Laporan wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol 

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Inovasi program Eco-Edufarming yang digelorakan Pertamina Hulu Energy West Madura Offshore (PHE WMO) dalam beberapa tahun terakhir telah menyulap lahan kering tak tergarap di Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Bangkalan menjadi lahan produktif. Program pertanian ramah lingkungan berbahan organik dengan sistem berkelanjutna itu telah meningkatkan produktivitas 6,7 hektare lahan kering.

Masyarakat desa setempat kini tidak perlu lagi bergantung pasokan sayur dan buah dari Pulau Jawa. Pasalnya, lahan kering seluas sekitar 6,7 hektare lahan kering kini bisa ditanami dengan memanfaatkan 95,8 ton limbah ternak untuk pupuk organik/ Selain itu, lebih dari 6 ton cocopeat per tahun dimanfaatkan untuk membantu penghematan air dengan menggunakan sistem pertanian regeneratif berbasis teknologi tepat guna. 

Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera Ahmad Marnawi mengungkapkan, sebelumnya banyak lahan pertanian di Bandang Daja yang kering sehingga tidak bisa dimanfaatkan. Akibatnya, warga jarang mengkonsumsi sayur dan buah karena harganya mahal.

“Untuk memenuhi kebutuhan buah dan sayur, biasanya kami mendatangkan dari Pulau Jawa. Karena itulah harga buah dan sayuran mahal,” ungkap Ketua Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera Ahmad Marnawi, Selasa (25/2/2025).

Ia menjelaskan, pihaknya berterima kasih kepada PHE WMO yang telah memberikan bermacam bantuan mulai dari kegiatan sosialisasi hingga pelatihan terhadap masyarakat berkaitan program berjelanjutan Eco-Edufarming.

Sebelumnya, lanjut Marnawi, banyak potensi lahan di desa yang belum optimal dimanfaatkan karena minimnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat saat dihadapkan dengan kondisi lahan pertaniannya yang mengering.

“Faktor itulah yang kemudian membuat masyarakat Desa Bandang Daja tidak ada pilihan lain selain pergi merantau untuk mencari nafkah keluarga. Warga juga mencoba beternak sapi, namun saat kemarau, tak mudah bagi kami untuk mencari pakan ternak. Kekeringan lahan membuat petani tidak sejahtera dan ini berdampak pada sektor pendidikan,” pungkasnya.

Sukses itu membuat PHE WMO diganjar penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. PHE WMO merupakan bagian dari Zona 11 Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina.

Penghargaan ini diperoleh melalui inovasi Program Eco-edufarming yang dikembangkan di Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, dengan melibatkan 28 anggota Kelompok Tani Bumi Sentosa Sejahtera (BSS).

Manager WMO Field, M Basuki Rakhmad mengungkapkan, pihaknya mengimplementasikan program ini untuk mengatasi lahan kritis yang memiliki kandungan bahan organik rendah dan struktur tanah yang kurang baik. Sehingga kurang mampu mendukung pertumbuhan tanaman. 

“Secara sosial, masyarakat Desa Bandang Dajah belum menguasai pengetahuan dan keterampilan terkait dengan pengelolaan SDA. Sehingga banyak potensi desa yang belum optimal dimanfaatkan,” ungkap Basuki.

Untuk diketahui, tahun ini terdapat 4.495 perusahaan yang terdaftar dalam penilaian PROPER. Di mana sejumlah 85 perusahaan mendapat PROPER Emas, 227 perusahaan PROPER Hijau, 2.649 perusahaan PROPER Biru, 1.313 perusahaan PROPER Merah, dan 16 perusahaan dapat PROPER hitam.

“Kami juga memperkenalkan alat soil nutrient sensor kepada warga untuk mengukur kandungan nutrisi penting dalam tanah seperti nitrogen, fosfor, dan juga kalium. Alat ini membantu petani untuk menyesuaikan pengaplikasian pupuk agar tanaman mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Penggunaan sensor dapat memastikan tanaman petani tumbuh dengan optimal dan hasil panen yang lebih baik dengan tingkat keberhasilan 99,3 persen,” jelas Basuki.

