TRIBUN-MEDAN.COM, TANAH KARO-Di tengah kabut tipis yang menyelimuti Desa Lau Kidupen Tigajuhar Tanah Karo, Jumat pagi (18/10/2024), suara langkah kaki para personel gabungan dari Polda Sumut terdengar di jalanan desa yang sunyi.
Mereka datang untuk membawa misi penting, mencari Murniati Br Ginting, seorang petani berusia 53 tahun yang hilang sejak longsor melanda desanya.
Di antara mereka, anjing pelacak dari unit K-9 Polda Sumut menjadi harapan besar yang mungkin mampu membawa titik terang di tengah kesedihan yang menyelimuti.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Hadi Wahyudi SH SIK mengatakan, korban adalah kesehariannya bekerja keras di ladang.
"Murniati adalah seorang perempuan kuat yang setiap hari bekerja di ladangnya, kini hilang,"kata Kombes Hadi.
Bencana alam ini datang tanpa peringatan, merenggut segalanya dalam sekejap.
Bagi keluarganya, setiap detik menanti adalah ujian berat yang penuh ketidakpastian.
Di tanah yang pernah menjadi tempat ia bekerja keras, kini tim pencarian, yang dipimpin oleh Kapolsek Juhar AKP A. Nainggolan, bekerja keras mencari jejaknya.
Sejak pagi, tim yang terdiri dari personel Polsek Juhar, Koramil 07 Juhar, BPBD, dan bantuan anjing pelacak K-9 bergerak cepat.
Mereka menyisir dua lokasi utama-area longsor dan perladangan jahe milik korban dengan harapan bisa menemukan secercah petunjuk yang membawa Murniati kembali.
Namun, meski sudah hampir setengah hari pencarian berlangsung, tanda-tanda keberadaannya masih belum ditemukan.
Pada siang hari, tim sempat menghentikan pencarian untuk beristirahat. Namun, bagi keluarga Murniati, istirahat bukanlah pilihan.
Hati mereka terus diliputi kecemasan. Setelah sejenak beristirahat, pencarian kembali dilanjutkan dengan semangat baru.
Atas permintaan keluarga, sore itu tim terus menyisir lokasi longsor dan area ladang, tak meninggalkan satu inci pun tanah yang mungkin menyembunyikan keberadaan sang ibu, anak, dan teman dari banyak warga desa.
“Saya sudah berbicara dengan tim. Kami akan terus berusaha sampai ada kepastian. Keluarga berharap, dan kami juga berharap,” ujar AKP Nainggolan.
Bagi petugas yang terlibat, ini bukan sekadar tugas, ini adalah panggilan hati.
Setiap kali anjing pelacak mengendus tanah, harapan kecil selalu menyala, meski samar.
Sore itu, matahari mulai tenggelam, tetapi belum ada petunjuk pasti tentang keberadaan Murniati.
Rasa lelah tak mengalahkan tekad para petugas, mereka tetap berkomitmen untuk melanjutkan pencarian hari berikutnya.
Sementara itu, keluarga Murniati terus menanti dengan harapan dan doa, meski berat, meski tak pasti.
Di tengah dinginnya udara sore di Tanah Karo, di bawah langit yang seakan ikut merundung, pencarian ini masih jauh dari selesai.
Namun, dalam hati mereka yang kehilangan, ada keyakinan bahwa Murniati akan ditemukan, entah bagaimana, entah kapan.
Hingga saat itu tiba, mereka akan terus menggantungkan harapan pada setiap langkah pencarian yang dilakukan.(Jun-tribun-medan.com).