TIMESINDONESIA, SURABAYAUniversitas Ciputra (UC) Surabaya mengambil langkah nyata dalam upaya pelestarian warisan budaya Indonesia.

Salah satunya melalui Festival Peranakan 2025 yang ditandai dengan peluncuran buku "Dari Pelangi untuk Semesta", Sabtu (1/3/2025). 

Buku yang ditulis oleh Widianti Widjaja (Oey Kim Lian), generasi ketiga keluarga Oey Soe Tjoen, berkolaborasi dengan Marini Yunita dan Dr. Rani Prihatmanti, Direktur Ciputra Center for Heritage Studies (CCHS), peluncuran buku tersebut didedikasikan untuk merayakan seratus tahun batik Oey Soe Tjoen. 

Rektor Universitas Ciputra, Yohannes Somawiharja mengatakan, langkah ini merupakan bentuk dukungan terhadap kekayaan budaya bangsa, khususnya batik yang telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

"Ini adalah sebuah mahakarya bangsa dan merupakan batik peranakan terbaik di Indonesia," ungkapnya. 

Dokumentasi ini, menurut Prof Yo, sapaannya, menjadi hal yang penting untuk melestarikan dan mengedukasi mahasiswa terkait proses pembuatannya yang kental akan seni dan nilai sejarah. 

"Dokumentasi ini berguna buat banyak orang. Keluarga rumah batik Oey Soe Tjoen juga ingin berbagi kepada masyarakat dan bangsa Indonesia tentang batik legendarisnya," kata rektor. 

"Kami juga ingin agar mahasiswa bisa mengenal batik lebih dalam, agar nantinya mereka bisa terinspirasi untuk mengembangkan dan juga melestarikan. Sehingga warisan budaya ini menjadi langgeng," imbuh Prof Yo. 

Sementara itu, Widianti Widjaja (Oey Kim Lian) yang merupakan generasi ketiga keluarga Oey Soe Tjoen mengaku bahagia atas inisiatif Universitas Ciputra

Ia menyebut, proses pembuatan batik dengan motif khas bunga dan kupu-kupu itu membutuhkan waktu lima tahun dalam sekali pengerjaan.

"Pengerjaannya dilakukan bolak-balik, sedangkan untuk pewarnaannya menggunakan teknik celup," ujarnya. 

Lebih lanjut, Widia mengaku, kendala terbesarnya dalam melestarikan batik adalah sumber daya manusia (SDM). "Karena kami menerapkan standar pembatik yang tinggi untuk mempertahankan kualitas batik Oey Soe Tjoen," akunya. 

Sehingga, ia berharap, dengan adanya buku "Dari Pelangi untuk Semesta" ini akan ada bibit-bibit baru. "Selain itu, agar generasi muda lebih menghargai batik sebagai warisan budaya, karena ternyata batik yang mereka miliki itu membuatnya tidak gampang," tandasnya.

(*)

(*)

Baca Lebih Lanjut
Kebaya Tak Sekadar Warisan, Tapi Identitas  Budaya yang Kaya dengan Filosofi Indonesia
Anita K Wardhani
SMK Neswara dan IPI Siap Cetak Seniman Batik Muda di Batang
Muh radlis
Pagelaran Drama Musikal 'MAR' Sukses Pukau Ribuan Penonton
Eko Sutriyanto
Bedah Buku 'Bertemu Mutiara' di Kota Malang, Berkisah Perjuangan di Balik Kemilau Mutiara
Eko Darmoko
Thaibatul Laily, Guru Muda asal Tapin yang Aktif Menjadi Penulis Buku
Rahmadhani
Tertarik dengan Mutiara, Rinda Puspasari Tulis Buku Bertemu Mutiara, Indonesia
BASRA (Berita Anak Surabaya)
Musikal "MAR" bawa romansa dan sejarah dibalut karya Ismail Marzuki
Antaranews
Sambut Bulan Suci Ramadan, Hotel Ciputra Cibubur Hadirkan Paket Buka Puasa Istimewa
Content Writer
Menu Tempo Dulu Mewarnai Menu Buka Puasa di Hotel Ciputra World Surabaya
Timesindonesia
Batik Sekar Randu Borong Juara di Ajang Competition Fashion Show Pasuruan
Sri Wahyunik