Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Muamarrudin Irfani
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berencana meluncurkan bus dengan rute Cibinong-Puncak untuk mengatasi persoalan kemacetan.
Pengadaan transportasi massal yang disebut akan dilakukan pada Februari 2025 itu telah beredar luas di kalangan masyarakat.
Hal itu pun mendapat kritikan dari sopir angkot di Jalur Puncak yang trayeknya akan dilalui oleh bus karena tidak ada jalan lain.
Salah satu sopir angkot yang ditemui di depan Rest Area Gunung Mas, Dian mengaku tidak setuju dengan adanya wacana tersebut.
"Ngedenger kabar ada bus Cibinong nyampe Puncak agak kurang setuju," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (17/1/2035).
Pria yang karib disapa Baduy itu menilai keberadaan bus nantinya akan menjadi ancaman bagi angkot yang telah lebih dulu menguasai jalur Puncak.
Pasalnya, kata dia, dengan tarif bus yang saat ini ramai diperbincangkan senilai Rp 4.000 dikhawatirkan akan membuat penumpang beralih.
Terlebih tarif bus tersebut sangan jauh berbeda dengan tarif standar angkot senilai Rp10 ribu hanya dari Ciawi hingga kawasan Puncak Bogor.
"Atuh wisatawan kalau hari libur teh kebanyakan naik mobil itu, engga pake angkot. Udah mah Rp 4.000, pake AC, jalur Puncak macet, pasti banyak yang ke sana," katanya.
Kendati demikian, Baduy meyakini bahwa angkot tetap memiliki segmentasi penumpangnya tersendiri meskipun bus tersebut beroperasi.
Namun di samping itu, hati kecilnya berharap Kemenhub mengurungkan niat pengadaan bus tersebut dan mencari solusi lain untuk mengatasi kemacetan yang terjadi.
"Kekhawatiran doang (mempengaruhi penghasilan) tapi kan yang ngasih rezeki bukan bus itu. Harapan jangan ada lah, udah angkot aja, kasian juga kalau ke Puncak naik bus macet," katanya.