Sejarah Taman Nasional Ujung Kulon adalah sebuah informasi yang bermanfaat bagi pengunjung.
Taman Nasional ini adalah salah satu tempat kawasan konservasi alam.
Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Taman nasional ini terkenal sebagai habitat terakhir bagi Badak Jawa, yang merupakan spesies badak paling langka di dunia.

Sejarah Taman Nasional Ujung Kulon

Ilustrasi sejarah Taman Nasional Ujung Kulon, Pexels/James Wheeler
Terdapat berbagai cerita mengenai sejarah Taman Nasional Ujung Kulon.
Berikut adalah sejarah Taman Nasional Ujung Kulon hingga saat ini berdasarkan situs web tnujungkulon.menlhk.

Penemu Ujung Kulon

Kawasan Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, yang bernama F. Junghun pada Tahun 1846. Taman ini ditemukan saat Junghun sedang mengumpulkan tumbuhan tropis.
Pada tahun 1846 kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Perjalanan ke Ujung Kulon sempat masuk di dalam jurnal ilimiah beberapa tahun kemudian.

Meletusnya Gunung Krakatau

Tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883. Kedahsyatan letusan Krakatau menghasilkan gelombang tsunami setinggi kurang lebih 15 meter.
Letusan ini memporak-porandakan pemukiman penduduk, satwa liar, dan vegetasi yang ada di Ujung Kulon. Beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwa liar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat setelah letusan itu terjadi.

Penetapan Kawasan

Beberapa area hutan di Ujung Kulon ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi. Berikut adalah urutan penetapan kawasan Ujung Kulon berdasarkan tahun.

Perkembangan Penataan Batas Hutan

Setiap beberapa tahun sekali Taman Nasional Ujung Kulon mendapat pembaruan penataan batas hutan. Berikut adalah penegasan batas-batas hutan negara di Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan tahunnya.

Taman Nasional Ujung Kulon Saat Ini

Badak Sumatera dan badak Jawa adalah spesies badak langka yang hanya ada di Indonesia. Jumlahnya semakin sedikit dan habitatnya terus terusik.
Melalui SK Menteri Kehutanan tahun 1992 dibentuk sebagian wilayah Taman Nasional Ujung Kulon seluas 120.551 ha yang sebelumnya termasuk wilayah Perhutani. Perubahan tersebut tentunya memberikan pengaruh terhadap kehidupan penduduk.
Kawasan yang berada atau bersinggungan langsung dengan taman nasional dikenal sebagai kawasan penyangga. Salah satu kampung di desa Taman Jaya yakni kampung Cimenteng akan direncanakan sebagai model kampung ekologis kawasan penyangga.
Sejarah Taman Nasional Ujung Kulon dapat dipelajari untuk meningkatkan rasa cinta tanah air. Meningkatkan peran dari kawasan penyangga untuk mengatasi permasalahan yang dapat menurunkan kualitas dari fungsi taman nasional. (Fia)
Baca Lebih Lanjut
Rumah Dinas Pegawai TNUK di Pandeglang Diduga Dibakar OTK
Detik
15 Ekor Rusa Totol Istana Kepresidenan Bogor Tambah Koleksi Taman Cadika Medan
Sindonews
Galuh Tanahlaut Ini Suka Belajar Sejarah Banjar
Budi Arif Rahman Hakim
15 rusa totol Istana Bogor tambah koleksi satwa Taman Cadika Medan
Antaranews
Museum Nasional Dibuka Lagi 15 Oktober 2024, Ada Pameran Repatriasi
Detik
Menengok beragam pilihan para turis saat liburan Hari Nasional China
Antaranews
Titik Nol KM Merauke Destinasi Baru di Ujung Timur Indonesia untuk Cross Border Tourism
Sindonews
Sedihnya... Dua Gajah Mati Tenggelam Saat Banjir
Detik
Hotel Majapahit Surabaya MGallery Hadirkan Tur Sejarah Paling Berkesan
Timesindonesia
Petugas TNGR evakuasi WNA terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani
Antaranews