TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Local Futbal bersama Akademi Utamasia sukses menggelar Liga Edukasi U-14 di Kota Medan.
Kompetisi yang diikuti 10 sekolah sepakbola (SSB) ini akhirnya resmi di tutup di Aula Quba Asrama Haji, Kota Medan, Minggu (22/12/2024).
Dengan menggunakan sistem kompetisi penuh, gelar juara Liga Edukasi U-14 pun diraih oleh tim SSB Andespa, kemudian juara kedua diraih oleh Sejati Pratama, dan peringkat ketiga ditempati PSP Purwo.
Selain itu, kategori pemain terbaik pun diraih oleh Rafa Al Vikri (SSB Sejati Pratama) , kiper terbaik Al Zidan Dwi Fahrezi (PSP Purwo) dan pencetak gol terbanyak di raih oleh M. Irsyad (PSP Purwo) dengan 17 gol.
CEO Liga Edukasi, Gusti Lubis merasa bersyukur Liga Edukasi U-14 bisa berjalan dengan lancar dan sukses hingga penghujung kompetisi.
"Sejauh ini liganya sangat bagus, artinya dari kita melihat tolak ukurnya kompetisinya sehat dan minim komplain dari orang tua atau manajemen SSB. Mungkin kekurangan kita, belum ketemu pemain yang dalam bayangan kita atau yang sangat menonjol," ungkap Gusti Lubis setelah closing ceremony di Aula Quba Asrama Haji, Kota Medan.
Lebih lanjut, Gusti juga menjelaskan bahwa sebenarnya pertandingan terakhir Liga Edukasi U-14 sudah berakhir sejak 2 Desember lalu.
Hanya saja, ia mengaku bahwa kurang lengkap jika Liga Edukasi U-14 tersebut tidak di tutup secara resmi dengan mengundang pemain dan para orangtua, sebagai bentuk apresiasi dari Local Futbal dan Akademi Utamasia selaku operator.
"Ini sebagai apresiasi kepada pemain yang kita anggap mempunyai kemampuan lebih. Kita juga pengen memberikan apresiasi kepada orang tua, seperti tadi piala atau penyerahan piala pemain terbaik, kiper terbaik dan top skor diserahkan orang tuanya. Karena kita juga pengen orang tua punya kesadaran terkait proses perkembangan anaknya sebagai pesepakbola," ujarnya.
Gusti juga menyampaikan bahwa kedepannya pihaknya akan terus berkomitmen melanjutkan pembinaan sepakbola usia muda di Kota Medan.
"Ke depannya kita akan mengganti nama supaya lebih nge brand, dengan nama Liga Utamasia. Nanti akan ada kelanjutan usia 13 dan 15 yang akan dikelola oleh Local Futbal.
Jadi ke depan akan ada kelompok umur usia 13 dan 15. Jadi komitmen kita tiap tahun, berarti misalnya nanti 2 tahun lagi akan ada usia 14 dan 16. Artinya pemain yang sekarang dapat terus kompetisinya," katanya.
Soal pemilihan bentuk hadiah atau Piala yang nyaris serupa dengan kompetisi di Eropa, kata Gusti hal itu tak lain sebagai bentuk apresiasi terhadap pemain.
Sehingga para pemain bisa semakin termotivasi untuk mengembangkan diri masing-masing.
"Kalau trofi, kita ingin mengapresiasi pemain. Artinya selama ini kita melihat trofi yang tersedia, bukan menjelekkan kompetisi yang lain, itu kan pilihan. Tapi ini tujuan utamanya mengapresiasi pemain, supaya ada yang mereka cita-citakan dan impikan dari sebuah kompetisi. Artinya piala itu hanya simbol, tapi begitu piala itu berkesan pasti akan dikenang selamanya," ucapnya.
Selain menggelar closing ceremony, pada penutupan Liga Edukasi U-14 ini, Local Futbal juga menggelar pertandingan ekshibisi bertajuk Perang Bintang.
Dalam pertandingan ini, akan menampilkan pemain-pemain pilihan berdasarkan statistik dari seluruh tim di Liga Edukasi. Sebanyak 36 pemain pilihan akan dibagi menjadi dua tim untuk bertanding.
"Kita bingung dengan konsep closing ceremony seperti apa. Jadi ini bentuk apresiasi kepada pemain dan kita juga mengundang orangtua untuk memberikan apresiasi ke orang tuanya. Jadi orang tuanya bisa melihat anaknya diapresiasi oleh kita sebagai operator. Orang tua juga bisa melihat perkembangan anak-anaknya dengan bergabung dengan anak-anak lain. Dengan harapan, ke depannya juga muncul pemain untuk Timnas Indonesia dari Liga Edukasi," tutur Gusti.
Gusti berharap, melalui Liga Edukasi ini bisa memantik semangat insan sepakbola, terutama Asprov PSSI Sumut untuk menggelar kompetisi sepakbola yang baik.
Apalagi menurutnya, kompetisi sepakbola selayaknya digelar secara zonasi. Hal ini memiliki dampak yang baik, mengingat akses transportasi dan jarak tempuh akan sangat berpengaruh terhadap sebuah kompetisi usia muda.
"Kalau bisa zonasi, sayangnya di Liga Edukasi ini tidak ada zonasi. Karena minum kompetisi di Sumatera Utara ini, jadi sembari kita menunggu kompetisi resmi dari Asprov atau PSSI kita mengadakan Liga Edukasi. Jadi bagi saya liganya berharap zonasilah, karena akses transportasi itu sangat mempengaruhi," pungkasnya.
(Cr29/tribun-medan.com)