WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu siap hadir di bioskop mulai Kamis (13/2/2025).
Film ini membawa kisah cinta yang dekat dengan realitas banyak orang, terutama dari sudut pandang laki-laki.
Disutradarai Hanung Bramantyo, film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu menggali kompleksitas hubungan, ketakutan akan komitmen, dan perjalanan menemukan makna cinta sejati.
Film ini dibintangi Refal Hady sebagai Daku, penulis yang bergulat dengan ketidakpastian dalam hubungan, serta Nadya Arina, Givina Lukita, Carissa Perusset dan Mira Filzah.
Mereka memainkan peran perempuan-perempuan yang hadir dalam kehidupan Daku.
Refal Hady merasakan tantangan terbesar dalam film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, terutama saat mendalami karakter Daku, pria yang penuh keraguan dalam hubungan.
"Gue kayak ditampar sama karakter Daku, hampir setiap cowok takut sama komitmen, bukan takut dengan hubungan, tapi takut sama dirinya sendiri," kata Refal Hady di Bioskop XXI Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Senin (10/2/2025).
"Gue nol soal nulis, jadi Mas Hanung banyak menjelaskan karakter Daku ini dan gue belajar bukan hanya dari sisi cheezy-nya, tapi apa yang ada di kepala seorang penulis," ucapnya.
Nadya Arina yang berperan sebagai Nadya menyebut karakternya sangat merepresentasikan perempuan Indonesia.
Menurutnya, Nadya ini visual perempuan Indonesia banget yang melakukan berbagai cara sebagai pacar agar bisa dinikahi.
Aktris Malaysia, Mira Filzah, yang memerankan karakter Sarah, merasa cukup nyaman dalam membawakan perannya.
"Karena Sarah ini orang Malaysia, aku bisa pakai bahasa Malaysia dan Mas Hanung minta aku buat lepas aja pakai bahasa Indonesia," kata Mira Filzah.
"Ini pertama kali aku kerja sama Mas Hanung dan pertama kali juga ke Yogyakarta," lanjutnya.
Hanung Bramantyo mengungkapkan proses produksi film ini sempat menghadapi kendala besar ketika ia mengalami kecelakaan.
"Beberapa hari syuting saya kecelakaan, kaki saya patah," kata Hanung Bramantyo.
"Saya nggak ada di lokasi syuting, cuma pegang iPad dan direct dari sana dan saya merasa film ini cukup berjarak dengan segala dilemanya," lanjut dia.
Meski sempat pesimis, Hanung akhirnya melihat hasil yang justru lebih hidup dari yang ia bayangkan.
"Pas editing, filmnya malah hidup, lebih hidup dari yang saya hands-on," kata Hanung.
"Saya sampai minta orang-orang yang tak terlibat buat nonton, dan mereka bilang ini filmnya nggak membosankan, berarti metode saya pas," ujarnya.
Hanung juga menegaskan bahwa film ini membawa perspektif yang jarang diangkat dalam kisah cinta.
"Banyak film yang sudut pandangnya perempuan—diselingkuhi, segala macam, tapi giliran ada sudut pandang laki-laki, malah dicibir," kata Hanung Bramantyo.
"Saya nggak yakin apakah film ini bisa diterima, tapi ini film yang membedah soal laki-laki," katanya.
Produser Azlin Hilds mengungkapkan film ini awalnya sudah direncanakan sejak lama, tetapi sempat tertunda karena sulitnya menemukan pemeran utama pria.