Belakangan ini, berita soal turbulensi penerbangan makin sering terdengar. Tak cuma pesawat, alam pun ikut memainkan peran dalam banyak kasus.
Turbulensi menjadi salah satu risiko penerbangan yang cukup ditakuti oleh penumpang. Saat turbulensi kecil, badan pesawat mungkin hanya bergoyang saja. Namun saat turbulensi ekstrem, penumpang bisa terlempar dari kursi atau paling parah, serangan jantung.
Sebuah situs pelacak Turbli.com mengeluarkan hasil survei turbulensi sepanjang tahun 2024. Turbli menjelaskan bahan penerangan biasanya disebabkan oleh pegunungan badai atau arus jet stream yang kuat.
"Tidak mengherankan jika pegunungan berbatu tampil menonjol dalam daftar baru rute penerbangan yang mengalami turbulensi paling parah pada tahun 2024," tulis Turbli dikutip dari CNN pada Selasa (14/1/2025).
Dalam analisa data dari Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional dan Kantor Meteorologi Inggris, diketahui Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan Pegunungan Himalaya di Asia merupakan daftar teratas dalam rute bergelombang berulang.
Setelah menganalisis 10.000 rute yang menghubungkan 550 bandara terbesar di dunia, ditemukan bahwa rute yang paling rentan terhadap turbulensi adalah perjalanan sejauh 196 kilometer antara Mendoza (MDZ) dan Santiago (SCL).
Perjalanan dimulai di wilayah Mendoza di Argentina, yang terkenal dengan anggur, minyak zaitun, dan kegiatan luar ruangan seperti mendaki gunung, arung jeram, dan menunggang kuda.
Kemudian selanjutnya adalah rute ke arah barat melewati Andes menuju Santiago, ibu kota Cile, yang terletak di sebuah lembah yang dikelilingi oleh puncak-puncak Andes yang bersalju dan Pegunungan Pesisir Cile.
Tahun lalu secara resmi menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan analisis ilmiah yang menyatakan bahwa hal itu berperan dalam peristiwa cuaca ekstrem baru-baru ini, dengan kebakaran hutan di LA menjadi contoh terbaru.
Meningkatnya suhu juga dapat menyebabkan peningkatan turbulensi udara jernih yang parah, yang terjadi dengan cepat dan tidak memberikan petunjuk visual. Meskipun insiden diperkirakan akan meningkat, para ahli mengatakan itu tidak berarti terbang akan menjadi kurang aman.
Sekitar 10.000 rute yang menghubungkan 550 bandara terbesar di dunia telah diperingkat menggunakan arsip prakiraan turbulensi. Tim mengevaluasi turbulensi di sepanjang jalur penerbangan yang tersedia yang terekam selama tahun tersebut.
Turbulensi dinyatakan dalam tingkat disipasi pusaran (eddy dissipation rate/EDR). Tingkat turbulensi adalah ringan (0-20), sedang (20-40), kuat (40-60), parah (60-80), dan ekstrem (80-100).
1. Mendoza (MDZ) - Santiago (SCL)
2. Kordoba (COR) - Santiago (SCL)
3. Mendoza (MDZ) - Salta (SLA)
4. Mendoza (MDZ) - San Carlos de Bariloche (BRC)
5. Kathmandu (KTM) - Lhasa (LXA)
6. Chengdu (CTU) - Lhasa (LXA)
7. Santa Cruz (VVI) - Santiago (SCL)
8. Kathmandu (KTM) - Paro (PBH)
9. Chengdu (CTU) - Xining (XNN)
10. San Carlos de Bariloche (BRC) - Santiago (SCL)