Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tembus 200.000 entri kata per Minggu (15/12/2024). Berdasarkan catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), ada total 208.283 entri saat ini di KBBI.
Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz menjelaskan kamus merekam fenomena sosial lewat kata-kata yang masuk sebagai entri. Makin banyak kosakata, maka makin mudah pengguna bahasa Indonesia mengungkapkan gejala di tengah masyarakat, baik gejala sosial maupun gejala berpikir.
Untuk itu, sambungnya, penambahan entri bagi Badan Bahasa juga bertujuan agar khazanah berpikir masyarakat bisa diungkapkan lewat kata-kata bahasa Indonesia.
"Ketika sebuah bahasa belum mampu menggunakan ungkapan dalam bahasanya, maka dia mau tidak mau harus mencari padanannya dalam bahasa lain. Lama kelamaan, kata-kata baru ini akan diadopsi menjadi bahasa tersebut. Banyak cara mengadopsinya, lewat penyesuaian ejaan, penejemahan, atau mungkin bisa langsung saja diambil sesuai aslinya dan itu kemudian dijadikan bahasa tersebut," ucapnya di Kantor Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (16/12/2024).
"Jadi jika ditanya apakah ada urgensinya? Sangat. Kita ingin mengekspresikan seluruh fenomena yang hadir di tengah-tengah kita itu dalam bahasa kita. Misal tidak ada, kita harus mencari," kata Aminudin.
Per 2023 atau KBBI versi ke-6, ada sebanyak 120.000 entri pada kamus ini. Artinya, sebanyak lebih dari 80.000 entri baru tercatat pada KBBI di pengujung 2024.
Penambahan entri KBBI menurut Aminudin diperoleh dari bahasa daerah dan bahasa asing. Ia mencontohkan, kata makanan asal bahasa Jepang, sushi, yang tidak ada padanannya ditarik ke KBBI.
Konsep yang sama diterapkan pada kata dari bahasa Sunda ngabuburit dan liwet yang tidak ada pada konteks budaya lain masuk menjadi entri KBBI tanpa penyesuaian.
"Jadi kalau orang bicara tentang liwet, tidak ada lagi orang mengatakan itu kata bahasa Sunda, tapi sekarang sudah menjadi kosakata bahasa Indonesia. Nah ini masalah proses pengayaan pada bahasa apapun pasti seperti itu," ucapnya.
Capaian penambahan entri KBBI ini menurut Aminudin diperoleh berkat kerja sama dengan Oxford University Press dan Lexical Computing (Lexicom). Keduanya bergelut di bidang penambahan entri kamus Oxford English Dictionary.
Aminudin menjelaskan, kerja sama ini memungkinkan percepatan penambahan entri kosakata KBBI menjadi sekitar 80.000 kata. Berdasarkan keterbatasan anggaran dan tenaga yang terlibat sebelumnya, entri KBBI naik 2.500 kata per tahun.
"Entri KBBI kita bukan hanya 200.000, tapi menjadi 208.283. Apabila ini dikerjakan secara normal, KBBI kita ini pengayaannya baru akan selesai mencapai angka 208.000 itu dalam tempo 35 tahun. Yang 35 tahun ini kita tarik pengerjaannya menjadi hanya dalam 1 tahun," ucapnya.
Ketua Tim Pengembangan Perkamusan, Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Bahasa Dewi Puspita menjelaskan Lexical Computing memproses pemilihan kosakata entri dengan kecerdasan buatan atau KB (artificial intelligence/AI) lewat web crawling. Data dikumpulkan dari korpus raksasa bahasa Indonesia.
"Korpus bahasa Indonesia yang dimiliki Lexicom saat ini jumlahnya hampir 8 miliar kata. Dari korpus yang sangat besar itu, disarikan, diambil konteksnya dengan kata yang dicari, lalu mereka ambil definisinya. Jadi kata yang kami terima dari lexicom adalah daftar entri, daftar kosakata beserta definisinya," terang Dewi.
Definisi kosakata tersebut kemudian diperiksa ketepatan dan kesesuaiannya oleh Badan Bahasa. Sebab, Lexicom tidak memiliki tim penutur atau pengguna bahasa Indonesia sehingga hasil yang diperoleh murni dari mesin.
"Proses penyuntingannya agak lama karena tetap harus diperiksa satu per satu, dikonfirmasi. Kami di dalam tim juga ada anggota balai atau kantor bahasa dari 30 provinsi, yang sebagian besar adalah penutur dari bahasa daerah tersebut, jadi insyaAllah konfirmasinya sesuai," ucapnya.