TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut akan disajikan kumpulan puisi sambut Ramadhan 2025 yang singkat dan berkesan untuk dibagikan lewat media sosial seperti grup WA.
====
Sebelas bulan berlalu
Dosa dan salah terus berlaku
Tenggelam dalam nikmatnya waktu
Adalah hamba insan berhati batu
Kenapa ku bangga dengan kebohongan
Kenapa ku puas dengan kemunafikan
Kenapa ku menikmati tiap tetes hinaan
Aku sangat tidak pantas
Ya Rabb
Diatas dahsyatnya siksa kemalangan
Izinkan aku masuk mereguk RamadhanMu
Biarkan aku menahan perihnya kesabaran
Kuatkan kakiku menopang shalat-shalat malamMu
Bebaskan aku menikmati manisnya zikirMu
Ceriakan aku dengan gema takbirMu
Tak ada yang kuharap dariMu
Kecuali pintu ampunan atas salahku
Terimalah doaku
Terimalah aku
Menelungkup..
Di dipan kayu usang nan lapuk Di dipan kayu usang nan lapuk
Tanpa suara..
Menghitung debu- Menghitung debu-debu kotor di langit jiwa debu kotor di langit jiwa
Lalu berteriak memecah debu
Tak juga hancur
Berbisik pun
Takbuat luluh buat luluh
Ah, aku lelah...debu ini terlalu tebal
Hei..lihatlah!
Seonggok diri yang hina
Mementaskan tarian jiwa
Bersimpuh Bersimpuh khusyuk khusyuk
Pada Doa Tobat Pada Doa Tobat
Menangis..
Dada bergetar...
Raungan sesal Raungan sesal menggelegar... menggelegar...
Tarian jiwa makin menggila
Allahu...Allahu..Allahu..
Jeda..
Kupicingkan mata mengintip
Ah..gumpalan debu itu masih melekat Ah..gumpalan debu itu masih melekat di kalbu pekat kalbu pekat
Tapi Engkau masih memberiku Ramadhan
Maka...
Perkenankan aku berteduh
dalam Rindang Maghfiroh- dalam Rindang Maghfiroh-Mu...
Allahu...Allahu..Allahu..
Disini, terlalu mendongak berharap terwujud berbuka berjama'ah,
dimana ada kesempatan melakukan pun bagaikan mendapat durian jatuh.
Seperti punguk merindukan bulan,
tatkala mendamba menaikkan kualitas hubungan dengan Yang Diatas,
manis lantunan pujian menyebut nama Mu,
kenyataan dengan sesama seperti mencari jarum dalam tumpukkan jerami.
Target tilawah penuh, jauh...
Kilat menyambar di tengah terik matahari untuk menuju khatam,
per ayat saja laksana kucing mengincar tikus.
Itikaf setali tiga uang, kembaran angan-angan
dalam detik melahirkan menit yang tumbuh menjadi waktu
diri masih berpeluh dengan najis dan laknat.
Ramadhan datang dan kembali
wanginya hanya mampir di hidung, gempitanya hanya singgah di telinga, tapi
tidak terbukti dalam sikap.
Diri tidak sempurna mencair, meleleh pun bagaikan bunga tidak berputik.
Terpaku dalam kubangan dosa dan salah
jerit jiwa raga sebatas memberontak.
Bangsa, penguasa, atau isi jiwa yang salah?
Tersebut panggung yang aku alami bersama ribuan hati dan jiwa yang serupa
Tak terasa Ramadhan hampir tiba
Terpekur aku dan menangis
Dibawah sajadah yang terbentang
Betapa rindu yang kian mendera
Ketika Ramadhan hampir tiba
Dapatkah aku menggapainya
Menemuimu,menjalankan dengan nikmat
Dengan asa yang ada diraga
Ketika Ramadhan hampir tiba
Sujud ampunan dan syukur yang tak terhingga
Ketika gema dipenjuru dunia
menyambut dengan gembira
Ketika Ramadhan hampir tiba
Ingin rasa nya lebih dekat dengan Mu
Dengan segala kekurangan
Untuk menjemputmu dengan jiwa yang bersih
Ya Rabb beri hamba untuk merasakan
hari hari yang indah didalamnya
Dengan beribadah ,dan mencapai malam lailatul Qadar
Dengan segenap jiwa
Tak diam melengkapi ikhtiar
Tak rasa lipatan rindu terobati
Rangkaiannya hampir sempurna
Mendekati sempurna
Asa akan sampai di penghujung
Raga tak pernah sabar menanti
Jiwa melayang untuk merasai kenikmatan
Mimpi pun berpendar menjadi simbol kenyataan
Rantai kebebasan
Menghampiri doa yang sempat tertahan
Menjadikan doa pasti terkabulkan
Rantai kebebasan
Menghampiri mimpi yang segera sampai
Menjadikan cita menjadi kenyataan
Aku lepaskan rantai kebebasan
Untuk lebih banyak meminta padaMu
Untuk lebih banyak memohon padaMu
Untuk lebih banyak mengemis padaMU
Aku lepaskan rantai kebebasan
Untuk membuktikan cinta padaMu
Untuk menunjukkan sayangku padaMu
Untuk menunjukkan kangenku pada wajahMu
Aku lepaskan rantai kebebasan
Untuk senantiasa duduk disampingMu
Untuk mendayu bersama syairMu
Untuk menjadi penyair sejatiMu
Untuk menjadi pendoa abadiMu
Dan Aku lepaskan rantai kebebasanku
Sebebas do'a yang akan kusampaikan
Sebebas angin yang akan membawa pergi
Sebebas kekhusyu'an yang pernah diajarkan
Sebebas yang aku mau dan aku inginkan
Dan aku lepaskan rantai kebebasanku
Sebebas yang aku butuhkan
Agar aku kembali bebas untuk mencintaiMu
MencintaiMu, diantara degupan yang hampir tak pernah tenang
Agar aku kembali bebas untuk mencintaiMu
Diwaktu lain, yang berbeda dari kali ini duhai Ramadhan dan i'tikaf
Haru biru aku...
