SURYA.co.id - Pantas saja saksi kunci kasus Vina Cirebon, Aep Rudiansyah, tak kunjung muncul meski dipojokkan terus di sidang Peninjauan Kembali (PK) para terpidana.
Menurut Pengacara Iptu Rudiana, Elza Syarief, banyak ancaman yang mengincar Aep.
Sehingga ia tak perlu muncul di TV.
"Udah lah untuk apa. Kita gak perlu muncul di TV, yang penting pembuktiannya.
Ancaman terhadap Aep itu terlalu banyak. Siapa yang mengancam saya juga tahu.
Aep ini punya lawyer yang akan melindungi dia secara hukum," ujar Elza, melansir dari tayangan Nusantara TV.
Elza juga mengaku Aep saat ini ada bersamanya.
Bahkan saat sidang di lokasi, Aep bersama dia dan Pitra.
Karena itu lah, dia meminta agar keberadaan Aep tidak ditanyakan ke Iptu Rudiana.
"Rudiana gak tahu, yang tahu saya. Waktu sidang di lokasi Aep ada sama saya dan Pitra.
Jadi jangan kejar-kejar Rudi (Iptu Rudiana) deh, Aep ada sama saya. Saya kuasa hukumnya," katanya.
Diakui Elza, sampai saat ini Aep tetap berpegang teguh pada fakta yang dialaminya. Bahkan haln yang lebih detail diceritakan kepadanya.
Kalau saat ini banyak saksi yang mencabut laporan, Elza mempersilahkan saja hal itu.
Elza juga mengklaim Aep juga dikejar-kejar agar mau mencabut keterangannya.
Elza lalu menyebut Dedi Mulyadi yang pernah memberikan Aep uang Rp 4,5 juta, dan akan ditambah lagi kalau dia mau mencabut keterangannya.
"Dedi sempat kasih uang dia (Aep) Rp 4,5 juta. Akan ditambah lagi kalau mencabut," katanya.
Elza mengklaim punya bukti untuk itu, bahkan amplopnya masih disimpan.
Dan, tak hanya Aep, saksi Suroto juga mengaku telah dibayar oleh Dedi Mulyadi beberapa juta, dan banyak saksi lain.
"Suroto juga dibayar, tapi Suroto gak cabut. Dan banyak lagi. Saya gak usah ngomong lah. Sampai amplop-amplopnya makin disimpan oleh mereka," ungkapnya.
Hingga berita ini diungkap, pihak Dedi Mulyadi belum memberikan klarifiaksi terkait tudingan Elza tersebut.
Sebelumnya, nasib Aep Rudiansyah, saksi yang menyebut Kasus Vina Cirebon adalah pembunuhan, kini semakin terpojok.
Bahkan, salah satu pengacara terpidana Kasus Vina, Jutek Bongso, menyindir Aep begitu jenius.
Sosok Aep sempat jadi sorotan karena jadi saksi mata yang mengaku melihat para pelaku yang kini jadi terpidana dalam Kasus Vina Cirebon tersebut.
Kini, nama Aep kembali santer terdengar bahkan sampai terpojok di lanjutan Sidang PK enam terpidana kasus Vina Cirebon di Pengadilan Negeri Cirebon tersebut.
Tak lagi seperti pertama kali kemunculannya, kini Aep menjadi orang yang dianggap paling bertanggungjawab atas semua kesaksian yang diberikan.
Dalam kasus Vina Cirebon, Aep mengaku melihat ada pelemparan batu dilakukan oleh 11 orang dalam jarak lebih dari 50 meter pada Sabtu malam hari di atas pukul 21.00 WIB pada tahun 2016 di Jalan Saladara yang gelap.
Pernyataan Aep itu langsung dipatahkan pengacara enam terpidana kasus Vina Cirebon, Jutek Bongso.
Jutek Bongso bahkan melontarkan kalimat satir yang menyebut jika Aep jenius dan memiliki pengelihatan tajam.
“Kalau ada orang bisa melihat dalam jarak 50 meter, cahaya kurang, bisa mengenali satu per satu dan bisa merekam secara detil, termasuk orang yang sangat jenius dan hebat,” tutur Jutek Bongso.
