Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Ada beberapa alasan, mengapa Kabupaten Sragen menjadi salah satu titik pemasangan alat pemantau gempa bumi atau seismograf.
Kepala Pelaksana BPBD Sragen, R. Triyono Putro mengatakan salah satu alasannya karena Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah rawan bencana gempa bumi.
"Di wilayah Jawa Tengah terdapat beberapa sumber gempa, baik zona subduksi lempeng bagian selatan Jawa maupun sesar aktif yang berada di darat," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (5/11/2024).
Ia menambahkan selain keberadaan sesar tersebut, berdasarkan monitoring aktivitas kegempaan, terjadi peningkatan aktivitas baik gempa bumi yang berlokasi di laut maupun darat.
Selain di Kabupaten Sragen, total ada 23 sensor seismograf yang telah terpasang di Jawa Tengah.
Semakin banyaknya pemasangan alat seismograf, diharapkan bisa meningkatkan deteksi kejadian gempa bumi.
"Sampai saat ini, di wilayah Jawa Tengah sudah terpasang 23 sensor seismograf, perlu ditambah kerapatannya untuk meningkatkan detekbilitas dan akurasi kejadian gempa bumi di Jawa Tengah," terangnya.
Tak hanya itu, beberapa waktu terakhir juga terjadi gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Sragen dengan magnitudo kecil.
Sehingga, kejadian gempa bumi yang terjadi seringnya tidak terasa.
Hal itulah yang kemudian menjadi alasan lain pembangunan seismograf di wilayah Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.
"Beberapa kali terjadi aktivitas gempa bumi di wilayah Kabupaten Sragen dengan kekuatan relatif kecil dibawah M 3.5," terangnya.
"Menandakan di wilayah tersebut terdapat sumber gempa berupa sesar aktif," pungkasnya.
Seperti diketahui bersama, seismograf tersebut akan dipasang di dekat kantor Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen.
Tepatnya berada di Desa Dawung, yang mana saat ini masih dalam tahap pembangunan shelter seismograf.
Diperkirakan, sensor seismograf akan dipasang pada Desember 2024 nanti. (*)