WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Pameran Tunggal seniman kontemporer asal Bandung, Arkiv Vilmansa, bertajuk 'Semesta Arkiv' secara resmi digelar di Galeri Nasional Indonesia.
Pameran hasil kerja sama Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1, resmi dibuka pada Jumat (21/2/2025) lalu.
Pameran hasil kerja sama Museum dan Cagar Budaya unit Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1 ini berlangsung dari tanggal 22 Februari hingga 11 Mei 2025.
Arkiv Vilmansa menjelaskan 'Semesta Arkiv' menampilkan perjalanan kreatif karyanya dikenal melalui eksplorasi warna, karakter imajinatif, dan kolaborasi lintas disiplin.
Arkiv menuangkan kreativitasnya dalam 100 lebih karya berupa lukisan, patung, instalasi, dan art toys yang disajikan dalam lima tema yang tersebar di beberapa gedung Galeri Nasional Indonesia yaitu Metaphor of Memories, Monument of Sense (MICKIV HOPE X SUNARYO), Widya Segara (Wisdom of the Sea), Laut Semua Warna, serta Sintesa.
“Pameran ini adalah penghormatan pada laut, warna, dan kolaborasi. Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi merasakan bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman," lanjut Arkiv Vilmansa, dalam keterangan resmi, Jumat (28/2/2025).
Laut Semua Warna di Gedung A mempresentasikan fase perubahan serta pembaruan mutakhir karya-karya Arkiv yang terinspirasi dari kehidupan laut.
'Episode laut' ini merupakan bagian dari rangkaian episode-episode penciptaan yang lainnya, yang telah menjadi bagian dari wilayah imajinasi penciptaan Arkiv yang tengah terus ia renungkan hingga kini.
'Laut semua warna' tidak hanya terkait dengan proyek seni 'Widya Segara' tetapi juga menyangkut kolaborasi penciptaan seni Arkiv bersama para seniman lain.
Sintesa di Gedung B menunjukkan karya-karya hasil kerja kolaborasi kreatif Arkiv dengan para seniman lain, yaitu Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel).
Bagian ini tidak hanya menunjukkan perkembangan karier seni Arkiv, tetapi juga wacana perkembangan seni rupa Indonesia.
Metaphor of Memory di Gedung D menampilkan karya-karya Arkiv yang menunjukkan jejak perjalanan dan penjelajahannya sebagai seniman yang juga bergulat dalam dunia perancangan (design, fashion, arsitektur).
Bagian ini menjadi penanda penting dalam penciptaan karakter khas Mickiv (yang memiliki relasi terhadap penciptaan karakter Mickey Mouse, Walt Disney) dalam ekspresi karya-karyanya sekaligus menandai momen hiatus Mickiv sebagai subject matter bagi ekspresi karya lukisan-lukisannya.
Di Gedung D juga ditampilkan Monument of Sense (MICKIV HOPE X SUNARYO) yang merupakan proyek khusus hasil kolaborasi Arkiv Vilmansa bersama perupa Sunaryo.
Widya Segara (Wisdom of the Sea) di area outdoor menampilkan balon paus raksasa dari material plastik dengan bentuk dan warna yang khas, yang bernama Raga dengan ukuran 4x6 meter dan panjang 30 meter, serta Runa dengan dimensi 2x3 meter dan panjang 15 meter.
Raga dan Runa menjadi duta-duta imajinasi diri Arkiv untuk menyuarakan sikap kepeduliannya terhadap nilai-nilai penting yang diajarkan oleh keberadaan laut bagi keberlangsungan masyarakat dan budaya Indonesia. Widya Segara juga menyatakan sebuah 'peristiwa seni' (art happening) karena presentasinya di ruang publik dengan durasi terbatas.
Untuk mengarungi "SEMESTA ARKIV", pengunjung disuguhkan melalui karya-karya ikonik Arkiv seperti Mickiv pada seri pameran Metaphor of Memory dan instalasi balon paus raksasa Widya Segara, tetapi juga mengetengahkan kolaborasi spektakulernya dengan seniman-seniman terkemuka Indonesia, termasuk Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel).
Sementara itu, Kurator Rizki A. Zaelani menilai pameran tersebut menawarkan perspektif filosofis yang merujuk pada pemikiran filsuf Friedrich Nietzsche: 'Kita memiliki seni agar tidak mengalami kematian realitas.
Karya-karya Arkiv dihadirkan sebagai ruang dialog antara seni dan realitas kontemporer, di mana teknologi tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai alat untuk memperkuat otonomi ekspresi manusia.
“Dalam ‘SEMESTA ARKIV’, ia membuktikan bahwa seni kontemporer bisa menjadi jembatan antara tradisi, teknologi, dan harapan masa depan,” ungkap Rizki.