SURYAMALANG.COM - Terungkap nasib guru SD cukur botak rambut muridnya karena ada kutu yang sempat viral di media sosial.
Sebelumnya, ada sebuah videp viral yang memperlihatkan seorang murid perempuan yang menangis tersedu-sedu setelah rambutnya dicukur botak guru di sekolah gegara kutu.
Kini, guru tersebut klarifikasi langsung di depan orang tua murid.
Seperti apa pengakuan sang guru?
Video siswi SD digunduli guru di Cianjur itu viral dibagikan akun Instagram folkjawabarat_, Selasa (5/11/2024).
Terkini guru tersebut angkat bicara dan sudah menemui orangtua bocah yang digundulinya itu.
Melalui akun TikTok @kurawacianjur, guru tersebut menyampaikan bentuk klarifikasinya terhadap orang tua korban.
Di hadapan keluarga siswi SD yang berinisial A, guru tersebut menjelaskan awal mula ia menggunduli siswanya tersebut.
Mulanya ia mengaku syok melihat kepala kondisi rambutnya yang tidak terawat hingga banyak kutu.
"Dibuka kerudungnya, dilihat bandonya, ada sisir enggak, katanya enggak ada, diserit (disisir pakai serit kutu).
"Gimana ini rambutnya gini (banyak kutu)," kata bu guru, Rabu (6/11/24) dilansir TribunBengkulu.com.
Merasa peduli dengan kondisi siswinya tersebut sang guru pun berinisiatif untuk membasmi kutu-kutu tersebut.
"Saya tanya ada enggak kapur ajaib, ada kapur ajaib.
"Sama saya dipotong gini, diparut sama ini (kapur ajaib), ditaruhkan di kepalanya, pakai baby oil, ya udah beli baby oil (untuk kepala siswi)," sambungnya.
Lantaran kutu-kutu tersebut terlalu banyak, sang guru justru berusaha membujuk A agar mau rambutnya dipotong.
Namun sayangnya siswi tersebut menolak untuk dipotong rambutnya.
"Sebagai guru SD yang lebih peka kenapa saya enggak bawa plastik (untuk siswi), kata saya kenapa rambutnya enggak dipotong, dipotong sedikit, katanya enggak mau.
Menanggapi hal itu, guru-guru di SDN Babakan Cianjur tersebut pun kembali membujuk murid A supaya rambutnya mau dipangkas.
(Guru tanya ke murid) 'mau gini terus atau sakit sebentar besok juga udah cantik (supaya mau dipotong rambutnya)'," pungkas bu guru.
Disisi lain, proses penggundulan muridnya itu disaksikan banyak guru dan dengan kesepakatan.
Ironisnya, meski sang guru telah membeberkan kejadian yang sebenarnya pihak keluarga siswi mengaku tetap tak terima.
Keluarga A menyebut harusnya pihak guru bertanya dulu ke orang tua murid terkait pemotongan rambut tersebut.
Pasalnya, kini sang siswi menjadi murung dan enggan sekolah lagi.
Bahkan saat disarankan pindah sekolah pun, siswi SD itu menolaknya.
“Astaghfirullahaladzim, cobalah ibu bapak guru yang saya hormati, apa tidak ada cara lain, selain digunduli,"
"Saya selaku saudaranya merasa tidak menerima melihat anak dengan kondisi seperti ini, bagaimana pertanggungjawabanya,"
"Sekarang anaknya sudah tak mau sekolah, mau dipindahkan sekolah juga tidak mau, saya sangat sakit hati liat anak kondisinya seperti ini," ucap saudaranya, Selasa (5/11/2024) dilansir dari akun Instagram folkjawabarat.
Disdikpora Buka Suara
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Aripin, membenarkan kasus seorang siswi SD di SDN Babakan, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cikadu, Cianjur, digunduli oleh gurunya.
"Sebagai informasi awal, betul adanya kejadian itu, di SDN Babakan, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cikadu," kata Aripin saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (5/11/2024) malam.
Adapun Aripin menyebut, Guru atau pihak sekolah harusnya menyampaikan terlebih dahulu ke orangtua murid atau ada upaya sekolah untuk membersihkannya.
“Atau bisa memotong rambutnya lebih rapi, bukan dengan cara digunduli, kan itu juga murid perempuan,” ucapnya.
Lebih Jauh Aripin telah meminta guru yang membotaki siswi tersebut mendatangi rumah orangtua murid didampingi koordinator pendidikan serta kepala sekolah.
Aripin berharap kedua belah pihak dapat menemukan kesepakatan dan menyelesaikan persoalan tersebut secara kekeluargaan.
“Karenanya, usai menerima kiriman video itu dan setelah dikroscek, benar, saya langsung menginstruksikan kordik setempat, pengawas, kepala sekolah, dan guru yang bersangkutan untuk mendatangi rumah orangtua wali murid tersebut,” kata Aripin.
Namun, apa pun hasil mediasi nanti, dinas pendidikan akan tetap memanggil pihak sekolah untuk memberikan laporan resmi dan tertulis terkait kejadian itu.