TRIBUN-MEDAN.com - Supandi guru honorer di Sukabumi terpaksa berjalan kaki sejauh 11 kilometer untuk mengajar.
Kegigihan Supandi ini bertolak belakang dengan kasus di Kabupaten Nias, Sumut.
Supandi tetap bekerja meski digaji Rp 200 ribu per bulan dan berjalan kaki sejauh 11 kilometer.
Sedikit memberitahu sebuah sekolah di Kabupaten Nias menjadi sorotan.
Murid di SD Negeri 078481 Uluna'ai Hiligo'o Hilimbarozu curhat tidak ada guru selama sebulan viral di media sosial.
Mereka mengaku selama satu bulan tidak pernah belajar.
Guru yang datang cuma membunyikan lonceng masuk dan setelah itu tidak ada proses belajar.
Dinas Pendidikan Kabupaten Nias telah memanggil para guru yang di sana dan memberikan sanksi.
Namun cerita berbeda ditunjukkan oleh Supandi, perjuangannya untuk berangkat mengajar ke sekolah menjadi viral di media sosial.
Tiap hari guru Supandi yang masih honorer jalan kaki 11 km ke sekolah.
Diketahui ia sudah mengajar selama 14 tahun.
Kisah guru Supandi viral setelah dibagikan akun Instagram @sukabumitoday dan @kitabuku.id.
Dari unggahan tersebut, guru Supandi diketahui tinggal di Kampung Ciguha, Desa Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, melansir dari TribunJabar, Sabtu (18/1/2025).
Ia mengajar di sebuah MTs bernama Thoriqul Hidayah.
Momen Supandi jalan kaki 11 kilometer dari rumahnya ke sekolah itu dibagikan dalam video tersebut.
Pak Supandi bersiap setelah subuh untuk menuju ke sekolah.
Ia mengenakan kemeja putih, celana panjang dan jaket hitam.
Supandi juga menggendong sebuah tas ransel di punggungnya.
Saat tiba di sekolah, rasa lelah Supandi setelah menempuh perjalanan bak terobati saat disambut para muridnya di kelas.
Satu per satu muridnya menyalaminya saat tiba di sekolah.
Dalam video yang beredar itu juga Supandi mengurai kisah perjuangannya tersebut.
Supandi mengaku untuk pergi mengajar ia memang sering dibantu warga sekitar untuk bisa sampai ke skeolah menggunakan kendaraan.
Ia pun berterima kasih kepada para warga dan pengendara yang membantunya.
Namun ternyata bantuan warga itu pun tidak menentu setiap hari diterimanya.
Jika tak ada bantuan warga, ia tetap berjalan kaki sendirian menuju sekolah demi mengajar.
"Bapak jalan? berapa kilo?" tanya warga.
"Jalan, dari Bojongopang 3 km, dari bojongopang ke bojongtipar 8 km," ujar Supandi alias Pak Empan.
"Kalau udah kenal mah, orang mah kasihan lihat saya jalan kaki," sambungnya.
Meski penuh perjuangan, Supandi tetap tegar menjalani profesinya tersebut.
Bagi Supandi, menjadi guru adalah panggilan hati, bukan semata-mata pekerjaan.
Diketahui Supandi sudah mengajar sejak tahun 2011 silam.
Ini artinya ia sudah mengabdikan dirinya sebagai guru selama 14 tahun.
Meski begitu, ternyata hingga kini ia masih berstatus sebagai guru honorer.
Bahkan gaji yang diterima Supandi cukup miris.
Ia mengaku menerima gaji tak sampai Rp 200 ribu per bulannya.
"Rata-rata per bulan dapat Rp192 ribu. Kalau honorer kan setidaknya, saya bukan cari final seperti itu kan, cuma untuk menyumbangkan yang saya bisa," ungkapnya.
Terkait pendapatannya sebagai guru honorer tersebut, Supandi tak punya banyak pilihan, selain bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT.
"Itu rezeki dari Allah. Saya selalu memberikan prinsip kepada anak, kalau punya ilmu dikembangkan. Jangan dulu mencari finansial, tapi pengalaman. Rezeki itu ada dari mana saja. Contoh saya dari 2011 sampai sekarang, kalau yang mengaturnya Tuhan, ada saja. Kadang berkebun di sawah, peninggalan orang tua (jika libur)," paparnya.
