TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Banjar Petulu Gunung, Desa Petulu, Ubud, Gianyar, menjadi satu-satunya daerah di Bali yang memiliki objek wisata burung kokokan atau bangau putih.
Burung kokokan ini bersarang di pepohonan kawasan banjar, menjadi daya tarik wisatawan asing.
Namun sayangnya, objek tersebut saat ini tidak memberikan pendapatan yang cukup besar bagi banjar.
Hal tersebut dikarenakan perilaku wisatawan saat ini yang ingin gratisan.
Dalam artian, mereka yang ingin mengabadikan kokokan lewat foto, tidak mau membayar retribusi masuk wilayah banjar.
Mereka mengelabui petugas dengan alasan hanya sekadar lewat.
Hal itu bisa dilakukan, karena ribuan kokokan ini hinggap dan bersarang di lintasan jalur umum untuk menuju Tegalalang atau wilayah lain.
Kelian Banjar Petulu Gunung, Made Rawa, Rabu 30 Oktober 2024 membenarkan hal tersebut.
Dia menjelaskan, saat ini wisatawan yang masuk ke obyek wisata lebih banyak tidak membayar retribusi dengan alasan mereka mau singgah ke desa sebelah atau mampir di villa di utara Banjar Petulu Gunung.
"Kini wisatawan kebanyakan curang. Mereka masuk ke objek tidak mau membayar retribusi dengan alasan hanya sekadar lewat," jelas Rawa.
Kondisi ini menyebabkan pemasukan di Objek Wisata Kokokan Petulu sangat minim, bahkan mendekati zero.
Padahal wisatawan yang berkunjung dengan alasan sekadar lewat, kata Rawa cukup banyak.
Dari pengamatannya yang mengaku hanya lewat, rata-rata mengabadikan kokokan dalam foto, yang seharusnya itu dikenakan retribusi.
"Ini karena kami hanya menjaga di ujung-ujung desa, sehingga lebih banyak kecolongan," ungkapnya.
Selain itu, penyebab menurunnya pemasukan objek wisata ini karena antara high season dengan musim kokokan bertelur tak selaras.
Musim high season terjadi pada Juli sampai Agustus. Sementara musim bertelur, yang membuat kokokan sepanjang waktu ada di wilayah banjar terjadi pada Oktober sampai Desember.
"Ini juga kendala kami, saat hight season, kokokan pada hijrah ke kawasan lain, namun saat kokokan memasuki musim bertelur, musim kunjungan sedang sepi," jelasnya.
Dijelaskannya, tiket masuk ke areal objek wisata kokokan ini sebesar Rp 50 ribu per orang. (*)
Selain itu, penyebab menurunnya pemasukan objek wisata ini karena antara high season dengan musim kokokan bertelur tak selaras.
Musim high season terjadi pada Juli sampai Agustus. Sementara musim bertelur, yang membuat kokokan sepanjang waktu ada di wilayah banjar terjadi pada Oktober sampai Desember.
"Ini juga kendala kami, saat hight season, kokokan pada hijrah ke kawasan lain, namun saat kokokan memasuki musim bertelur, musim kunjungan sedang sepi," jelasnya.
Dijelaskannya, tiket masuk ke areal objek wisata kokokan ini sebesar Rp 50 ribu per orang. (*)