“Grafena oksida bisa menggantikan posisi evaporasi atau kolom penukar ion untuk limbah cair, dan tentu saja itu akan mempengaruhi bagaimana sementasinya,”
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan teknologi grafena oksida berpotensi menjadi salah satu teknologi baru yang bisa dimanfaatkan untuk pengolahan limbah radioaktif.
Profesor Riset BRIN Djarot S.
Wisnubroto  menjelaskan, grafena merupakan bahan grafit yang sangat tipis dan kuat. Sedangkan grafena oksida adalah material yang mudah larut dalam air, reaktif secara kimia, dan memiliki luas permukaan besar sehingga diharapkan efektif untuk mengikat zat seperti logam berat, termasuk zat radioaktif.
Menurut Djarot dalam keterangannya di Jakarta, Senin menyebutkan saat ini belum banyak dilakukan riset grafena oksida dengan menggunakan zat radioaktif.
Oleh karena itu BRIN melakukan riset terkait grafena oksida untuk menggantikan beberapa cara pengolahan limbah radioaktif yang selama ini diterapkan BRIN seperti evaporasi dan kolom penukar ion untuk limbah cair atau insinerasi, kompaksi, dan untuk limbah padat.
“Grafena oksida bisa menggantikan posisi evaporasi atau kolom penukar ion untuk limbah cair, dan tentu saja itu akan mempengaruhi bagaimana sementasinya,” kata Djarot dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan riset penggunaan grafena oksida berbasis sintesis yang terbuat dari serabut kelapa. Menurutnya riset ini dilakukan guna menciptakan inovasi dalam memanfaatkan biomassa yang melimpah dan ramah lingkungan.
“Tahun ini tahun pertama, baru beberapa bulan berlangsung. Sehingga belum bisa dilihat bagaimana efektifitas grafena oksida berbasis biomassa ini. Namun sudah terlihat ada beberapa sisi positif, misalnya Cobalt-60 lumayan efektif dan segera bisa diserap, tetapi untuk Cesium-137 masih butuh suatu modifikasi untuk penyerapannya,” paparnya.
Djarot menuturkan perlunya kolaborasi dengan berbagai pihak agar penggunaan grafena oksida berbasis biomassa dapat dimanfaatkan, mengingat di Indonesia memiliki biomassa melimpah serta berbiaya rendah.
“Kami siap untuk berkolaborasi, semoga ini bermanfaat. grafena oksida berbasis biomassa memiliki sisi positif untuk mengganti beberapa metode yang ada, yang merupakan hasil domestik, melimpah, dan murah. Semoga ini bisa dikolaborasikan dengan banyak pihak, karena saat ini masih dalam tahap penelitian,” ujar dia.
Baca Lebih Lanjut
Unkhair terapkan teknologi penyaring air berbasis limbah pertanian 
Antaranews
KLHK petakan potensi pengguna dari hasil pengelolaan sampah RDF
Antaranews
Perlu rencana kontingensi hadapi potensi benda antariksa jatuh
Antaranews
BRIN ungkap lima kelompok keong Indonesia berpotensi jadi obat herbal
Antaranews
Limbah Jadi Berkah: Bersama Mahasiswa UNJ, Warga Rawamangun Ubah Minyak Jelantah Jadi Krayon Bernilai!
Timesindonesia
BRIN dorong usaha kosmetik lewat riset bioprospeksi lendir keong darat
Antaranews
BRIN: Teknologi nuklir tawarkan akurasi pendeteksian pemalsuan pangan
Antaranews
Menangkap Peluang Cuan dari Sampah Tali Kapal
Detik
Pakar BRIN Sebut 5 Jenis Keong Ini Bisa Jadi Obat Herbal, Apa Saja?
Detik
Peneliti BRIN ungkap pemanfaatan AI untuk prediksi aktivitas matahari
Antaranews