TRIBUNSUMSEL.COM - Ribuan buruh PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) tak kuasa membendung tangisnya harus menerima kenyataan pahit akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Perusahaan tekstil yang berada di Sukoharjo ini resmi tutup pada 1 Maret 2025 akibat kondisi pailit.
Dampaknya, sebanyak 10.669 buruh Sritex kehilangan pekerjaan.
Salah satunya adalah Warti, buruh bagian garmen yang telah mengabdi selama 25 tahun di perusahaan tekstil raksasa itu.
Bagi Warti, kabar PHK Sritex ini menjadi pukulan berat.
Terlebih, keputusan PHK itu diterimanya di tengah kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil.
Menurut dia, pihak keluarga juga merasakan kesedihan.
Selain berpisah dengan rekan-rekan sejawat, para karyawan juga menangis harus berpisah dengan para pedagang di sekitar pabrik yang selama bertahun-tahun telah menemani mereka dengan berbagai dagangannya.
Tangis pecah ketika satu per satu karyawan menghampiri para pedagang untuk berpamitan.
Salah satu pemilik warung makan di depan pabrik Sritex, Supami mengatakan, dirinya tak bisa menahan kesedihan saat karyawan berpamitan.
Supami juga berujar, para buruh PT Sritex sudah seperti keluarganya sendiri.
(*)
Menurut dia, pihak keluarga juga merasakan kesedihan.
Selain berpisah dengan rekan-rekan sejawat, para karyawan juga menangis harus berpisah dengan para pedagang di sekitar pabrik yang selama bertahun-tahun telah menemani mereka dengan berbagai dagangannya.
Tangis pecah ketika satu per satu karyawan menghampiri para pedagang untuk berpamitan.
Salah satu pemilik warung makan di depan pabrik Sritex, Supami mengatakan, dirinya tak bisa menahan kesedihan saat karyawan berpamitan.
Supami juga berujar, para buruh PT Sritex sudah seperti keluarganya sendiri.
(*)