Pernah dengan kalimat "Bagai pinang dibelah dua"? Ini termasuk ke dalam majas perbandingan yakni majas asosiasi. Dalam bahasa Indonesia, majas perbandingan memiliki banyak jenis. Apa saja contohnya?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), majas perbandingan adalah gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan dua objek atau lebih dengan cara penyamaan, pelebihan, atau penggantian. Perbandingan yang dilakukan bisa secara langsung atau tidak langsung.
Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa: Komposisi Lanjutan tahun 2009 karya Gorys Keraf, majas adalah cara mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa.
Lebih lanjut, Keraf menjelaskan bahwa majas berkaitan erat dengan gaya atau style dari penulis atau penutur bahasa.
Secara sederhana, majas perbandingan digunakan untuk memberikan nilai rasa atau emosi yang berlawanan dengan maksud melebih-lebihkan, mengurangi atau merendahkan, dan menyatakan sesuatu makna yang bertentangan untuk menyindir.
Jenis-jenis majas perbandingan cukup banyak. Namun, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut, sebagaimana dikutip dari buku Penggunaan Majas Pertentangan di Kolom Pojok Harian Singgalang dan Padang Ekspress karya Dini Oktarini dan sumber arsip detikcom.
Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dan cenderung membesar-besarkan makna yang sebenarnya.
Majas asosiasi adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Tanda majas ini adalah kata "bagai", "bagaikan", "seumpama", "bak", dan "laksana".
Majas litotes adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri dan menyatakan kekurangan dari makna yang sebenarnya. Majas ini digunakan untuk mengurangi dan melemahkan suatu pernyataan atau makna tertentu.
Majas ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna bertentangan dengan maksud mengolok-olok.
Majas personifikasi adalah majas yang menyamakan benda mati menjadi benda bergerak atau bernapas seperti manusia.
Jenis majas yang satu ini mempertautkan satu hal atau kejadian dengan hal atau kejadian lain dalam satu kesatuan yang utuh.
Majas oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan antara dua antonim atau kata yang berlawanan dalam satu kalimat. Majas ini biasanya dicirikan dengan penggunaan kata, seperti "walaupun", "tetapi", dan "namun".
\nJenis majas ini menggunakan ciri atau label dari sebuah benda untuk menggantikan benda tersebut.
Majas simile adalah pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti "layaknya", "bagai", "umpama", "ibarat", "bak", dan lain-lain.
Majas paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata yang memiliki kesamaan bunyi, tetapi memiliki makna yang berbeda.
Majas perbandingan yang ini diungkapkan secara singkat, padat, dan tersusun rapi. Majas metafora menggunakan kata kiasan dan terdapat pilihan kata yang menyamakn sesuatu dengan hal lain.
Majas paralipsis adalah gaya bahasa yang menerangkan sesuatu secara tidak tersirat. Majas ini biasanya dicirikan dengan penggunaan tanda kurung untuk menyatakan sesuatu secara tidak tersirat.
Majas zeugma adalah gaya bahasa yang menggunakan gabungan gramatikal antara dua kata yang memiliki ciri semantik bertentangan. Majas ini biasanya menggunakan kata yang hanya cocok digunakan dengan kata tertentu.
- Sejuta kenangan indah
- Terkejut setengah mati!
- Berhari-hari tidak mengejapkan mata
- Mencari orang hilang di Jakarta seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
- Langkah kakimu seumpama gajah berlari.
- Niat tanpa tindakan nyata, ibarat sayur tanpa garam.
- Hasilnya tidak mengecewakan. (maksudnya, hasilnya baik).
- Orang tidak bodoh atau orang sama sekali tidak bodoh. (maksudnya orang yang pandai).
- Sudah pulang? Baru pukul dua malam.
- Laporanmu yang terakhir belum selesai? Maklum, kita kan sibuk sekali.
- Bukan main bersihnya di sini, di mana-mana ada sampah.
- Mobil pemadam kebakaran meraung-raung memecah keheningan pagi.
- Pohon bambu di belakang rumah berbisik-bisik tertiup angin sore.
- Bingkisan kado itu menggelitik tanganku agar segera membukanya.
- Lidah manusia bagaikan sebuah pedang yang sangat tajam, maka bijaklah dalam menggunakannya.
- Sifat iri dan dengki dapat menghilangkan kebaikan yang ada pada seseorang sama halnya seperti api yang membakar kayu bakar.
- Seorang anak kepada orang tuanya bagaikan tunas baru bagi inangnya, suatu ketika ia akan menggantikan posisi inangnya sebagai pohon yang kokoh dan kuat menantang badai.
- Olahraga mendaki gunung memang menarik hari walaupun sangat berbahaya.
- Bahasa memang dapat dipakai sebagai alat pemersatu, tetapi dapat juga sebagai alat pemecah belah.
- Siaran televisi dapat dimanfaatkan sebagai sarana perdamaian, namun dapat pula sebagai penghasut peperangan.
- Ayah pulang dari pasar naik honda. (Maksudnya, honda bukan mereknya tetapi motor yang disebut sebagai honda)
- Kabar kenaikan harga BBM membuat warga mengantri di Pertamina. (Maksudnya, SPBU/pompa bensin)
- Setelah makan, Ani minum satu gelas Aqua. (Maksudnya, satu gelas air bermerek Aqua)
- Parasmu bagai bulan yang bersinar terang di waktu malam.
- Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan induknya.
- Wanita itu ibarat bunga mawar yang sedang mekar.
- Dewi malam telah keluar dari balik awan.
- Pemuda itu adalah tulang punggung keluarganya.
- Perpustakaan adalah gudang ilmu.
- Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
- Engkau orang kaya. Ya, kaya monyet!
- Mari kita kubik beramai-ramai kacang tanah yang setengah kubik banyaknya ini.
- Tidak ada orang yang menyenangi kamu, (maaf) yang saya maksud, membenci kamu di kampung ini.
- Pak guru sering memuji anak itu, yang (maafkan saya) saya maksud, memarahinya.
- Masyarakat mengetahui bahwa anak saya tidak mau mengawini, (saya silap) tidak mau menceraikan istrinya itu.