Merasuk hatiku
Menatapmu
Menyambut kehadiranmu
Haru biru aku...
Menghinggapiku
Karna rindu
Tuk bersua dengan mu
Haru biru aku...
Menyelimutiku
Merangkai pengabdian
Disetiap detikmu
Haru biru aku...
Menyesakkanku
Mengharap Ilahi
Ridhoi amalku
Haru biru aku...
Menggelayutiku
Berlari dan tertatih
Gapai kemuliaanmu
Haru biru aku...
Padamu ramadhan
Yang punya kemuliaan
Melebihi seribu bulan
Saat nafas ini masih menghembus
Ku ingat akan kedatanganmu
Aku sapa engkau
Dengan kelembutan kerinduanku
Padamu
Kini penantian itu kian dekat
Meski engkau tak melihat
Siapa yang menyapamu
Hamba-hamba itu memendam rindu
Rajab kemarin tlah berlalu
Berpesan akan
Perjumpaanmu
Padaku yang kasmaran dengan rindumu
Sya'ban telah memulai
Dalam amal dan latihan
Sambil berharap
Itulah awal persiapanku
Menyambut kehangatanmu
Perjumpaan itu semakin dekat
Namun rasa was-was dan khawatir
Tiap waktu bergelayut dalam
bayang-bayang rindu itu
Ku tak tau
Akankah Dia ridho dengan niat
Hamba-Nya ini
Yang tuk ke sekian kali
Bersimpuh dalam doa
Kini penantian itu terus dibayang-bayangi
Oleh aura bertemu denganmu
Dan kematian yang akan memupus
Di persimpangan jalan
Apapun yang terjadi
Diri ini ikhlas, ridho dan penuh kepasrahan
Semoga Dia tetap menerima niatku
Untuk beramal dan bersua denganmu
Dalam ridho dan kasih-Mu
Oh Ramadhanku...
Bila ramadhan memanggilmu....
Mengetuk pintu hidupmu
Sambut ia sepenuh rindu
Dekap ia sepenuh cinta
Dan biarkan jemari indahnya
Merengkuhmu dalam istana ampunan Nya
Bila ramadhan memanggilmu...
Sambutlah ia seumpama tamu istimewa
Kenanglah kelopak hari - hari
Yang tlah luruh berguguran
Kenanglah seumpama pertanda
Bagi engkau sang penerus perjalanan
Bersiap menjemput giliran
Bila tak lagi kau jumpai ia
Ramadhan di tahun depan...
Bila ramadhan memanggilmu....
Bersihkan hati dari segala dengki
Sucikan jiwa dari segala prasangka
Bersihkan raga dari segala dosa
Bila ramadhan memanggilmu...
Berlarilah menjemput panggilan Nya....
Akankah sampai waktuku
Aku menantikan detik demi detik berlalu
Akankah sampai disana waktuku
Bertemu dengan bulan yang kurindu
Menggauli malam dengan taffakur dan tawadhu'
Mengenang kenangan yang tlah terlewatkan,
Waktu yang terbuang,
Kesia-siaan yang pernah dilakukan,
Kesalahan,
Kelupaan,
Kehinaan seorang makhluk yang hanya bisa meminta
Memohon akan petunjuk-Nya,
Menghiba agar diampuni-Nya dosa kita...
Astaghfirullah al adzim...
Dari Allah-lah datangnya titik air mata
Kecintaanku membuncah pada yang kupuja
Kerinduanku meradang pada bulan yang Dia rahmatkan...
Keharuan akan kebesaran-Nya
Dalam melipat gandakan pahala kebaikan kita,
Khusus untuk umat-Nya yang beriman
Subhanallah...
Ramadhan
Akankah sampai aku di waktuku
Bertemu denganmu
Mengharapkan.... limpahan rahmat,
Pintu yang terbuka lebar untuk bertobat,
Aku dan dosaku menunggu
kedatanganmu
Ramadhan...
Waktu yang kupunya kian berlompatan
Mengusik ketenangan dan denyut nadi
Saat kutatap lembaran bulan
"Oh, sudah tiba lagi"
Terperanjatku dalam perjalanan hidup
Masih tersisa jejak masa lalu
Hidup penuh limpahan dosa
Tangis saja tak mampu menebusnya
"Kau masih jauh dari ampunan"
Hati kecilku menghakimi
Ya Alloh...
Ramadhan-Mu kembali menegurku
"Raih dan Kejarlah Maghfiroh-Nya!"
Ya Alloh...
Kau beri aku ramadhan di negeri asing ini
Namun getar bahagia menanti seribu bulan-Mu
Lekat dalam pengharapanku
Jalan tuk merasai ampunan-Mu
**
Ikuti dan bergabung disaluran WhatsApp Tribunsumsel.