'Ya Itu Antok Suami Siri Uswatun Khasanah' Cerita Nur Khalim Sempat Marah Tak Pernah Jadi Wali Nikah
SURYAMALANG.COM | BLITAR - Ayah korban mutilasi Uswatun Khasanah membenarkan foto pria yang ditangkap Tim Polda Jatim adalah Rohmad Tri Hartanto alias Antok Tulungagung (33) yang dikenal suami siri anaknya.
"Ya itu Antok, yang pernah dikenalkan kepada saya sebagai suami siri anak saya ( Uswatun Khasanah)" ujar Nur Khalim sambil jarinya menunjuk foto Antok yang diperlihatkan dari layar ponsel reporter SURYAMALANG.COM saat ditemui di rumahnya, Senin (27/1/2025).
Nur Khalim mengungkapkan, Uswatun Khasanah pernah pulang ke rumah mengajak seorang laki-laki dan dikenalkan sebagai suami sirinya.
Laki-laki itu, cerita Nur Khalim disebutkan namanya Antok, rumahnya Tulungagung.
"Itu sekitar tiga tahun lalu," kata Nur Khalim.
Nur Khalim menceritakan itu seusai menemui Kapolres Blitar, AKBP Arif Fazlurrahman yang takziah di rumah duka ibu kandung korban di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Senin.
Kini, Nur Khalim merasa bersyukur pelaku mutilasi Uswatun Khasanah sudah ditangkap.
Ia berharap Antok Tulungagung yang juga ketua ranting sebuah perguruan pencak silat di Tulungagung serta anggota LSM itu dihukum berat.
"Kalau bisa (pelaku) ya harus dihukum mati. Dia yang bertindak melukai anak saya," tuntut Nur Khalim dengan raut wajah penuh kesedihan.
Ia juga berharap bagian tubuh lain anaknya yang sudah ditemukan bisa segera diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan jadi satu dengan tubuh korban.
"Kami belum tahu kapan potongan tubuh anak saya dikirim ke rumah duka. Memprihatinkan sekali tubuh anak saya yang terpisah," katanya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada aparat kepolisian yang sudah membantu menemukan pelaku dan jenazah Uswatun Khasanah yang dibuang Antok Tulungagung di beberapa tempat.
Di sisi lain, Nur Khalim sempat marah kepada Uswatun Khasanah setelah dikenalkan Antok Tulungagung sebagai suami sirinya.
Karena Nur Khalim sebagai ayah kandung tidak pernah diminta menjadi wali pernikahan Uswatun Khasanah.
"Waktu itu saya sempat marah, saya tidak pernah merasa menjadi wali nikah anak saya," ujar Nur Khalim.
Ia mengatakan Antok jarang datang ke rumah Nur Khalim di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Setahun, Antok datang ke rumah di Blitar hanya tiga sampai enam kali.
Tiap ikut pulang bersama Uswatun Khasanah ke Blitar, Antok Tulungagung paling lama menginap dua hari, lalu kembali lagi ke Tulungagung.
"Biasanya, tiga minggu kemudian datang lagi ke Blitar," katanya.
Nur Khalim mengaku tidak pernah mengobrol dengan Antok Tulungagung.
Ia dengan Antok hanya menyapa biasa.
"Setahun terakhir ini, dia memang tidak pernah datang ke Blitar," ujarnya.
Bak disambar petir
Kesedihan akibat kematian tragis Uswatun Khasanah membuat sang adik, Intan bak disambar petir di siang bolong.
Intan masih belum percaya musibah yang menimpa Uswatun Khasanah.
Uswatun Khasanah adalah perempuan asal Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Dia menjadi korban mutilasi yang jasadnya ditemukan dalam koper di Kabupaten Ngawi, pada Kamis (23/1/2025).
Mata Intan masih terlihat sembap saat ditemui di rumah ibunya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Minggu (26/1/2025).
Intan juga baru tiba di rumah ibunya Sabtu pagi.
Saat menerima kabar soal musibah yang menimpa kakaknya, Intan berada di Madiun.
"Saya kerja di Madiun. Saat dapat kabar itu, saya tidak percaya. Banyak pesan WA yang masuk ke ponsel saya, tapi saya tidak berani buka," kata Intan.
Pada Jumat (24/1/2025) malam, Intan baru pulang dari Madiun ke Blitar.
Tapi, Intan tidak langsung ke rumah ibunya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, yang sempat menjadi lokasi disemayamkan jenazah kakaknya.
"Dua hari lalu sebenarnya saya sudah pulang ke Blitar. Tapi, saya di rumah ayah di Desa Slorok, Kecamatan Garum. Baru hari ini berani datang ke rumah ibu," ujarnya.
Sekadar diketahui, orang tua Intan dan korban sudah bercerai.
Dari pernikahan orang tuanya itu dikarunia dua anak, yaitu, korban dan Intan.
Ibu kandungnya menikah lagi dan tinggal di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
Sedang ayahnya tinggal di Desa Slorok, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar.
"Waktu itu saya masih belum percaya dengan kabar soal kakak saya. Saya merasa seperti hoaks, kayak ngeprank," katanya.
Akhirnya, Intan percaya kakaknya benar-nenar sudah meninggal seperti kabar yang diterimanya.
"Kakak saya ini orangnya baik. Dulu, waktu saya masih kecil, belum menikah, yang merawat juga kakak saya," ujarnya.
Bahkan, setelah Intan menikah dan akhirnya bercerai, yang membantu keuangan Intan juga kakaknya.
Intan terakhir komunikasi dengan kakaknya awal Januari 2025. Intan dan kakaknya komunikasi lewat telepon.
Waktu itu, kakaknya menanyakan kabar kepada Intan.
"Kebetulan saya kan sedang cari kerja. Saya dipecat dari tempat kerja lama di Jakarta. Lalu saya cari kerja di Solo, tidak cocok terus pindah ke Madiun," katanya.
Setelah itu, Intan belum pernah berkomunikasi lagi dengan kakaknya.
Sekarang, Intan malah mendapat kabar kakaknya terkena musibah.
Ayah tiri korban, Hendi Suprapto mengatakan korban memang sosok baik dan perhatian dengan keluarga.
Korban juga menjadi tulang punggung keluarga.
"Korban memang tulang punggung keluarga. Dia menghidupi dua anak dan neneknya," katanya.
Menurutnya, korban juga sering mampir ke rumah ibunya.
Tiap pulang ke Blitar, korban selalu menyempatkan bertemu dengan ibunya.
"Kadang dua kali sebulan ke sini. Tiap pulang ke Blitar, setelah ngurus anak dan keluarga di Slorok, dia menyempatkan ketemu ibunya," ujarnya.
Korban juga bersikap baik dengan Hendi, meskipun Hendi ayah tiri.
Korban sempat bilang ke Hendi ingin bangun rumah sendiri.
Kebetulan, Hendi yang dimintai tolong untuk membangun rumah.
Rencananya, mulai bulan depan, korban mulai membangun rumah di Desa Slorok.
"Korban ini tidak pernah cerita masalahnya ke keluarga. Yang diceritakan ke keluarga hanya yang senang-senang saja. Mungkin korban tidak ingin ibunya khawatir," katanya.