Jutek Bongso menambahkan, hanya jika bukan orang jenius dan hebat, kemungkinan orang tersebut membawa teropong atau merekam dengan CCTV.
“Mungkin pakai teropong atau merekam dengan CCTV. Soalnya bisa tahu secara detil, wajah, jenis dan warna motor serta adegan-adegannya, bahkan sampai tahu ada yang memakai tensoplas. Apalagi jumlah orangnya lebih dari 11 orang,” tutur Jutek Bongso.
Selain itu, kesaksian Aep juga akhirnya terbantahkan.
Ahli Mata dari Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Dokter Mayasari Wahyu membeber analisisnya terkait penglihatan Aep tersebut.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan sejumlah media, Aep menyebut melihat peristiwa pelemparan dan pengejaran dalam jarak sekira 100 meter pada malam hari.
Dari jarak itu, Aep juga bisa mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam peristiwa itu dan kendaraan yang digunakan.
Kesaksian Aep ini yang digunakan penyidik Polres Cirebon Kota untuk menjerat 8 tersangka hingga akhirnya 7 diantaranya divonis hukuman seumur hidup, dan satu lainnya 8 tahun penjara.
Dokter Mayasari Wahyu yang dihadirkan sebagai ahli di sidang Peninjauan Kembali (PK) terpidana kasus Vina di Pengadilan Negeri Cirebon pada Senin (23/9/2024) memberikan analisis hal itu.
Kuasa hukum terpidana, Jutek Bongso awalnya menanyakan terkait kemungkinan mata bisa mengidentifikasi orang dalam jarak 100 meter atau lebih pada pukul 21.00 hingga 22.00 WIB.
Dokter Maya pun membeber bahwa manusia melihat atau mengenali seseorang, umumnya dari mata, hidung, bibirnya.
Dari jurnal-jurnal ilmiah disebutkan, bahwa sistem identifikasi dan autentikasi seseorang dengan menggunakan fitur wajah yang dimiliki (face recognition) itu hanya bisa dilakukan dalam jarak 10 hingga 15 meter, dalam penerangan yang cukup.
"Kalau jarak 30, 40 atau 50 hanya melihat sosok, tapi tidak bisa mengenali wajahnya. Kalau untuk face recognition hanya jaraknya 15 meter," katanya.
Dokter Maya juga menyebut, dalam keadaan penerangan terbatas, seseorang bisa melihat benda bergerak maksimal dalam jarak 15 meter.
"Kalau 15 meter, hanya melihat sosoknya, tapi tidak bisa mengenali atau melihat wajahnya," terangnya.
"Mungkin gak dalam jarak 50 meter, seseorang bisa melihat aktivitas sekelompok dengan cahaya yang kurang?," tanya Jutek Bongso.
Maya memastikan tidak mungkin seseorang itu melihat aktivitas dalam jarak tersebut.
"Apalagi kalau penerangan kurang," tegasnya.
Ketua majelis hakim Arie Ferdian lalu ikut bertanya tentang kemungkinan seseorang bisa mengenali dalam jarak jauh karena faktor sering bertemu dan sudah hafal dengan wajah, mulut, hidung dan matanya.
"Bisa gak seringnya bertemu, lebih dari 15 meter masih bisa mengenali?," tanya hakim Arie Ferdian.
Dokter Maya memastikan untuk mengenalinya, tetap tidak bisa. Tetapi kalau untuk melihat sosoknya, masih memungkinkan.
"Yang kita kaji itu bukan hafal, tapi melihat. Mungkin kalau menghafal, tahu gerak gerik tubuhnya, bentuk tubuhnya, gambaran yang biasa digunakan, bisa. Tapi untuk kita memastikan itu adalah si A, B. Rasanya tidak bisa, walaupun dengan seringnya bertemu," terangnya.
Menurut Maya, untuk memastikan sosoknya tetap harus melihat wajahnya.
"Dan kalau lebih malam, karena penerangan kurang, penglihatan lebih sulit lagi," tegasnya.