SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Cita-cita besar terkadang berawal dari tempat kecil, seperti capaian Prof Dr Imam Syafii, MKes sebagai  Guru Besar Bidang Kepelatihan Sepak Bola Usia Dini di Universitas Surabaya (Unesa) Surabaya.

Capaian tertinggi di bidang akademik Prof Imam, bermula dari sebuah sekolah kecil tempatnya belajar hampir setengah seabad lalu di pelosok Kecamatan Jaddih Bangkalan, yaitu SDN 1 Jaddih.

Di sana impian dirajut dan di sana pula Prof Imam kembali. Setelah 46 tahun atau lulus pada 1979 silam, Prof Imam kembali ke SDN 1 Jaddih itu untuk mengenang tempat pertama kali ia belajar membaca dan menulis. 

Membawa 750 buah buku tulis, Prof Imam memang tidak lupa dari mana ia berasal. Kehadirannya tak sekedar memberikan bantuan ratusan buku tulis, namun juga melecut semangat para siswa agar tidak pernah berhenti meraih cita-cita meski menempuh pendidikan di kawasan pelosok.

“Sekarang gedung sekolah sudah bagus, anak-anak pakai seragam dan sepatu bagus. Kalau dulu saya pergi ke sekolah tidak pakai sepatu, tidak ada seragam, dan beberapa gedung sekolah masih berdinding bambu,” ungkap Prof Imam di hadapan siswa kelas VI, V, dan VI.

Ia juga memaparkan bahwa ketekunan belajar, semangat untuk terus berkembang, disertai doa dan bakti kepada orangtua menjadi kunci bagi setiap siswa yang ingin meraih yang dicita-citakan.

“Anak-anak, saya lulus dari sekolah ini naik sepeda pancal ke SMPN 2 Bangkalan. Sedangkan ketika pergi sekolah ke SMAN 2 Bangkalan, saya sering berlari dan seragam dititipkan ke teman,” kenangnya.

Pria yang juga dijuluki Bapak Sepak Bola Usia Dini Jatim itu berbagi tips belajar efektif untuk memudahkan menyerap pelajaran yang dipaparkan guru di kelas. Mulai selalu duduk di deretan bangku paling depan hingga selalu mengulang kembali pelajaran di sekolah saat  malam hari di rumah. 

“Hindari membaca buku pelajaran secara borongan, tetapi baca berulang dan pahami setiap lembar atau semisal setiap bab. Bukan karena besok ujian, terus semua dibaca habis di malam sebelum ujian. Itu tidak efektif, tidak maksimal untuk menyerap materi pelajaran,” papar Imam. 

Gelar profesor diraih anak sulung dari sembilan bersaudara itu berdasarkan Sertifikat Uji Kompetensi Jabatan Akademik Dosen bernomor : 04663/E4/DT.04.01/JAD/2024 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi tertanggal 14 November 2024. 

Sebelumnya, ia menyandang gelar sarjana dengan predikat lulusan terbaik pada tahun 1989 dan memulai dunia kerjanya sebagai jurnalis surat kabar Harian Karya Dharma hingga 1994. 

Namun karier Prof Imam sebagai wartawan berakhir setelah bapak dari empat orang anak itu memilih menjadi dosen di IKIP Surabaya. 

Di sela kesibukannya berorganisasi, Prof Imam mampu menyelesaikan program Magister di Universitas Airlangga Surabaya pada 1998-2000 serta program Doktoral pada 2001-2007 di Unesa.

Setelah menyelesaikan Program Doktoral atau S3 di tahun 2007, ia wajib membuat jurnal ilmiah penelitian berkaitan dengan Kepelatihan Sepak Bola Usia Dini yang terpublikasi internasional Terindeks Scopus. 

“Termasuk ketika saya di dunia kampus, saya selalu pergi ke perpustakaan untuk mencatat keperluan-keperluan pembelajaran yang dibutuhkan. Begitu juga ke toko buku, hanya mencari referensi, bukan membeli buku karena tidak punya uang,” kenangnya. 

