SURYA.CO.ID - Terungkap sosok guru SD di Surabaya, Jawa Timur (Jatim), yang viral ajak muridnya pakai topeng saat ujian.
Seperti diketahui, beredar video memperlihatkan guru wanita mengenakan topeng oranye di dalam kelas.
Ternyata, bukan hanya dirinya yang menggunakan topeng.
Semua siswa di kelas itu turut menggunakan topeng dengan beragam gambar dan warna.
Topeng tersebut digunakan ketika ujian sekolah berlangsung. Tujuannya, agar tak ada siswa yang saling mencontek.
Aksi unik itu diinisiasi oleh guru bernama Intan Kusumaningrum, guru kelas 6 SDN Sememi 1 Surabaya.
"Saya kasih tahu murid hari Jumat, ada ulangan hari Senin."
"Mereka (murid) enggak tahu kalau ulangan disuruh pakai topeng," kata Intan ketika menjelaskan momen ujian pada Senin (28/10/2024) lalu.
Ia mengatakan, para murid hanya diminta membawa topeng tanpa diberitahu kegunaannya.
"(Awalnya) saya enggak bilang topengnya dipakai pas ulangan."
"Mereka semua bawa, saya tidak memaksa beli karena bisa membuat, yang ada saja," tambahnya.
Intan hanya meminta muridnya mengenakan topeng tersebut hanya di 10 menit awal ujian.
Menurutnya, metode itu berhasil membuat siswanya tidak mencontek.
"10 menit itu efektif enggak noleh-noleh, karena kalau noleh ada suara tertawa dan kesusahan fokus ke ujian masing-masing. Antara fokus capek, bingung, enggak bisa nyontek," jelasnya.
Tanggapan Dinas Pendidikan
Terpisah, Dinas Pendidikan Kota Surabaya menilai, aksi pakai topeng itu menjadi model pembelajaran yang unik.
"Strategi pembelajaran itu kadang, guru banyak model."
"Contohnya ada yang model wayang, supaya apa? Menyesuaikan kondisi," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh.
Yusuf mendukung model pembelajaran menggunakan konsep yang berbeda tersebut.
Sebab, para murid menjadi tidak bosan dalam menerima pelajaran di sekolah.
"Jadi, model strategi enggak mesti monoton. Yang terpenting kan mudah-mudahan positif, ya contohnya kayak tadi (menggunakan topeng), kondisi anak-anak bisa menerima," ujarnya.
Akan tetapi, Yusuf juga mengingatkan kepada para guru untuk melihat kondisi anak didiknya di kelas sebelum memutuskan menggunakan alat tertentu ketika menyampaikan materi pelajaran.
"Mendukung enggaknya itu, guru di setiap sekolah enggak sama, harus menyesuaikan pembiasaan anak dengan model variasi yang menyenangkan dan mudah dipahami," jelasnya.
"Contoh cerita sejarah, guru pakai model wayang atau topeng itu bisa, tapi tetap melihat koridor waktunya."
"Jangan sampai menjadikan anak tidak senang ini kan repot," tambahnya.
Klik di sini untuk untuk bergabung