TRIBUN-MEDAN.COM - Seorang sopir (driver) ibunda dari mahasiswa kedokteran menghajar dokter koas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya bernama Luthfi.
Dalam video yang beredar hingga viral di media sosial, pria (driver) berbaju merah tersebut tak segan-segan memukul sang dokter koas secara membabi buta.
Video penganiayaan dokter koas itu telah dibagikan berulang kali di media sosial, salah satunya akun Instagram @lambe_turah, Kamis (12/12/24).
Dikutip dari TribunBengkkulu.com, tindakan membabi buta yang dilakukan sang driver tersebut merupakan bentuk pembelaan dari bosnya.
Aksi penganiayaan itu bermula ketika dokter koas Luthfi diminta untuk bertemu dengan orang tua Lady, salah satu dokter koas muda yang merasa tidak puas dengan jadwal piket alias jaga.
Pertemuan itu terjadi di lantai 2 salah satu tempat makan. Ketika ibunya Lady sedang berbicara, korban dan dua orang koas tersebut dianggap telah menyepelekannnya.
Singkat cerita, sang driver ibunya Lady emosi tinggi karena sifat ketiga dokter muda itu.
Sampai akhirnya terjadi tindak penganiayaan seperti yang ada di video viral.
Jadwal Piker Libur Natal dan Tahun Baru
Dalam video berdurasi 12 detik tersebut, tampak korban menerima pukulan beberapa kali dari pria berbaju merah, sang driver ibunda dokter koas junior.
Disinyalir permasalahan tersebut diduga karena orangtua dari junior dokter koas merasa tak terima anaknya mendapat jadwal piket bertepatan dengan libur panjang nataru (natal dan tahun baru).
Akibat penganiayaan ini, Lutfhi mengalami luka memar di bagian wajah dan satu matanya juga memerah.
Kini dokter koas tersebut sedang mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara Muhamad Hasan Palembang lantaran luka cukup parah pada bagian gigi, mata hingga muka.
Korban sendiri sudah membuat visum dan telah melaporkan peristiwa ini ke SPKT Polda Sumsel.
Menanggapi kejadian penganiayaan dokter koas ini, warganet pun turut berkomentar. Tak sedikit yang menyayangkan tindakan penganiayaan dokter koas tersebut.
"Kalau gak kuat mental jangan jadi dokter dek. Gempa, halilintar, natal, tahun baru, lebaran, tsunami, namanya dokter tetep jaga dan melayani pasien. Kasus ini Perkara gak mau jaga di hari besar, ribet pengen libur. Lalu keluarga ikut campur dengan kekerasan. Jadi dukun saja km," tulis akun @deswancapri.
"Nakes itu sensitif dengan kata "libur panjang", " Cuti bersama", "pulang kampung pas lebaran", " Tahun Baruan". Kenapa? Karena tidak semua nakes mendapatkan previllege itu. Semoga Tuhan selalu memberkahi hidup para nakes. Aminnnn," balas akun @yenny.
"Aku anakku saat koas malah lebaran tugas dan abis lebaran dak biso jugo liburan tetep bae jago tp itulah proses jalani bae jgn sok hebatt krn masih byk wong hebat tp dak cak emak budak ini dasar kubuu niann," timpal akun @icha.
"Kalau ga kuat mental mending jgn jadi dokter, ini baru pendidikan looh, lagi nyari ilmunya buat jadi dokter. Gimana nanti kalau sudah jadi dokter beneran, gimanapun kondisinya mau hari apapun yaa ya namanya dokter harus siap jaga dan melayani pasien kalau sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabmu. Waakacawww!," akun @rimaadona menambahkan.
Bahkan ada juga warganet yang menyinggung sebagai seorang dokter, harusnya sudah tahu dengan resiko yang diterima. Termasuk tidak adanya soal jadwal libur di natal dan tahun baru.
"ya begitulah risiko nakes, mau jadwal lagi natalan, liburan kalo wktnya jaga ya jaga, ini ngapain maknya jadi ikut campur, herman bangettt,' tulis akun @nurullkhos.
Orangtua Sang Junior, Oknum Pejabat di Kalimantan Barat
Dari informasi yang beredar, ayah dari dokter koas junior ini merupakan oknum pejabat di Kalimantan Barat (Kalbar).
Sementara, korban Lutfi merupakan Chief Koas Mahasiswa Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) di RS Siti Fatimah Palembang.
Dekan Fakultas Kedokteran Unsri dr Syarif Husin membenarkan peristiwa tersebut dan sudah melakukan rapat koordinasi dengan pihak kampus.
"Kami prihatin dengan insiden yang menimpa salah satu peserta didik kami yang sedang melakukan pembelajaran profesi di RS Siti Fatimah. Setelah mendapatkan laporan tersebut kami langsung melakukan rapat koordinasi dengan pihak kampus," katanya Kamis (12/12/2024).
Akibat insiden tersebut korban mengalami luka memar di bagian wajah dan satu matanya juga memerah yang diduga akibat penganiayaan yang dialaminya.
Saat ini korban dirawat di RS Bhayangkara Palembang.
Sementara, Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Sunarto mengatakan korban sudah membuat laporan ke Polda Sumsel terkait peristiwa tersebut.
Namun, ia belum dapat menjelaskan secara rinci kronologi maupun motif dalam peristiwa tersebut.
"Iya ada semalam (laporan masuk ke Polda Sumsel)," katanya, Kamis (12/12/2024).
(*/tribun-medan.com)