Antusiasme para murid menyambut kehadiran Prof Imam tergambar dari komunikasi interaktif yang terjalin antara siswa dan Prof Imam. 

Para siswa saling berebut angkat tangan ketika diberi kesempatan tiga siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menyampaikan cita-cita mereka.

Dari tiga siswa yang diberi kesempatan, salah seorang di antaranya menanyakan kiat sukses Prof Imam meraih gelar guru besar.

Siswa tersebut menyampaikan, ia kelak ingin menjadi seorang anggota Kopassus. Sementara dua siswa lainnya ingin menjadi polisi dan polwan.   

Koordinator Wilayah Bidang Pendidikan Kecamatan Socah, Sutiyah mengungkapkan, sebuah kebanggaan bagi keluarga besar pendidikan di wilayah Kecamatan Socah atas kehadiran Prof Imam selaku alumnus SDN 1 Jaddih.   

“Terima kasih, profesor. Meski padatnya jadwal namun telah meluangkan waktunya untuk hadir bertemu dengan anak-anak. Perlu kita banggakan dan perlu kita teladani, karena meski beliau sudah ada di puncak tertinggi karier akademik, tidak melupakan tempat pertama menimba ilmu,” ungkap Sutiyah.  

Kepada para siswa, Sutiyah berpesan jangan pernah patah semangat untuk terus belajar meski sekolah berlokasi di pelosok desa. Tekad kuat meraih sukses disampaikan Sutiyah tergambar dari sosok Prof Imam yang juga berasal dari Desa Jaddih.

“Dari semangat beliau hingga sukses meraih gelar guru besar. Semoga dalam kesempatan berbagi pengalaman ini bisa menjadi lecutan semangat bagi anak-anak sehingga menjadi berkah bagi kami semua,” pungkasnya.

Kepala SDN 1 Jaddih, Muhammad Nur menambahkan, seandainya masih ada beberapa guru yang dulu mengajar Prof Imam, maka dipastikan bangga dan menangis haru. Karena yang diraih Imam adalah sebuah capaian akademik tertinggi bagi seorang dosen.

“Kedatangan sosok yang begitu kami akui keberhasilannya dalam dunia pendidikan. Prof Imam ini bukan orang jauh, perhatikan kalimat saya anak-anak, ini putra daerah asli Jaddih, sama seperti kalian semua. Tetapi ternyata beliau sudah menunjukkan prestasi tertinggi di dunia pendidikan,” singkat Mohammad Nur. *****

Baca Lebih Lanjut
Absensi Digital Via Kartu Pelajar, Siswa SMPN 1 Bangkalan Terdata Masuk Sekolah dan Terpantau Ortu
Deddy Humana
Madura Terpopuler: Pemancing Pamekasan Tenggelam hingga SMPN 1 Bangkalan Kembangkan Absensi Digital
Januar
Terjangan Angin di Suramadu Berlanjut ke Bangkalan, Robohkan Pohon di Akses Wisata Mbah Kholil
Deddy Humana
PENYEBAB Siswa SD Sukabumi Santap Makan Gratis di Jalanan Sambil Duduk di Aspal, Alasannya Miris
Angel aginta sembiring
Viral Bocah SD di Kembangan Jakbar Terlindas Pajero
Detik
Soimah Kenang Kisah Minggat saat Live Program TV , Merasa Dikhianati: Orangnya Tipu-tipu
Muslimah
Teringat Orangtuanya, Siswa SD Bawa Pulang Makanan Bergizi Gratis untuk Ibunya yang Sakit
Ines Noviadzani
Denny Cagur Kenang Momen Lucu Terakhir Kali Bareng Nurul Qomar, Sang Pelawak Bawa Ember ke Panggung
Anita K Wardhani
Pikap Bermuatan Solar di Gohong Pulang Pisau Kalteng Ini Terjun dari Jembatan ke Pembuangan Air
Edi Nugroho
MOMEN Anak Sandra Dewi Keciduk Liburan ke Luar Negeri Saat Harvey Moeis Ngaku tak Punya Uang
Septrina Ayu Simanjorang