Supandi sendiri tidak menutup diri jika ada bantuan yang dapat mempermudah dirinya dalam perjalanan ke sekolah, supaya tidak terlalu lama karena berjalan kaki.
Dikutip dari TirbunBogor, diketahui, Supandi guru honorer ini hanyalah lulusan STM di tahun 1993.
Lantaran cuma lulusan sekolah menengah, karena itulah Supandi tidak bisa mendaftar menjadi guru PPPK atau PPG.
Kendati demikian, Supandi punya kemampuan yang mumpuni dalam mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah.
Kini, kisah pilu Supandi atau Pak Empan guru honorer di Sukabumi yang digaji kurang dari Rp 200 ribu per bulan hingga harus jalan kaki 11 kilometer itu viral dan menyita perhatian publik.
Tak sedikit warganet yang prihatin dan miris dengan perjuangan guru honorer tersebut.
Sejumlah warganet pun mendoakan guru honorer tersebut agar mendapatkan rezeki melimpah.
Sementara itu juga viral di media sosial murid SD terlantar karena semua guru bolos 1 bulan.
Peristiwa miris ini terjadi di SDN No 078481 Uluna'ai Hiligo'o Laowo Hilimbaruzo Idanogawo, Kabupaten Nias, Sumatera Utara.
Dalam video yang dibagikan akun TikTok @Risman_lase_, terlihat seorang siswa SD merekam suasana di SDN tersebut, melansir dari TribunBogor, Jumat (17/1/2025).
Sekolah yang masih beralaskan tanah itu terlihat hanya dihuni beberapa murid saja.
Diungkap sang murid, para guru sudah lama tidak datang ke sekolah.
"Halo bapak ibu, ini sekolah, ini keadaan gurunya, tidak ada, gurunya sama sekali tidak ada," ungkap sang siswa SD perekam.
Bergerak ke arah ruangan sebelah ruang kelas, sang siswa memperlihatkan kondisi ruang guru.
Dalam rekaman tersebut tampak ruang guru tidak ada siapapun.
Di ruang guru tersebut hanya terdapat berkas usang yang diletakkan di lemari.
"Ini kantor, gurunya tidak ada sama sekali, satu orang pun," ujar sang siswa.
Sambil merekam, siswa SD tersebut bertanya ke rekannya terkait kondisi sekolah.
Siswa SD itu lantas curhat soal keadaan miris kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut yang bak mati suri.
Sebab diakui sang murid, para guru sama sekali tidak pernah datang ke sekolah hampir satu bulan.
"Gimana keadaan guru kalian?" tanya siswa SD.
"Keadaan guru kami tidak ada satu pun, cuma sering-sering tidak ada mereka pun, satu hari aja pun tidak ada, satu pun guru tidak ada," ujar murid yang lainnya.
Tak hanya itu, sang siswa juga mengurai kebobrokan sang guru.
Yakni para guru hanya datang ke sekolah untuk membunyikan lonceng saja lalu pergi lagi.
Hal tersebut seolah memberi harapan palsu bagi para murid yang semangat bersekolah.
"Kalau datang guru kan, dipukul lonceng, padahal saya enggak dikasih pelajaran, cuma dipukul lonceng, udah pergi mereka. Udah satu bulan aja enggak ada mereka. Senin, Selasa, Rabu tidak ada. Sedikit lagi satu bulan, tidak ada mereka. Seperti itu sekolah kami," kata siswa SD.
Melalui video singkat itu, sang murid juga membagikan kondisi ruang kelas yang berantakan.
Tak seperti sekolah negeri lain di kota-kota besar, SD tersebut tampak dipenuhi debu dengan fasilitas sederhana.
Bahkan papan tulis di sekolah tersebut juga masih menggunakan papan tulis kapur.
Kendati demikian, sekolah tersebut berdiri kokoh dengan atap dan bangunan yang utuh.
"Ini gais, ini anak sekolah. Ini anak sekolahnya tidak ada, karena malas guru," ujar sang siswa SD.
Melihat video miris yang dibagikan siswa SD di Nias tersebut, netizen ramai berkomentar.
Publik ikut prihatin dan miris dengan kondisi para siswa tersebut.
Meski demikian pihak sekolah belum angkat bicara mengenai masalah ini.
(*/tribun-medan.com)