Kronologi Meninggalnya Ping Chayada Penyanyi Thailand Setelah Pijat Kretek Leher
TRIBUNJATENG.COM - Dunia hiburan Thailand berduka atas meninggalnya penyanyi muda Chayada Prao-hom, atau lebih dikenal sebagai Ping Chayada.
Penyanyi berusia 20 tahun ini menghembuskan napas terakhir pada 8 Desember 2024, setelah menjalani perawatan intensif akibat komplikasi kesehatan yang diduga berkaitan dengan pijat yang pernah ia lakukan.
Sakit yang dialami Ping Chayada bermula ketika ia mendatangi sebuah tempat pijat di Udon Thani pada 5 Oktober 2024 untuk meredakan nyeri di leher dan bahu.
Ia menjalani tiga sesi pijat, termasuk teknik neck twist atau kretek leher.
Dua hari setelahnya, Ping Chayada mulai merasakan nyeri di bagian belakang leher dan mencoba mengatasinya dengan obat pereda nyeri.
Pada 6 Oktober, ia sempat menuliskan pengalaman pijatnya di akun Facebook, termasuk menyebut teknik neck twist atau kretek leher yang dilakukan.
Seminggu kemudian, Chayada mulai merasakan mati rasa di lengannya dan kembali ke tempat pijat tersebut.
Di sana, ia mendapatkan pijatan dari terapis yang sama.
Dua minggu kemudian, kondisinya semakin parah dengan gejala kekakuan tubuh hingga kesulitan berbaring tengkurap.
Ia kembali ke tempat pijat dan mendapatkan layanan dari terapis lain.
Setelah itu, gejalanya meluas, termasuk kesemutan, rasa panas, dan gatal di jari-jari, serta mati rasa di kaki kanan.
Akibat nyeri leher yang tak kunjung reda, Chayada memutuskan untuk memeriksakan diri ke Rumah Sakit Piboonrak pada 30 Oktobera.
Dari sana, ia dirujuk ke Rumah Sakit Nonghan pada 1 November dan mendapatkan obat-obatan untuk meredakan gejalanya.
Namun, kondisinya terus memburuk.
Pada 4 November, ia kembali dirawat di Rumah Sakit Piboonrak dan menjalani perawatan lanjutan di Rumah Sakit Udonthani dari 6 hingga 11 November.
Selama perawatan, dokter menemukan bahwa Chayada tidak mengalami patah tulang leher, tetapi didiagnosis menderita mielitis transversal, yaitu peradangan pada sumsum tulang belakang yang menyebabkan nyeri hebat dan lumpuh sementara.
Setelah mendapatkan perawatan, kondisinya sempat membaik, dan ia diizinkan pulang.
Namun, pada 18 November, Chayada kembali mengalami kekakuan tubuh dan kejang.
Ia dilarikan ke Rumah Sakit Piboonrak dan dipindahkan ke unit perawatan intensif di Rumah Sakit Udonthani pada 22 November.
Kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya ia meninggal dunia pada 8 Desember 2024 akibat septicemia atau infeksi darah.
Kepala Dinas Kesehatan Udon Thani, Dr. Somchaichote, menjelaskan bahwa infeksi darah tersebut bisa terjadi karena Chayada terbaring di tempat tidur dalam waktu lama.
Namun, penyebab pasti kematiannya masih perlu penyelidikan lebih lanjut.
Terkait tempat pijat yang terlibat, Dr. Somchaichote menyatakan bahwa tempat tersebut memiliki izin resmi, begitu pula tujuh terapis yang bekerja di sana.
"Polisi dan keluarga siap melakukan tindakan lebih lanjut untuk memastikan apakah kematiannya berkaitan dengan pijatan tersebut. Kami siap bekerja sama dalam proses otopsi jika keluarga menginginkannya,” ungkap Dr. Somchaichote dilansir dari Bangkok Post. (*)