TRIBUNJATIM.COM - Fenomena alam adanya hujan jelly belakangan menjadi sorotan.
Prakirawan Stasiun Meteorologi (Stamet) Djalaluddin Gorontalo akhirnya berikan penjelasan soal fenomena yang tengah ramai dibicarakan tersebut.
Naufal Pramudya Irawan mengatakan ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya hujan bertekstur seperti jelly di Dusun Ato Atas, Desa Leyao, Gorontalo Utara, pada Sabtu (15/2/2025) malam pukul 20.00 WITA.
Ada tiga kemungkinan penyebab adanya hujan jelly yang turun di Gorontalo tersebut.
"Beberapa proses bisa menjadi salah satu kemungkinan penyebabnya," kata Naufal di Gorontalo dikutip TribunJatim.com dari Kompas.TV, Selasa (17/2/2025).
Menurut Naufal,
Ia menyebut, pada beberapa kasus, hujan jelly terkait dengan limbah industri atau pencemaran air yang menghasilkan bahan-bahan gelatin atau mirip jelly, meskipun hal ini sangat jarang dan lebih mengarah ke fenomena yang merusak lingkungan.
Namun, kata Naufal, untuk mengetahui secara pasti penyebab turunnya hujan yang menyerupai jelly tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut.
Hujan jelly diketahui pernah terjadi di Skotlandia, Eropa, pada tahun 2009.
Dikutip dari BBC, seseorang menemukan butiran jelly di Pentlands.
Penemuan ini memicu beragam teori konspirasi.
Beberapa dugaan menyebutkan bahwa zat tersebut adalah sejenis jamur, ekskresi hewan, atau bahkan 'ingus bintang' dari meteorit.
Kemudian pada Agustus 2009, ada bukti ilmiah baru yang menunjukkan bahwa materi misterius ini mungkin berasal dari suatu cairan dari katak.
Untuk mencoba memecahkan misteri tersebut, Out of Doors telah meminta beberapa ilmuwan untuk memeriksa sampel jeli.
Hans Sluiman, seorang ahli alga di Royal Botanic Garden Edinburgh, mengatakan kepada para pendengar BBC bahwa ia yakin gel itu sendiri bukanlah tumbuhan atau hewan.
Dr Andy Taylor mempelajari jamur di Macaulay Institute di Aberdeen.
Ia mengatakan ada filamen jamur di lendir tersebut tetapi setuju dengan Hans bahwa jamur tersebut tumbuh di dalam lendir.
Rekan akademis Hans Sluiman lalu menemukan referensi tahun 1926 di jurnal Nature tentang 'pembusukan bintang'.
Referensi tersebut mendukung teori bahwa burung dari beberapa spesies tertentu memakan katak atau kodok.
Burung itu kemudian memuntahkan ovariumnya hingga jatuh ke daratan.
Seperti diberitakan sebelumnya, bersamaan dengan musim hujan yang masih terjadi di wilayah Indonesia, belakangan muncul fenomena alam langka hujan jeli.
Peristiwa alam ini hujan jeli itu terjadi di Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Tepatnya peristiwa tersebut terjadi di Desa Leyao Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, sekitar pukul 20.00 WITA, Sabtu (15/2/2025).
Sejumlah warga merekam penampakan hujan jeli itu dan membagikannya ke media sosial Facebook hingga viral di media sosial.
Menanggapi fenomena alam hujan jeli yang viral itu prakirawan dari BMKG buka suara ungkap kemungkinan penyebabnya.
Dilansir TribunGorontalo.com dari akun FB Selvina, hujan jeli ini sempat menimbulkan kecurigaan dari warga setempat.
Warga yang saat itu masih terjaga, mulai mengamati butiran hujan yang jatuh dari langit.
Karena penasaran, warga mulai menampung butiran-butiran putih itu ke dalam wadah.
Awalnya warga mengira benda itu adalah es batu.
Namun setelah dipegang, teksturnya lengkel menyerupai jelly.
Peristiwa ini diketahui baru pertama kali terjadi di Gorontalo.
Menurut warga setempat, Ewan Saputra, dirinya bersama warga lainnya kaget dengan peristiwa alam yang terjadi di Dusun Ato Atas Desa Leyao tersebut.
Fenomena itu baru disadari warga setelah beberapa saat hujan turun.
Sebab, yang justru nampak di permukaan tanah adalah butiran jeli atau seperti agar-agar yang memenuhi pekarangan rumah dan jalan.
"Ada yang sibuk mengambil wadah untuk menampung hujan jelly, sebagian warga memilih mengabadikan momen yang tidak pernah terjadi di desa tersebut," katanya.
Hujan jelly di desa itu terjadi sekitar 30 menit dan warga merasakan hujan yang turun cukup deras.
"Belum diketahui apakah butiran jelly memenuhi seluruh desa atau hanya terjadi di satu lokasi di dusun tersebut, mengingat peristiwa langka ini terjadi malam hari," jelas Ewan.
Hujan jelly nampak lembek dan butirannya terasa lembut seperti agar-agar, tetapi warga memilih menghindar agar tidak terkena langsung.