Ini Nilai Kurs 1 Dolar ke Rupiah Periode 20-31 Januari 2025, Sempat Heboh Menguat Rp 8.170
TRIBUNJATENG.COM- Pada Sabtu, 1 Februari 2025, pengguna internet di Indonesia dikejutkan dengan tampilan nilai tukar 1 dolar AS yang ditampilkan oleh Google sebesar Rp8.170, jauh di bawah nilai pasar yang sebenarnya. Kesalahan serupa juga terjadi pada nilai tukar euro terhadap rupiah, yang ditampilkan sekitar Rp8.348.
Menanggapi hal ini, pihak Google menyatakan bahwa data konversi mata uang mereka berasal dari sumber pihak ketiga. Setelah menyadari adanya ketidakakuratan, Google segera menghubungi penyedia data tersebut untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso memastikan, nilai tukar rupiah Rp 8.170,65 per dollar AS yang muncul di Google tersebut bukanlah level yang seharusnya.
Ia menjelaskan, data Bank Indonesia mencatat kurs atau nilai tukar rupiah senilai Rp 16.312 per dollar AS pada 31 Januari 2025
Menurut Google, kesalahan tersebut ada pada data pihak ketiga.
"Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin," lanjutnya.
1 Dolar berapa Rupiah?
Nilai tukar rupiah periode 20-31 Januari 2025 Dilansir dari informasi resmi Bank Indonesia (BI), menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selama sepekan sebagai berikut:
20 Januari 2025: Rp 16.372
21 Januari 2025: Rp 16.331
22 Januari 2025: Rp 16.327
23 Januari 2025: Rp 16.276
24 Januari 2025: Rp 16.200
30 Januari 2025: Rp 16.259
31 Januari 2025: Rp 16.312.
Bank Indonesia (BI) juga memberikan klarifikasi terkait masalah ini. Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah yang mencapai angka 8.000 disebabkan oleh masalah teknis di Google.
BI mencatat bahwa pada 31 Januari 2025, kurs rupiah berada di level Rp16.312 per dolar AS. BI telah berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia untuk segera melakukan koreksi yang diperlukan.
Sebelumnya, data nilai tukar sering kali tidak akurat akibat masalah teknis dalam pengambilan data dari sumber pihak ketiga.
(*)