Ziarah kubur atau mengunjungi makam keluarga menjadi tradisi jelang puasa Ramadan. Tempat pemakaman umum (TPU) yang biasanya sepi, mendadak jadi ramai didatangi peziarah.
Momentum tersebut tidak ingin dilewatkan oleh Sunardi (55). Jauh-jauh dari Cikande, Serang, Banten, Sunardi yang sehari-hari jadi buruh panggul alih profesi buka jasa doa kubur menjelang puasa dan saat lebaran di TPU Karet Bivak, Jakarta.
"Memang banyak pendatang dari sini. Jadi banyak dari Bogor, dari Pandeglang, dari Banten (jadi jasa doa kubur). Musiman doang gitu ya, mau puasa, kalau nanti, habis lebaran gitu," kata Sunardi saat ditemui di TPU Karet Bivak, Sabtu (22/2/2025).
Menggunakan baju koko, sarung, peci serta sorban yang digantungkan dilehernya, ia menawarkan jasanya ke peziarah.
Sunardi juga mengatakan tidak ada permintaan khusus dari peziarah terkait dengan doa-doa yang dibacakan. Biasanya, ia membaca doa tawasul ziarah kubur.
"Nggak ada, Nggak ada, enggak ada. Yang penting istilahnya untuk shohibul bait aja, untuk ahli kubur aja gitu. Enggak ada khusus," kata Sunardi.
"Enggak ada permintaan harus apa-apa. Paling begini, karena ada tahlil biasa atau yasin. Mau yasin atau tahlil biasa? Tahlil biasa aja doang aja lah atau baca yasin gitu. Jadi hanya gitu doang permintaan-permintaan sohibul hajat (peziarah) itu. Enggak ada yang lain," sambungnya.
Sunardi mengatakan tidak mematok harga atas jasa doa kubur yang diberikan. Ia mengatakan peziarah bisa memberikan imbalan seikhlasnya.
"Ya kalau istilahnya balasan ya seikhlasnya gitu, ada yang kecil, ada yang gede, namanya orang gitu kan. Nggak semua rata gitu," kata Sunardi.
Salah satu peziarah yang menggunakan jasa doa kubur mengatakan terbantu oleh jasa doa kubur. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak ahli membaca doa sehingga membutuhkan jasa doa kubur untuk memimpin doa.
"Ya kita kan nggak ahli doa ya, kalau ada yang tau doa doanya terus mimpin kan jadi lebih enak, terus mungkin kita kan bacaannya ga jelas, enggak apa istilahnya, kurang fasih bacaannya gitulah," ujar Nisa (37).
Berbeda dengan Nisa, peziarah lainnya, Wulan (60) memilih tak menggunakan jasa doa kubur lantaran bisa membaca sendiri doa-doanya. Ia mengatakan bisa membuka buku yasin apabila tidak hafal doanya.
"Sendiri ajalah, ngapain pake gitu-gitu, doanya juga sama aja sama yang kita baca, kalau nggak hafal, buka yasin," ujar Wulan (60).
"Sendiri ajalah, ngapain pake gitu-gitu, doanya juga sama aja sama yang kita baca, kalau nggak hafal, buka yasin," ujar Wulan (60).