Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Dua orang dari tujuh anggota komplotan maling yang terekam CCTV mencuri dua motor sekaligus di kos kawasan Wonoayu, Sidoarjo hingga videonya viral di media sosial, berhasil ditangkap Anggota Tim Jatanras Polda Jatim.
Mereka merupakan warga Surabaya berinisial FPL (24) dan AK (33). Mereka mampu membuat kunci duplikat yang dapat menjebol segala jenis gembok pengunci pagar rumah atau kos sasarannya.
Setelah memperoleh motor curian, mereka memiliki tempat khusus untuk menyimpan motor curian tersebut laiknya safe house.
Tempat tersebut berupa kos yang disewa bulanan. Lokasinya di kawasan Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya.
Setelah memastikan situasi aman, maka seorang penadah kenalan mereka bakal datang ke kos lalu mengambil motor tersebut.
Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur mengatakan, komplotan tersebut berjumlah tujuh orang dan beraksi di sebuah kos wilayah Wage, Taman, Sidoarjo.
Di lokasi tersebut, mereka mencuri tiga motor, di antaranya motor Honda Vario, motor Honda Beat dan motor Suzuki Satria FU milik penghuni kos.
Kemudian, pada Minggu (15/12/2024) dini hari, komplotan tersebut juga mencuri dua motor sekaligus milik penghuni kos di kawasan Wonoayu, Sidoarjo.
Di lokasi tersebut, mereka mencuri dua motor Honda Beat.
Bahkan salah satunya belum sempat keluar pelat nomor kendaraannya, karena baru dibeli.
"Keduanya dikenakan Pasal 363. Ancaman paling lama 7 tahun. Uang dipakai untuk keperluan ekonomi dan ada juga untuk foya-foya," ujar AKBP Arbaridi Jumhur di Ruang Konferensi Pers Gedung Bidang Humas Mapolda Jatim, Kamis (26/12/2024).
AKBP Arbaridi Jumhur mengungkapkan, para tersangka memiliki alat pembuatan kunci di dalam kos untuk membuat kunci duplikat general yang dapat dipakai membobol lubang kunci gembok pagar.
Selain itu, tersangka juga merakit sendiri kunci T yang dipakai untuk membobol lubang kunci kontak motor.
"Mereka bisa buat kunci general buat bongkar gembok, mereka punya alatnya," pungkasnya.
Kemudian, Kanit IV Subdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, Kompol Jamal mengatakan, para pelaku membobol lubang kunci gembok pagar menggunakan kunci palsu yang dirakit dengan alat khusus.
Alat tersebut ditemukan saat pihaknya melakukan penggeledahan di kos mereka.
Ditemukan alat gerinda, palu, obeng, enam pelat nopol, dan STNK motor yang pernah dicuri para pelaku.
"Alatnya, menurut tersangka, mereka membongkar dengan kunci palsu. Bahkan kami menyita alat yang dipakai mereka membuat kunci T," kata Jamal.
Setelah membawa motor curian, para pelaku tak langsung menjual motor tersebut, melainkan disimpan dan disembunyikan terlebih dahulu di sebuah tempat persembunyian di kawasan Kenjeran Surabaya.
Ternyata, komplotan tersebut telah bekerja sama dengan penadah untuk mengambil motor tersebut di kos atau tempat persembunyian itu.
Metode semacam itu, disebut Jamal sebagai metode 'ranjau' sama seperti yang dilakukan oleh para pelaku bandar narkotika saat mengirimkan barang haram ke pelanggan.
Satu motor akan dihargai oleh penadahnya sekitar Rp 2,5 juta. Kemudian, para pelaku memperoleh pembagian uang hasil menjual motor curian sesuai kinerjanya, yakni khusus untuk eksekutor diberikan upah sekitar Rp 1,5 juta.
"Jualnya ke Surabaya. Motor itu ditaruh di kos, lalu diambil sama penadahnya. Iya (mirip metode ranjau dalam penjualan narkotika). Satu motor sekitar Rp 2,5 juta. Dia dapat pembagian Rp 1,5 juta," ujar Jamal.
Hingga kini, Jamal menyebutkan ada empat pelaku anggota komplotan tersebut yang identitasnya telah dimasukkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), termasuk sosok penadah, untuk diburu oleh anggota kepolisian seluruh wilayah Jatim.
"Dari beberapa TKP itu. Kami sudah dapat di tempat kos. Bisa kita lihat di kos itu, ditemukan STNK dan pelat nopol. Jadi motor disimpan dalam kos. Setelah beberapa hari disimpan dan dirasa aman. Motornya langsung dilempar. Masih kami kembangkan untuk mencari penadahnya," pungkasnya.
Sementara itu, tersangka AK mengaku memiliki kemampuan merakit kunci cadangan untuk memudahkannya membobol kos yang menjadi sasaran pencurian, diperoleh dari teman-temannya.
"Saya merakit sendiri kunci T. Kalau buat bobol gembok, saya merakit pakai alat gerinda. Saya samakan kunci yang biasanya. Saya coba-coba. Kunci kotak biasa, saya samakan. Ya belajar dari omongan ke omongan," ujar AK saat diinterogasi AKBP Jumhur di hadapan awak media.