TRIBUNSOLO.COM - Band FSTVLST tentu sudah tidak asing di dunia musik tanah air.
Grup musik yang beranggotakan Sirin Farid Stevy (vokal), Roby Setiawan (gitar), Humam Mufid Arifin (bass), Danish Wisnu Nugraha (drummer dan perkusionis), Rio Faradino (kibordis) sudah melalangbuana ke sejumlah festival besar di Indonesia.
Di balik kesuksesan band asal Yogyakarta ini ternyata ada kisah menarik dari sang vokalis Farid Stevy.
Pria lulusan ISI Yogyakarta tahun 2007 ini ternyata juga berprestasi di dunia desain.
Di dunia seni rupa mungkin dia lebih dikenal sebagai perupa dan pencipta logo-logo terkenal.
Punya banyak profesi seni, tentu saja cerita Farid mulai dari pekerjaan hingga kehidupan pribadi dan jalan pikirannya menjadi hal yang menarik untuk diketahui.
Usut punya usut, Farid Stevy ternyata sosok di balik logo KAI hingga Filosofi Kopi dan masih banyak logo lain.
Ia pun mengungkap alasan logonya bisa dipakai.
Dilansir dari Kompas.com, saat membuat logo, Stevy selalu memikirkan bukan demi si pemilik usaha atau demi merek yang akan dibuatkan logo, melainkan untuk pengguna, konsumen yang akan menggunakan produk.
"Kembali ke logo buat siapa sih, ini buat audience, itu pola kerja yang selalu saya pegang," kata Stevy.
Ketika logonya tak lagi dipakai, Stevy menganggapnya sebagai sebuah hal yang wajar, karena logo yang memang memiliki umur, mewakili zaman.
Alasan kini gunakan nama Sirin dan logo 65
Ada alasan di balik keputusannya sejak awal tahun ini untuk menggunakan nama Sirin di depan namanya.
Sirin merupakan nama eyangnya yang hilang di tahun 1965. Sementara angka 65 tentu saja bermakna tahun hilangnya Syang Sirin.
Sampai sekarang dia masih mencari keberadaan makam eyangnya.
Ingin menjadi guru
Keinginannya menjadi guru berawal dari buah pemikiran tentang cara berterima kasih pada guru-guru yang selama ini ikut andil dalam kesuksesannya. Karena tidak mungkin untuk menyampaikan rasa terima kasih pada satu per satu guru.
Walaupun sadar tidak memiliki kualitas sebagai seorang guru, tapi Stevy memiliki impian untuk kelak menghabiskan waktu tuanya menjadi guru, membagikan ilmunya kepada orang lain.
"Buat saya mengabdikan diri sebagai guru merupakan masa tua yang saya impikan," kata Stevy mantap.
(*)