiliki potensi sebagai bahan baku obat."
"Tantangannya adalah bagaimana riset ini bisa berlanjut hingga tahap produksi dan komersialisasi, sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat," katanya, dikutip uin-suka.ac.id.
Di sisi lain, Fahrul Nurkolis juga mendorong para peneliti untuk terjun ke bidang riset farmasi berbasis bahan alam di Indonesia.
Menurutnya penelitian harus bisa menjawab permasalahan yang ada di masyarakat.
"Banyak penelitian hebat yang dilakukan oleh ilmuwan Indonesia, tetapi hanya sedikit yang benar-benar bisa masuk ke industri dan digunakan oleh masyarakat." katanya.
"Jika kita bisa membangun ekosistem riset yang mendukung hilirisasi, kita tidak hanya menjadi pusat riset farmasi berbasis bahan alam, tetapi juga pemain utama dalam industri farmasi global," lanjut Fahrul Nurkolis.
Terakhir, Fahrul Nurkolis optimis potensi bahan alam Indonesia bisa menjadi kandidat obat masa depan.
“Jangan takut bermimpi besar. Kerja keras dan ilmu pengetahuan bisa membawamu ke mana saja," katanya, dikutip dari TribunJogja.com.
(Endra)(TribunJogja.com/Ardhike Indah)