TRIBUNNEWS.COM - Turnamen Indonesia Masters 2025 akan menjadi momen spesial bagi dunia bulu tangkis Indonesia.
Tak hanya menghadirkan persaingan sengit di lapangan, acara ini juga akan menjadi ajang penghormatan terakhir bagi pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Seperti diketahui, Indonesia Masters 2025 ini akan menjadi turnamen Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dalam karier profesional sebagai pemain bulutangkis.
Sebagai bentuk penghormatan atas prestasi dan dedikasinya, PBSI telah menyiapkan sebuah acara penghormatan bertajuk "A Tribute to The Daddies".
Acara tersebut akan digelar pada Minggu, 26 Januari 2025, sebelum babak final berlangsung di Istora Senayan, Jakarta.
Para penonton yang sudah memiliki tiket babak final Indonesia Masters 2025 dapat menyaksikan langsung momen istimewa ini.
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan telah mencatatkan sejarah emas dalam dunia bulu tangkis.
Mereka dikenal sebagai pasangan ganda putra yang memiliki segudang prestasi, termasuk tiga kali juara dunia (2013, 2015, 2019) dan dua kali meraih gelar All England (2014, 2019).
Di usianya yang tidak lagi muda, Hendra/Ahsan tetap mampu bersaing dengan pemain-pemain muda, menunjukkan mental juara dan pengalaman luar biasa di lapangan.
PBSI memastikan bahwa acara penghormatan "A Tribute to The Daddies" ini akan menjadi momen istimewa, tidak hanya bagi Hendra/Ahsan tetapi juga bagi para penggemar bulu tangkis.
Dalam konferensi pers menjelang turnamen, Hendra Setiawan mengungkapkan bahwa keputusan pensiun ini sudah dipikirkan sejak Oktober 2024.
Ia dan Ahsan sepakat bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri karier mereka.
"Memutuskan berhenti di Oktober tahun lalu karena hasilnya kurang bagus. Lagipula, saya juga sudah umur 40, jadi realistis saja. Partner juga kami sudah ngobrol dan oke, pensiun bareng," ujar Hendra.
Hendra juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung perjalanan kariernya, mulai dari PBSI, klub Jaya Raya, hingga Djarum.
Hendra Setiawan: Dua Pasangan, Karier Cemerlang
Hendra Setiawan adalah salah satu ikon bulu tangkis Indonesia yang kariernya bersinar bersama dua pasangan berbeda.
Di awal perjalanannya, ia berduet dengan Markis Kido, menciptakan sejumlah prestasi yang mengesankan.
Hendra/Kido pernah menduduki peringkat satu dunia pada 2007 dan mencapai puncak kejayaan dengan meraih medali emas di Olimpiade Beijing 2008 .
Dalam laga final, mereka mengalahkan pasangan kuat asal Tiongkok, Cai Yun/Fu Haifeng, dengan skor 12-21, 21-11, 21-16.
Setelah berpisah dengan Kido, Hendra mulai berpasangan dengan Mohammad Ahsan pada akhir 2012.
Duet ini tidak hanya melanjutkan tradisi kemenangan, tetapi juga memperkuat reputasi Hendra sebagai salah satu pemain ganda putra terbaik di dunia.
Mohammad Ahsan: Prestasi Mendunia Bersama Hendra
Sebagai pasangan baru Hendra, Mohammad Ahsan turut mengukir sejarah dengan sederet gelar prestis
Mereka terus tampil konsisten meskipun berada di tengah persaingan dengan pemain-pemain muda berbakat.
Bersama Hendra, Ahsan berhasil meraih tiga gelar Juara Dunia pada edisi 2013, 2015, dan 2019.
Mereka juga mengukir sejarah di All England, salah satu turnamen tertua dan paling bergengsi di dunia bulu tangkis.
Gelar All England pertama diraih pada 2014 ketika turnamen ini masih bagian dari BWF Super Series, setelah mengalahkan Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang).
Trofi kedua didapat pada 2019, saat turnamen ini sudah menjadi bagian dari BWF World Tour, dengan kemenangan atas Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia).
Selain sukses di turnamen internasional, Mohammad Ahsan juga bersinar di kancah Asia Tenggara.
Ia meraih medali emas individu bersama Bona Septano di SEA Games 2011, mengakhiri dominasi Markis Kido/Hendra Setiawan yang sebelumnya meraih tiga gelar berturut-turut.
Ahsan juga menyumbangkan dua medali emas beregu untuk Indonesia pada edisi 2009 dan 2011.
Di level yang lebih tinggi, yakni Asian Games 2014, Ahsan bersama Hendra akhirnya merebut emas pertama mereka, menambah koleksi prestasi keduanya di berbagai turnamen
Kiprah Hendra dan Ahsan tidak hanya soal kemenangan, tetapi juga tentang konsistensi, mentalitas, dan pengaruh besar mereka dalam dunia bulu tangkis.
Dengan berbagai gelar prestisius yang mereka raih, pasangan ini layak dikenang sebagai legenda hidup olahraga Indonesia.
Mereka tidak hanya menginspirasi para atlet muda tetapi juga mengukuhkan nama Indonesia di pentas bulu tangkis dunia.
Bagi para penggemar, acara "A Tribute to The Daddies" akan menjadi kesempatan terakhir untuk memberikan tepuk tangan meriah dan ucapan selamat tinggal kepada dua legenda yang telah banyak menginspirasi.
(Tio)