SURYA.CO.ID - Meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menjadi keputusan terbesar dalam hidup Raka.
Apalagi, pemuda asal Yogyakarta ini banting setir menjadi penjual keripik.
Raka membagikan kisah hidupnya dalam video di Youtube Kawan Dapur.
Raka bercerita, keputusan mengundurkan diri dari BUMN sempat ditentang keluarga.
"Sebenarnya dari keluarga yang paling sedih ketika saya resign dari BUMN, itu bapak saya."
"Hal yang membanggakan bagi keluarga saya adalah ketika masuk BUMN. Karena waktu saya sekolah, tidak punya prestasi."
"Tiba-tiba keterima BUMN, itu membanggakan," ujarnya.
Apalagi, kariernya di BUMN cukup bagus.
"Saya di BUMN sudah lumayan ok. Naik jadi supervisor, terus setelah itu memutuskan resign. Bapak saya menyayangkan hal itu," tuturnya.
Kendati begitu, Raka tetep memegang teguh keputusannya untuk keluar dari BUMN.
Menurutnya, menjalankan bisnis adalah panggilan hatinya.
Ketertarikan Raka pada dunia bisnis karena ada tantangan tersendiri.
"Dunia bisnis ini unik. Ibaratnya kita menantang yang tidak pasti," ujarnya.
Raka kemudian menceritakan perjuangan merintis bisnis keripik kentang.
Memulai usaha dengan modal Rp 300 ribu, Raka bisa membeli kentang senilai Rp 100 ribu, bumbu Rp 50 ribu, kemasan Rp 50 ribu, dan sisanya untuk alat seperti sealer.
Dengan modal itu, ia mulai mengolah kentang menjadi keripik dengan memodifikasi resep buatan ibunya.
Jika dulu keripik kentang ibunya hanya polos, Raka menambahkan variasi rasa, seperti spicy, salted egg, dan jamur.
Di awal usahanya, Raka hanya mampu mengolah 10 kilogram kentang per minggu.
Hasilnya pun belum mencukupi kebutuhan rumah tangga, sehingga ia harus mengandalkan tabungan.
Namun, ia tidak menyerah.
Ia percaya bahwa usaha yang dilakukan dengan ikhlas dan konsisten tidak akan sia-sia.
Raka juga menekankan pentingnya belajar dan terus berinovasi.
Menurutnya, bisnis makanan harus mampu mengikuti selera pasar yang terus berubah.
Selain itu, ia memanfaatkan strategi “marketing langit” seperti sedekah dan doa untuk mendukung perjalanan usahanya.
Kini, usaha Raka yang diberi nama “Kentung” telah berkembang pesat.
Dari hanya mengolah 10 kilogram kentang per minggu, kini ia mampu memproduksi hingga 1,2 ton per bulan.
Omzetnya pun mencapai jutaan per bulan.
Produknya sudah dikenal luas dan didistribusikan ke berbagai daerah di Indonesia.
Selain fokus pada produksi, Raka juga memiliki mimpi besar untuk menjadikan Kentung sebagai perusahaan snack lokal dengan brand yang kuat.
Ia berharap bisa bersaing dengan perusahaan besar di masa depan.
Klik di sini untuk untuk bergabung