Petani juga diperkenalkan dengan metode rain harvesting, yakni melakukan proses pengumpulan dan penyimpanan air hujan untuk digunakan di kemudian hari, serta menerapkan Atmosfering Harvesting, yang merupakan teknologi untuk mengumpulkan air dari kelembaban udara. 

PHE WMO tak hanya berhasil memanfaatkan cadangan air yang surplus sebesar 44 juta meter kubik per tahun di Ketapang, namun juga menciptakan kesadaran petani untuk menerapkan sistem pertanian hemat air dan organik.

Basuki menambahkan, masyarakat setelah berhasil menanam tanaman holtikultura di lahan kering seperti cabai, tomat, semangka, melon, hingga kangkung dengan sistem intensifikasi tanaman satu lubang dua tanaman.

“Kami melalui Eco Edufarming mendiseminasi pengetahuan tentang pembuatan pupuk kompos, pupuk organik cair (POC), mikro organisme lokal (MOL), silase, dan olahan produk pertanian lainnya,” pungkas Basuki.

Kini lebih dari 30 kelompok yang mereplikasi program Eco Edu Farming dan lebih dari 140 petani mengakses pengetahuan tentang metode pertanian organik. Selain itu, lebih dari 60 sekolah melakukan kunjungan studi di demplot Eco Edu Farming.

General Manager Zona 11 Zulfikar Akbar mengungkapkan,  pihaknya berharap program PHE WMO tidak hanya berguna terhadap penerima manfaat. Namun juga bisa memberikan multiplier effect kemanfaatan bagi masyarakat luas.

“Kini petani berhasil membudidayakan melon sistem Machida, yakni satu pohon melon dapat menghasilkan lebih dari 20 buah. Upaya ini berhasil mendongkrak pendapatan kelompok hingga Rp 156 juta per tahun,” ungkapnya.

Zulfikar menambahkan, keberhasilan program ini juga telah didukung dengan adanya buku pembelajaran terkait pengelolaan pertanian di lahan kering. Termasuk dengan adanya penghargaan Indonesia Sustainable Development Goals Award karena terbukti mendukung agenda internasional Sustainable Development Goals (SDGs) tujuan 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi dan tujuan 15 Ekosistem Daratan.

“Kami bersyukur, apa yang kami lakukan diganjar penghargaan tertinggi PROPER Emas. Kami menganggap ini sebuah apresiasi tinggi terhadap apa yang dilakukan PHE WMO. Namun lebih dari itu, kami bahagia. karena dengan program ini kami bisa membersamai masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup mereka,” pungkas Zulfikar. 

 

Baca Lebih Lanjut
Bangkalan Panen Sayur Buah di Lahan Kering, Inovasi Eco-Edufarming PHE WMO Raih PROPER Emas 2024
Deddy Humana
Ketiga Kalinya, Kilang Pertamina Plaju Raih PROPER Emas 2024
Moch Krisna
Arutmin Raih PROPER Emas KLHK 2024
Hari Widodo
Sukses Terapkan ESG, Subholding Upstream Pertamina Boyong 12 PROPER Emas
Sanusi
Bukti Kepedulian terhadap Lingkungan, Pertamina Raih Penghargaan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup
Content Writer
Kementerian Lingkungan Hidup Dorong Perusahaan Nasional Utamakan Aspek Lingkungan
Wahyu Aji
Kelola Limbah Sawit Jadi Biogas dan Bioetanol Berbasis Tebu, Bos BUMN Diganjar Best CEO 2024
Choirul Arifin
Hasil Manis Bintang Timur Surabaya Tutup Seri Papua PFL 2024/2025, Tekuk Unggul FC Malang 3-6
Sudarma Adi
Sejumlah merek nasional diganjar penghargaan dari ajang SBCA
Antaranews
Ini Pilihan Rumah yang Dicari Kaum Milenial, dari Konsep Eco Living, Open Space hingga Smart Home
Irwan Wahyu Kintoko