TRIBUNNEWS.COM - Mantan bintang Paris Saint-Germain (PSG), Neymar, mengungkap cerita di balik layar soal dinamika internal tim selama masanya bermain di klub Prancis tersebut.
PSG sempat menjadi salah satu tim yang menjadi kandidat besar untuk memenangi Liga Champions beberapa tahun silam.
Hal itu menyusul bergabungnya nama-nama besar di klub yang berbasis di kota Paris, Prancis itu.
Mereka memiliki sosok seperti Kylian Mbappe, Neymar yang bergabung pada tahun 2017, lalu pada 2021 hadir pula Lionel Messi yang menjadi ujung tombak tim.
Namun demikian, kejayaan PSG hanya sebatas di kompetisi domestik, sekalipun mereka belum pernah memenangi Liga Champions.
Hadirnya nama-nama besar tak membawa keberhasilan, justru yang lebih disorot adalah kompleksnya situasi di internal tim.
Neymar dan Mbappe misalnya, keduanya sempat menjadi sorotan besar terutama setelah insiden dalam pertandingan Ligue 1 melawan Montpellier pada Agustus 2022.
Kedua bintang ini terlihat bersitegang di lapangan terkait perebutan penalti, yang mencerminkan ketegangan yang lebih dalam.
Kini, setelah sekian lama berlalu, Neymar dalam sebuah wawancara di podcast yang dipandu oleh legenda Brasil, Romario, akhirnya membongkar dinamika yang terjadi selama ia di PSG.
Neymar menyebut Kylian Mbappe sempat merasa 'cemburu' terhadap kehadiran Lionel Messi.
Penyerang yang kini bermain untuk Al-Hilal di Arab Saudi ini mengungkapkan, hubungannya dengan Mbappe awalnya sangat baik.
"Saya memanggilnya golden boy (anak emas). Kami bermain bersama, saya selalu mendukungnya, bahkan dia sering datang ke rumah saya untuk makan malam," ungkap Neymar, dikutip dari DailyMail.
Namun, segalanya berubah ketika Messi bergabung dengan PSG pada tahun 2021. Penyerang asal Brasil itu mengatakan kehadiran La Pulga memengaruhi hubungan Mbappe dengannya.
"Setelah Messi datang, dia sedikit cemburu. Dia tidak ingin berbagi saya dengan siapa pun. Itu memunculkan beberapa konflik dan perubahan perilaku," tambah Neymar.
Neymar mengakui, banyaknya pemain bintang yang bergabung dengan PSG justru membuat banyak ego di dalam tim.
Hal itulah yang menurutnya menjadikan salah satu faktor kegagalan PSG di pentas Eropa.
PSG terhenti dua kali di babak 16 besar saat Messi, Neymar dan Mbappe bersama. Pada 2022 disingkirkan Real Madrid dan 2023 tumbang dari Bayern Munchen.
"Memiliki ego itu bagus, tapi Anda harus tahu bahwa Anda tidak bermain sendirian. Harus ada pria lain di sisimu. Ego (besar) hampir ada di mana-mana, itu tidak bisa dilakukan,” kata Neymar."
"Jika tidak ada yang berlari dan tidak ada yang membantu, mustahil memenangkan apa pun," kata dia.
Pengakuan Neymar memberikan wawasan menarik tentang bagaimana dinamika ruang ganti PSG memengaruhi performa tim.
Konflik ego, meski wajar di tim bertabur bintang, tampaknya menjadi hambatan besar bagi PSG untuk mencapai kejayaan di Eropa.
Neymar sendiri mencatat rekor luar biasa selama enam tahun di PSG, mencetak 118 gol dan memberikan 77 assist dalam 173 pertandingan.
Namun, hubungan yang kompleks dengan rekan setim dan kegagalan di kompetisi Eropa membuat waktunya di Paris terasa kurang memuaskan.
Kini, Neymar telah memulai babak baru dalam kariernya di Arab Saudi, sementara PSG terus mencari cara untuk meraih mimpi mereka di Liga Champions.
(Tio)