Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemeriksaan jantung sidik perfusi miokard, atau yang dikenal dengan Myocardial Perfusion Imaging (MPI), adalah prosedur medis yang digunakan untuk menilai ketercukupan aliran darah ke otot jantung. Pemeriksaan ini terdapat di bagian kedokteran nuklir. 

dr. Wulan Apriliani, Sp.KN-TM, FANMB, Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir Teranostik Molekuler Santosa Hospital Bandung Kopo mengatakan pemeriksaan ini berupa pengambilan foto jantung(scanning) dengan menggunakan kamera gamma, setelah pasien disuntik zat radiofarmaka terlebih dahulu.

Pemeriksaan Sidik Perfusi Miokard atau SPM diantaranya; pasien dengan keluhan nyeri dada khas Penyakit Jantung Koroner (PJK) ataupun tidak khas, orang-orang dengan faktor resiko PJK, yaitu perokok/riwayat merokok, penderita tekanan darah tinggi, diabetes mellitus (kencing manis), kolesterol tinggi, kegemukan (obesitas), pasien pasca-perawatan sakit jantung/serangan jantung

Kemudian, pasien dengan rencana pemasangan cincin jantung koroner atau rencana Coronary Artery Bypass Graft (CABG) yang terjadwal, dan orang-orang dengan pekerjaan beresiko tinggi contohnya pengendara transportasi massal seperti pesawat terbang, kereta api, bus.

dr. Wulan menjelaskan tujuan pemeriksaan SPM untuk mengevaluasi ketercukupan aliran darah pada jantung khususnya bagian ventrikel kiri. 

“Pasien memerlukan pemeriksaan SPM untuk mengevaluasi  kondisi jantungnya, terutama bagian ventrikel kiri yang berfungsi memompa aliran darah keseluruh tubuh.” 

“Otot-otot ventrikel kiri dievaluasi, apakah masih teraliri darah dalam batas normal, atau ada bagian (segmen) yang kurang teraliri darah dengan baik, atau bahkan tidak teraliri darah sama sekali,” jelasnya, kepada Tribunjabar.id, Selasa (19/11/2024). 

Gangguan aliran darah tersebut, lanjut dr. Wulan, adanya sumbatan pada pembuluh darah jantung yang kita kenal sebagai penyakit jantung koroner atau Coronary Artery Disease (CAD).

“Gangguan ini pada akhirnya akan mengganggu fungsi jantung secara keseluruhan,” imbuhnya.

SPM dapat membantu pasien dengan penyakit  jantung untuk merencanakan terapi. Pasalnya, pemeriksaan ini berfungsi sebagai gate keeper tindakan dokter (terutama spesialis jantung) untuk memilah pasien mana yang memerlukan medikamentosa saja (obat-obatan), pasien mana yang memerlukan pemasangan cincin jantung koroner dan pasien mana yang memerlukan tindakan by pass (Coronary Artery Bypass Graft/CABG).

dr. Wulan menuturkan bahwa pemeriksaan SPM tidak ada resiko atau efek samping yang berat dari pemeriksaan ini. 

“Hanya rasa nyeri karena prosedur suntik seperti pada penyuntikan untuk pemeriksaan kesehatan yang lain. Radiasi yang diterima pasien adalah radiasi dengan dosis rendah yang tentu saja dalam batas aman,” katanya. 

Adapun pemeriksaan SPM dilakukan dengan cara mengambil foto (scanning) jantung dua tahap, yaitu pada tahap aktivitas dan tahap istirahat. Foto jantung tahap aktivitas diambil setelah pasien melakukan aktivitas baik itu aktivitas fisik (physical exercise) berupa treadmill test atau aktivitas farmakologis (pharmacological exercise) berupa penyuntikan obat-obatan tertentu. 

“Pasien kemudian disuntikkan zat radiofarmaka, lalu difoto jantungnya (scanning pertama) dengan cara berbaring selama sekitar 15 menit,” ucapnya. 

dr. Wulan menuturkan, foto jantung tahap istirahat diambil setelah pasien beristirahat selama 3 jam dari foto pertama, disuntik zat radiofarmaka, kemudian difoto kembali jantungnya(scanning kedua) selama sekitar 15 menit.

Kendati demikian, dr. Wulan menegaskan pemeriksaan SPM tidak bersifat menggantikan angiografi koroner, melainkan saling melengkapi.

Angiografi koroner adalah prosedur pemeriksaan invasif untuk dapat melihat penyempitan atau penyumbatan atau struktur pembuluh darah koroner pada individu yang diduga mempunyai penyakit jantung koroner.

“Pada pemeriksaan angiografi koroner, dokter spesialis jantung  akan mengevaluasi kondisi pembuluh darah koroner dan sumbatan pembuluh darah koroner. Sedangkan pada pemeriksaan SPM, dokter spesialis kedokteran nuklir akan mengevaluasi kondisi otot-otot ventrikel kiri yang mengalami akibat penyumbatan pembuluh darah koroner.” 

“Jika diibaratkan aliran irigasi dan sawahnya,  maka angiografi koroner memeriksa aliran irigasinya, sedangkan SPM memeriksa sawahnya,” kata dr. Wulan. 

Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa berkonsultasi di Santosa Hospital Bandung Kopo di layanan Poli Kedokteran Nuklir pada Senin - Jumat Pukul 10.00-14.00 WIB dan Sabtu pukul 10.00-12.00 WIB. 

Baca Lebih Lanjut
Studi baru tunjukkan kaitan konstipasi dengan risiko penyakit jantung
Antaranews
Waduh! Dokter Sebut Paparan Polusi Udara Tingkatkan Risiko Serangan Jantung
Detik
Mempermudah Pemantauan Kesehatan Jantung, OMRON Healthcare Indonesia Luncurkan OMRON Complete
Ratnaningtyas Winahyu
RSJPD Harapan Kita Lakukan Operasi Robotik Jantung Pertama di RI
Detik
Sering Dilakukan Banyak Orang, Ternyata 5 Kebiasaan Ini Dapat Merusak Jantung
Ratnaningtyas Winahyu
6 Camilan Sehat yang Baik untuk Kesehatan Jantung, Lezat dan Mudah Didapat
Detik
Waspada, 5 Gejala Penyakit Serius Ini Mirip Masuk Angin, Simak
Dok Grid
Obat penurun berat badan bisa bantu kurangi risiko serangan jantung
Antaranews
5 Manfaat Konsumsi Air Rebusan Jahe dan Kunyit, Sehat buat Jantung
Detik
Program Skrining Kesehatan untuk Ulang Tahun Warga Dilakukan Bertahap, Dimulai dari Kabupaten
Anita K Wardhani