TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Berburu kuliner di Kabupaten Kudus jangan sampai melupakan makanan sederhana keong sruput.
Kuliner murah meriah berbahan dasar keong tersebut mengandung cita rasa khas masakan pedesaan yang dikelola dengan racikan bumbu khusus.
Biasanya dimasak berkuah cocok disantap ketika musim hujan.
Menu kuliner keong sruput banyak dijumpai di warung-warung makan yang tersebar di wilayah Kecamatan Undaan, seperti contoh Desa Karangrowo, satu di antara desa yang dikenal dengan kuliner keong sruput.
Nama keong sruput kini sudah menjadi primadona kuliner khas Kota Kretek bersama Lentog, Soto Kerbau, Sate Kerbau, dan Nasi Jangkrik.
Bahkan, keberadaan keong sruput kini sudah bisa ditemukan di berbagai warung makan yang tersebar di sembilan kecamatan yang ada di Kudus. Termasuk keong sruput Bu Puji Rahayu hadir setiap hari di Kafe Celosia Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.
Keong sruput buatan Ibu Puji dibandrol hanya Rp 5.000 per porsi. Harga jual yang sangat ramah di kantong, cocok sebagai kuliner di musim dingin juga musim panas.
Warung kuliner Ibu Puji buka setiap hari di Kafe Celosia Jati Kulon mulai pukul 09.00 - 17.00 WIB.
Dalam sehari, Puji bisa menghabiskan 3-10 kilogram keong yang dimasak dengan cita rasa khas kuah bening, dilengkapi dengan daun singkil yang dipercaya mengandung banyak manfaat kesehatan.
Konsep kuah bening diambil agar tampil berbeda dengan menu keong sruput pada umumnya yang dimasak dengan kuah keruh.
Dengan harapan, konsumen penikmat keong sruput bisa menikmati keong dengan kuahnya hingga habis.
"Beda keong sruput buatan saya dengan keong sruput pada umumnya ada di jenis kuah. Saya sukanya kuah bening, biar lebih seger saja ketika menyantap keong. Untuk bumbu racikan sendiri, banyak yang bilang rasanya beda, lebih ngena di lidah," terangnya, Selasa (21/01/2025).
Puji Rahayu mulai berjualan keong sruput sejak 2017. Pada mulanya, perempuan 38 tahun tersebut sekadar buruh dagang di Pasar Bitingan.
Kondisi ekonomi keluarga kala itu membuka kemauan Puji untuk terlibat langsung berkecimpung memulai dunia usaha sendiri di bidang kuliner.
"Awalnya jualan saya olahan masakan besusul srutup, karena saya suka dan sering dimasakin ibu waktu kecil. Ya sekitar 2 tahun berjalan sekaligus nostalgia makanan yang sudah ada sejak kecil. Carinya di Kesambi dulu, tapi sekarang sudah susah, saya ganti menu ke keong," ujar dia.
Sebagai pedagang kuliner, Puji menilai bahwa stok keong di Kabupaten Kudus dalam kurun waktu 5 tahun ke belakang masih cukup melimpah. Tersebar di daerah sawah dan perairan Desa Kesambi, Bulungcangkring, Karangrowo, dan beberapa desa lainnya.
Namun, keberadaan bahan baku keong saat ini semakin susah ditemukan di Kabupaten Kudus.
Meski demikian, menu kuliner keong sruput tetap hadir. Suplai bahan baku diperoleh dari berbagai daerah, seperti contoh Kaliwungu Kabupaten Kendal dengan harga jual bahan baku Rp 15.000 per kilogram.
"Karena keong sruput ini banyak yang suka, kulinernya harus tetap ada. Kebetulan ada pengepul keong di Undaan, jadi mitra para pedagang kuliner keong sruput," tuturnya.
Sebagai pedagang keong sruput, Puji berharap, menu masakan yang satu ini tetep lestari dan menjadi legenda kuliner di Kota Kretek. (Sam)