Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Burung Hantu Pemburu

TRIBUNJATENG.COM - Matahari mulai terbenam. Burung-burung hantu bangun dan bersiap untuk berburu.

Owi, anak burung hantu, bertengger di dahan.

Tiba-tiba Han, anak burung hantu lainnya, sudah bertengger di sisinya.

Burung hantu memang mampu terbang di sisinya.

Burung hantu memang mampu terbang tanpa mengeluarkan bunyi.

“Owi, kita main dulu, yuk, sebelum berburu dengan ibu kita!” ajak Han.

“Aku tidak mau main denganmu. Aku mau berteman dengan Nuri, yang berbulu indah.

Atau dengan Kutut, burung perkutut yang suaranya merdu!” kata Owi.

“Kamu tahu kan Han, kita ini payah. Wajah jelek, suara jelek. Orang menyebut kita burung hantu pula!” gerutu Owi lagi.

“Kata ibuku kita istimewa. Bisa menangkap mangsa dengan cepat. Penglihatan kita di malam hari juga tajam.

Satu di antara empat jari kita punya sendi yang bisa digerakkan ke depan dank e belakang,” kata Han.

“Sudahlah, pokoknya kita jelek!” kata Owi, lalu meninggalkan Han.

Han Cuma bisa menggeleng-geleng.

Owi memang rada aneh, pikir Han.

Owi pergi ke rumah Nuri dan mengajak Nuri bermain.

“Aduh, maaf ya, aku lelah setelah seharian mencari buah-buahan Aku mau tidur. Besok pagi saja, ya, mainnya!” kata Nuri.

Owi pun pamit dan menuju ke rumah Kutut. Baru saja ia bicara dengan Kutut,

brrrr… brrrr… teman-teman dan keluarga Kutut semua terbang pergi.

“Lo, ada apa? Kenapa semuanya pergi?” Tanya Owi heran.

“Mereka takut kepadamu!” jawab Kutut. “Mereka, kan, belum kenal kamu!”

Kutut ternyata juga tidak bisa main dengan Owi.

Hari mulai gelap dan ia harus tidur.

Besok pagi ia harus mencari makan, yaitu biji-bijian.

Owi kembali ke pohonnya dan ikut berburu bersama ibunya.

Dalam kegelapan malam, Owi melihat seekor anak katak di bawah daun pohon talas.

Swiiiing… owi segera menyambarnya.

“Kamu hebat ,Owi!” puji ibunya.

Owi senang, tetapi ia berkata, “Buat apa pintar berburu. Penampilan dan suara kita begitu jelek.

Teman-teman Kutut sampai terbang ketakutan ketika aku dating ke tempatnya!”

“Setiap burung di ciptakan Tuhan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Bersyukurlah. Kedua mata kita terletak di depan, seperti mata manusia.

Letak mata burung-burung lain, ada di kiri dan kanan kepalanya.

Bukankah kita istimewa?” kata ibu Owi.

“Aaah, Ibu sama saja dengan ibu Han. Suka memuji diri sendiri!” kata Owi.

“Pokoknya, besok malam aku tidak mau ikut berburu. Amu mau tidur saja supaya besok pagi bisa bermain dengan Kutut dan Nuri!”

Besok malamnya, Owi benar-benar tak mau ikut berburu.

Malam sangat sunyi.

Sesekali terdengar suara serangga malam.

Owi mencari serangga di semak-semak untuk mengisi perut.

“Sssiiis… siiiisss…” desis seekor ular besar.

Owi terpaku melihatnya.

“Owi, cepat terbang ke sini!” terdengar suara Han.

Dengan ketakutan Owi terbang ke sebuah pohon.

Ia bertengger sambil menenangkan diri.

Aduh, Han, aku hampir saja celaka. Untung kamu memanggilku. Terima kasih, ya!” kata Owi.

“Kamu tidak ikut ibumu berburu?”

“Tadi perutku agak sakit, tapi sekarang sudah sembuh. Kamu juga tidak berburu?” Tanya Han.

“Tidak, aku mau tidur supaya besok pagi bisa main dengan Nuri dan Kutut!” jawab Owi.

“Tetapi dari tadi aku tidak bisa tidur.”

“Kita tidak mungkin bisa tidur malam, Wi! Kita, kan, burung malam.

Siang hari tidur dan malam berburu. Kalau Nuri dan Kutut, siang mencari makan dan malam hari mereka tidur,” ujar Han,

“Sudah ikut aku saja, yuk. Kita berlomba menangkap tikus atau katak. Setelah dapat, akan kubawa kau ke suatu tempat!”

Mereka lalu terbang dan masing-masing erhasil menangkap seekor katak.

Han lalu mengajak Owi ke dalam hutan, menemui seekor burung hantu tua di hua lubang pohon.

“Nenek, aku dan temanku Owi membawakan katak untukmu!” kata Han.

“Kalian anak-anak yang baik. Terima kasih, ya, Owi, kamu tampan sekali!” kata burung hantu tua itu.

“Aku selalu merasa diriku jelek. Burung hantu lain juga jelek!” kata Owi.

“Itu pikiran yang salah. Bagus dan jelek itu bukan tergantung pada ulu yang indah, atau suara yang bagus.

Tetapi, apakah kamu punya hati baik atau tidak.

Kamu membawakan makanan untuk burung tua yang lamban. Itu artinya kamu bagus, tidak jelek!” kata burung tua itu.

Owi merasa kata-kata burung tua itu benar.

Ia dan Han lalu pergi berburu lagi. Mejelang subuh, mereka pulang dan tidur.

Ketika Owi terbangun, hari sudah petang lagi. Ia tidak bisa bermain dengan Kutut dan Nuri.

Namun, Owi tidak sedih karena ia sudah tau bahwa ia bukan burung hantu yang jelek. Ia berjanji akan lebih rajin latihan berburu.

(*)

Baca Lebih Lanjut
Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Kebaikan Burung Merak dan Persahabatannya dengan Buaya
Galih permadi
Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Pangeran dan Putri Raja dengan Biji Kacang Polong
Galih permadi
Dongeng Anak Sebelum Tidur, Kisah Pertapa Sakti Bernama Shie dan Asal Mula Kilatan Guntur
Galih permadi
Kisah Sebelum Kecelakaan Maut Bus Brimob di Tol Pandaan, Sopir Sering Diingatkan Hampir Tabrak Truk
Dyan Rekohadi
Doyan Ngopi Sebelum Tidur? Hati-hati, Bisa Begini Efeknya
Detik
Si Buta dari Gua Hantu Diangkat Jadi Game
Detik
Kisah Heroik Anak Coba Bela Ayah Sebelum Dibunuh Rekan Kerja di Jakarta, Tangan Ikut Terluka
Kemal Setia Permana
Laporan Awal Kecelakaan Jeju Air, Ada DNA Burung di Mesin Pesawat
Detik
Miris! Bocah Perempuan di Nisel Disiksa, Kedua Kaki Patah dan Tidur di Kandang Ayam
Sindonews
Fakta Mengejutkan Penyelidikan Awal Ungkap DNA Bebek dan Bulu Burung Nempel di Mesin Jet Jeju Air
Endra Kurniawan