Media sosial dipenuhi dengan video siswa SMP-SMA yang tidak bisa menjawab pertanyaan hitungan matematika dasar. Baik itu perkalian maupun pembagian.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengaku tidak cemas. Namun tetap tidak mengabaikan realita yang ada di lapangan serta segera akan ditangani.
"Kita tidak perlu cemas dengan persoalan itu. Dalam pengertian bahwa itu bukan sesuatu yang bisa kita abaikan, masalah yang harus kita tangani," ucap Mu'ti.
Hal tersebut disampaikannya kepada wartawan usai menemui Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Listyo Sigit di Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri) Jalan Trunojoyo 3, Jakarta Selatan, Selasa (12/11/2024).
\nMeski banyak video yang memperlihatkan rendahnya kemampuan siswa SMP dan SMA dalam menghitung matematika dasar, Mu'ti mengingatkan agar publik tidak boleh membuat kesimpulan dari data-data yang terbatas. Karena ia menemukan juga banyak anak-anak kelas 1 SD yang sudah mahir matematika.
"Kita tidak boleh melakukan overgeneralisasi. Sehingga kita harus berhati-hati terhadap berbagai macam informasi yang ada," ucapnya lagi.
Dengan keadaan ini, Kemendikdasmen tegas tidak akan menutup mata. Ke depannya akan berbagai upaya perbaikan termasuk upaya wajib belajar 13 tahun dan pengajaran matematika dari tingkat pendidikan usia dini.
"Kalau ada masalah seperti itu (video viral anak sulit berhitung matematika dasar) kami tidak menutup mata. Kami mencoba untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan karena itu maka termasuk program prioritas kami literasi dan numerasi," tambah Mu'ti.
Mu'ti menilai salah satu penyebab mengapa siswa kesulitan berhitung matematika dasar adalah masa pandemi Covid-19. Kala pandemi melanda, siswa sudah lama tidak bertemu dengan guru sehingga terjadi fenomena learning loss.
"Learning loss yang diakibatkan Covid-19 itu mungkin sekarang baru kelihatan dampaknya," jelas Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Keadaan ini menjadi realita yang tidak bisa diabaikan Kemendikdasmen. Ia akan menganggap fenomena itu adalah sebuah tantangan yang harus dicari jalan keluarnya.
"Itu adalah realitas yang tidak bisa kita abaikan tetapi juga kemudian tidak boleh overgeneralisasi terhadap kasus-kasus itu. Yang penting bagi kita, itu adalah tantangan. Kemudian kita harus mencari jalan keluar bagaimana," pungkasnya.
Sebelumnya dalam Rapat Koordinasi Evaluasi Kebijakan Pendidikan, Senin (11/11/2024), Mu'ti menyatakan pembelajaran matematika dari tingkat PAUD/TK dan SD awal sudah menjadi sebuah keputusan. Tetapi teknis pelaksanaannya belum ada.
Kemendikdasmen masih menghadapi persoalan tentang teknis mengajar sehingga matematika bisa diajarkan ke siswa TK dan SD tingkat awal dengan baik. Salah satu langkah yang diupayakan adalah kehadiran platform pembelajaran matematika.
Mu'ti juga menyinggung bila banyak penelitian tentang keberhasilan studi pada anak yang memiliki pemupukan kemampuan literasi dan numerasi yang baik. Sehingga konsep baik ini akan diterapkan di Indonesia.
"Anak-anak yang memiliki pendidikan dasar yang baik termasuk juga kemampuan literasi dan numerasi yang baik, itu punya keberhasilan studi di jenjang yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak," ucapnya.