TRIBUNWOW.COM - Seorang siswa kelas 3 SD berinisial AR (9) di Subang, Jawa Barat, menjadi korban perundungan yang dilakukan oleh kakak kelasnya.
Akibat kejadian ini, AR kini kritis dan dirawat intensif di RSUD Ciereng, Subang.
AR awalnya tidak mengungkapkan peristiwa yang dialaminya karena takut.
Kondisinya mulai memburuk dua hari setelah kejadian, dengan keluhan sakit kepala dan perut disertai muntah-muntah.
AR mengaku kepada keluarganya bahwa ia dijedotkan ke tembok dan ditendang oleh kakak kelasnya saat jam istirahat sekolah.
Perundungan tersebut diduga terjadi di luar lingkungan sekolah saat waktu istirahat.
Kondisi Korban, dari Muntah-Muntah Kini Koma
"Dua hari itu dia muntah terus, kalau makan muntah, makan muntah, perutnya sakit, sama uwa-nya enggak cerita karena takut, kata saya kenapa kamu kayak gitu, sakit perutnya, dibenerin (diurut) abis diurut enggak muntah lagi," ujar SA, saudara korban saat dihubungi, Minggu (24/11/2024).
SA menyebut, AR sempat masuk sekolah, namun kondisinya terus memburuk.
AR bahkan kesulitan membuka kelopak mata dan berjalan dengan cara merangkak.
Hanya saja, kata SA, AR tidak pernah menceritakan apa yang ia alami.
"Waktu dia mau drop mau berangkat ke rumah sakit, saya tanya kamu kenapa kepalanya sakit, melek enggak bisa, jalan susah, katanya dijedotin ke tembok, ditajong (tendang) pengakuan AR sama tiga orang itu," ujar SA, melansir dari Kompas.com.
SA menyebut, saat ini AR masih terbaring di rumah sakit dengan kondisi koma.
Keluarga sudah memberi tahu apa yang dialami AR kepada wali kelas beberapa hari setelah kejadian.
"Saat itu saya mau ke sekolah, tahunya udah bubar, kantor enggak ada udah pada ke mana gurunya, jadi saya balik lagi enggak jadi (laporan saat itu)," kata SA.
Kepsek Baru Tahu setelah Korban Kritis
KA, Kepala SD tempat AR bersekolah, membenarkan perundungan yang dialami AR.
KA menyebut kejadian perundungan berlangsung sekitar satu minggu yang lalu dan baru diketahui oleh pihak sekolah.
"Iya betul tahunya sudah kritis, di rumah sakit itu baru tahu setelah seminggu kemudian, itu pun ada pihak keluarga tidak laporan tapi sambil ngomong ke guru kelas, itu pun saya tindaklanjuti, saya ke tempat korban saya tanyakan ke orangtua, karena dicek buku kejadian tidak ada laporan," ucap KA.
Hasil pemeriksaan pihak sekolah, kata KA, korban mengalami perundungan saat jam istirahat. Perundungan berlangsung di luar lingkungan sekolah.
"Kejadian di luar arena sekolah bukan di dalam, pada waktu istirahat, guru istirahat anak jajan di luar area sekolah," kata KA.
Keterangan Polisi
Kasat Reskrim Polres Subang AKP Gilang Indra Friyana mengatakan, pihaknya sudah menerima informasi terkait dugaan perundungan yang dialami AR. Kasus ini akan diselidiki dan didalami oleh Unit PPA Sat Reskrim Polres Subang.
"Kasusnya akan kita tarik ke Polres karena berkaitan dengan anak untuk penyelidikan lebih lanjut," kata Gilang saat dihubungi.
Melansir dari TribunJabar, Pj Bupati Subang, Imran pun mendengar kasus ini.
Ia merasa prihatin atas peristiwa yang menimpa AR.
Imran pun menjenguk AR di RSUD Subang, Jumat (22/11/2024) malam didampingi Direktur RSUD Subang, Ahmad Nasuhi dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Subang, Nunung Suryani.
"Kejadian ini sangat mengiris hati saya sebagai orang tua. Sangat sedih sekali melihat seusia anak yang duduk di bangku sekolah dasar mengalami kasus penganiayaan kekerasan dengan kakak kelasnya di sekolah yang sama,” ujar Imran.
Imran pun telah memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Subang untuk segera mengambil langkah tegas.
"Kumpulkan kepala sekolah dan guru sekolah itu untuk segera selesaikan permasalahan tersebut."
"Saya akan bantu selesaikan juga kasus ini," katanya.
Imran juga meminta kepala sekolah untuk dinonaktifkan selama proses penanganan kasus ini.
"Kalau perlu, siswa dan apabila guru sekolah tersebut terlibat dalam kasus ini, saya tidak segan-segan untuk saya keluarkan dari sekolahnya dan memberhentikan guru tersebut dalam penugasannya,"
"Kasus ini akan saya proses hukum dibantu oleh pihak Polres Subang," ucap Imran.
Ia pun berharap kasus ini tak terjadi lagi di kemudian hari.
"Saya harapkan ini kasus yang terakhir terjadi," ucapnya. (*)